Menjadi Atlet eSports Menjanjikan Masa Depan Cerah?
FOOTBALL265.COM - Kehidupan atlet eSports ternyata sama ketatnya dengan olahragawan dari cabang olahraga lainnya seperti sepak bola atau basket. Setidaknya ini yang diceritakan oleh Benny Setiawan, salah satu atlet eSports Indonesia.
Pemain dengan ID Player ‘m0za’ ini merupakan atlet eSports untuk permainan Point Blank yang sudah beberapa kali mengikuti kejuaraan dunia.
Benny sudah mengikuti dua turnamen sekelas internasional untuk Point Blank. Yaitu, Point Blank International Championship 2017 di Jakarta dan turnamen yang sama di tahun 2018 di Korea Selatan.
Pada Point Blank International Championship 2017, Benny berhasil menjadi juara bersama tim RRQ Endeavour. Sementara pada edisi 2018, dia harus puas menjadi runner-up dengan tim yang sama.
Melihat kiprahnya di dunia eSports sebagai atlet pro, pria kelahiran 21 Oktober 1990 ini menceritakan seperti apa latihan seorang atlet eSports.
“Kita itu ketat pelatihannya, misalnya sudah mendekati event kita biasanya ada bootcamp. Jadi kita hidup berlima, satu rumah berlima, satu tim, selama itu kita latihan, jaga kekompakan tim, strategi tim, kelemahan tim."
"Fisik sih yang paling penting, kita harus sehat dan fit karena kalau saat turnamen tidak sehat, mainnya juga berantakan,” jelasnya kepada tim redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Benny memang mengaku pada saat usianya masih remaja dan sudah hobi bermain game, orang tuanya sempat tidak setuju. Oleh karena itu, dia sangat sumringah mendengar niatan pemerintah untuk mendorong terus eSports dan industri game online di Indonesia.
“Kalau sekarang terstruktur dan didukung pemerintah, orang tua juga kan akan mendukung anak-anaknya di game. Jadi lebih jelas lah masa depan di eSports,” katanya lagi.
Benny dengan mantap menyebut bahwa bidang yang dia geluti sekarang ini adalah olahraga. Dia bahkan mengatakan bahwa eSports tidak main-main dan masa depan terjamin.
“Kita di sini, atlet pro eSports tidak main-main, kami dibayar dan terikat kontrak dengan perusahaan, kehidupan kami dijamin, selebihnya bagaimana kita mengatur. Kalau anggapan gamer itu main terus sampai begadang, tidur pagi, itu balik ke orangnya masing-masing," tutur Benny.
Andrew Joseph salah seorang pelatih eSports dari XCN Academy Indonesia menjelaskan bahwa menjadi atlet eSports sama seperti atlet lain.
“Kami juga latihan fisik,” kata Andrew Joseph.
Menurutnya, seorang pemain gim profesional menghabiskan waktu sekitar 10 jam sehari di depan komputer untuk mengasah keterampilan mereka. Jika ikut turnamen, jam latihan pun bisa bertambah.
Latihan fisik membantu tubuh tetap bugar sehingga mereka bisa berkonsentrasi dan tidak mudah lelah ketika sedang berlatih maupun bertanding. Andrew biasanya mengajak anak didiknya untuk bermain futsal atau pergi ke gym.
Ia menyatakan bahwa salah satu pantangan bagi para pemain game profesional adalah begadang. Biasanya mereka latihan dari siang hingga pukul 23.00, Andrew menyarankan mereka untuk tidur setelah latihan. “Jam 1 dini hari sudah tidur, matikan internet,” kata dia.
Berpendapatan Tinggi
Perkembangan industri eSports di Indonesia memang sudah sangat maju. Menurut laporan Global Games Market Report per Januari 2019 lalu, Indonesia bahkan berada di peringkat ke-17 pendapatan tertinggi dari game online dengan penghasilan mencapai Rp13 triliun.
Pada 2019 ini, nilai pasar game global sendiri akan mencapai angka USD 152 miliar atau Rp2,161 triliun, menurut laporan yang dirilis oleh Newzoo.
Karena prestasi yang ditorehkan oleh anak-anak muda Indonesia itu, mereka pun punya penghasilan yang cukup tinggi. Dilansir dari esportearnings.com, banyak atlet eSports yang berhasil meraup penghasilan selangit.
Hansel Ferdinand disebut-sebut sebagai atlet eSports dengan pendapatan tertinggi di Indonesia. Hansel sudah mengikuti berbagai kejuaraan eSports untuk permainan CS:GO sejak tahun 2013 lalu.
Terbilang dari 2013, Hansel dengan nama ID BnTeT sudah memainkan sebanyak 42 turnamen dengan total pendapatan sebesar 108,893.31 Dollar AS atau sekitar Rp1,54 miliar.
Tercatat oleh esportearnings.com, penghasilan BnTeT sebagai atlet eSports tak pernah kurang dari 40 ribu Dollar AS dalam dua tahun terakhir (periode 2017 dan 2018). Hanya saja, hingga pertengahan 2019 ini, dia baru meraup penghasilan sebesar 8,369.40 Dollar AS atau setara Rp119,11 juta.
Direktur Fasilitasi Infrastruktur TIK Bekraf, Muhammad Neil Hilman menyatakan bahwa potensi ekonomi kreatif di eSports sendiri sangatlah besar.
“Sangat, sangat bagus. Menurut saya, justru sekarang ini untuk menjadi salah satu lokomotiv industri game adalah melalui eSports,” ucap Neil Hilman kepada tim redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Melihat perkembangan pesat yang dialami oleh industri eSports sendiri, Bekraf menilai bahwa ada beberapa produk ekonomi kreatif yang memang berperan dalam penyelenggaraan olahraga elektronik ini.
“Ya, kalau dari sisi pertandingannya segala macam, saya diberitahu kemarin perputaran revenue dalam pasarnya di Indonesia bisa mencapai lebih dari 1 miliar Dollar AS,” ucap Neil Hilman.
“Penyelenggaraan eSports itu tidak bisa sendiri, ada games-nya sendiri, atletnya, ekosistem secara keseluruhan termasuk dukungan dari produk-produk kreatif. Kita sebut saja logo dari tim eSports, yang merupakan hasil karya dari DKV (Desain Komunikasi Visual) atau jersey yang dikenakan atlet, itu dari sisi fashion,” jelas Neil Hilman lagi.
Badan pemerintahan lainnya terkait seperti Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), merupakan salah satu yang paling mendorong eSports resmi menjadi cabang olahraga di Indonesia.
Bekraf pun juga berharap bahwa niatan Kemenpora itu terus berlanjut seperti halnya penyelenggaraan Piala Presiden eSports pada awal tahun 2019 ini.
“Seperti penyelenggaraan turnamen Piala Presiden kemarin, itu kerja sama antara Bekraf, KSP (Kantor Staff Kepresidenan), ada juga Kemenpora dan Kemkominfo. Harapannya, sinergi ini bisa terus brelanjut karena masing-masing punya peran mengembangkan industri eSports di Indonesia,” pungkasnya.