Mencari Tahu Biang Kerok EVOS Legends Terpuruk di MPL Invitational
FOOTBALL265.COM – EVOS Legends, harus menerima kekalahan pahit pada turnamen eSports Mobile Legends MPL Invitational, apa yang sebenarnya terjadi dengan macan putih?
Berstatus sebagai runner up MPL Season 5, EVOS Legends membawa beban berat untuk berprestasi pada ajang MPL Invitational. Target juara pun digaungkan sekaligus demi membalas dendam atas kekalahan dari RRQ pada final MPL Season 5.
Namun harapan menjadi juara menjadi bagaikan si pungguk merindukan bulan, EVOS Legends secara mengejutkan harus tersingkir di babak semifinal lower bracket. EVOS Legends yang dijagokan bakal menantang RRQ di babak final malah tersungkur oleh tim Myanmar, Burmese Ghouls dengan skor 0-2.
Tak pelak, pendukung EVOS Legends pun seketika murka melihat penampilan di bawah standar yang ditampilkan oleh tim kesayangannya. Berstatus sebagai tim besar asal Indonesia tapi disingkirkan oleh jagoan Myanmar secara tragis tentu menimbulkan tanda tanya besar.
Apa penyebab atau biang kerok di balik keterpurukan EVOS Legends pada ajang MPL Invitational?
1. Biang Kerok Kegagalan EVOS Legends di MPL Invitational
Jika mengacu pada salah satu roster EVOS Legends, Rexxy, ia menilai kurangnya chemistry dan persiapan menjadi penyebab gagalnya sang macan putih mengaum di ajang MPL Invitational. Meski begitu, Rexxy menyangkal perbedaan bahasa dalam berkomunikasi dengan Zeys menjadi masalah.
“Chemistry kami sih yang belum menyatu,” ujar Rexxy, seperti dilansir dari laman ONE eSports.
Nama Zeys yang menjadi roster atau player baru di EVOS Legends, turut disorot menjadi biang kerok kekalahan tim. Padahal, seperti yang kita tahu, Zeys adalah pelatih yang bertanggung jawab atas keberhasilan EVOS Legends menjuarai turnamen MPL Season 4 dan M1 Mobile Legends.
Zeys yang dalam turnamen MPL Invitational menjelma sebagai roster sekaligus pelatih, banyak mendapat hujatan dari pendukung EVOS Legends. Agaknya, penilaian dari suporter EVOS Legends yang rata-rata adalah pemain Mobile Legends juga, tak bisa dikesampingkan.
Ambil contoh dalam pertandingan melawan Burmese Ghouls, Zeys yang memakai hero dengan role tank yaitu Atlas, berkali-kali melakukan blunder fatal. Mulai dari ragu-ragu dalam menginisiasi ganking, sering terlambat dalam meng-cover teman-temannya, hingga salah perhitungan.
Kesalahan paling fatal yang diingat oleh suporter EVOS Legends sudah tentu saat X-Borg lawan sedang mengeluarkan ulti untuk membakar musuh, Zeys malah mendekatinya. Tak pelak, Zeys pun terbakar sebelum sempat melakukan ulti atau insiasi ganking.
Memang dalam dunia eSports, sang pelatih tak serta-merta bisa ikut menjadi roster handal juga. Sang pelatih boleh memiliki pemikiran strategi yang tajam tapi terkadang, kecepatan tangan bisa jadi hanya dimiliki oleh roster saja.
Akibatnya tindakan ragu-ragu yang membuat salah perhitungan saat melakukan war menjadi blunder yang tak terhindarkan akibat Zeys masih terlalu banyak berpikir. Namun, rasanya melimpahkan semua kesalahan pada Zeys juga tidak adil.
Boleh jadi, Zeys tidak ada pilihan karena EVOS Legends sedang pincang akibat ditinggal oleh Luminaire, Oura, dan Donkey. Sebagai informasi, EVOS Legends menjadi juara dunia M1 karena memiliki skuat bintang berinisial World (Wann, Oura, REKT, Luminaire, Donkey).
Namun kehilangan Oura setelah M1, ditambah hengkangnya Donkey dan Luminaire sebelum MPL Invitational berlangsung, membuat EVOS Legends pincang karena hanya meninggalkan REKT dan Wann saja. Mau tidak mau, Zeys pun harus turun tangan menutupi lubang yang ditinggalkan 3 bintangnya itu.
Akan tetapi, Zeys yang menjadi tank, ternyata tidak mampu bermain seperti Donkey si kepala suku bar-bar. Terlalu banyak perhitungan membuat Zeys kerap melakukan langkah yang salah salah saat sedang membuka war.
Rexxy yang diplot sebagai pengganti Luminaire sebagai support pun masih belum begitu cakap dengan peran tersebut. Akibatnya, Wann yang terbiasa dimanjakan oleh Luminaire menjadi harus bermain lebih mandiri karena Rexxy belum sanggup menggantikannya.
Begitupun dengan REKT yang mencoba menambal kepergian sang legenda, Oura sang offlaner terbaik juga bisa dikatakan belum maksimal. Tak pelak permainan kacau-balau bak anak ayam kehilangan induknya menjadi penggambaran sempurna EVOS Legends saat ini.
Namun, seperti yang dikatakan oleh Rexxy tadi, EVOS Legends yang sedang melakukan masa transisi, masih membutuhkan waktu untuk membangun chemistry. Dengan kehadiran Pendragon yang bukan roster sembarangan, seharusnya EVOS Legends dalam waktu dekat bisa segera bangkit.
Asalkan Zeys mampu bermain lebih taktis dan berani, ditunjang dengan chemistry yang sudah terbangun di antara pemain EVOS Legends, niscaya sang macan putih akan mengaum dalam turnamen eSports Mobile Legends selanjutnya.