Juwita Niza, Si Anak Manja yang Gemar Rampas Medali Emas
Cabang olahraga wushu kembali sukses menyumbangkan medali emas bagi Indonesia dalam ajang SEA Games 2017. Setelah sebelumnya diraih oleh Felda Elvira Santoso dan Lindswell Kwok, kali ini giliran Juwita Niza Wasni yang memastikan satu emas pulang ke Tanah Air.
Dalam pertandingan nomor Nandao + Nan Gun putri pada Selasa (22/08/17) di Kuala Lumpur, Malaysia, wanita kelahiran 16 Agustus 1996 tersebut berhasil mengalahkan dua pesaing utamanya asal Vietnam, Thuy Linh Nguy dan Thuc Anh Nguyen.
Tampil gahar menggunakan tongkat dan golok, gadis cantik yang masih terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) itu berhasil mempesona para juri yang memberinya total poin 19,29.
Hasil ini sendiri seolah menuntaskan perasaannya yang sebelumnya gagal merebut medali emas dalam ajang SEA Games di Singapura pada 2015 lalu.
Di balik kehandalannya dalam olahraga wushu dan paras cantik yang dimiliki, Juwita ternyata memiliki sejumlah fakta menarik yang mungkin jarang diketahui. Penasaran? Berikut INDOSPORT sampaikan pembahasannya untuk para pembaca setia:
1. Anak Manja yang Doyan Pelukan Orang Tua
Bila melihat penampilan Juwita yang gahar saat memegang golok dan tongkat, tentunya tidak ada yang menyangka bahwa gadis cantik berpostur 156 cm ini ternyata anak yang sangat manja ketika berada di rumah.
Terlahir sebagai bungsu dari enam bersaudara ternyata membuat Juwita selalu mendapat perhatian lebih dari kedua orang tuanya, Wasit Amin dan Zaenab. Sang ayah pun membenarkan hal tersebut.
"Dia anak yang manja. Tiap hari, pagi sore selalu telepon maminya. Bahkan, malam hari pun sering telepon kalau dia sedang masuk pelatnas atau tanding di luar negeri," ungkap pria berusia 68 tahun itu seperti dikutip dari Antara.
Kecintaan Juwita pada orang tuanya memang sangat terlihat jelas. Buktinya saja ketika berhasil meraih medali emas SEA Games 2017, ia langsung mencari orang tuanya dan meminta untuk dipeluk.
"Berpelukaannnnnnn," kata Juwita ketika melihat ibunya yang sejak awal mengawal langsung perjuangannya di SEA Games 2017.
2. Punya Kepribadian Ganda
Ada cerita menarik di balik kecintaan seorang Juwita Niza pada olahraga wushu. Siapa yang sangka, pada mulanya Juwita dikenalkan ke olahraga wushu karena sikapnya yang tidak bisa diam ketika masih kanak-kanak.
Lahir dari keluarga yang tidak punya garis keturunan sebagai seorang atlet, Juwita awalnya lebih diarahkan ke olahraga senam. Barulah ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia dikenalkan dengan wushu oleh pamannya. Sejak saat itulah Juwita mulai serius berlatih wushu.
"Saat masih kecil, saya itu orangnya tidak bisa diam, suka berlari-lari. Akhirnya orang tua menyuruh saya lebih banyak aktif di olahraga. Saya dikenalkan dengan senam saat masih usia enam tahun," tutur Juwita seperti dikutip dari Liputan 6.
"Kemudian paman saya mulai memperkenalkan saya dengan wushu. Saat itu saya masih SMP kelas satu. Sampai sekarang, saya sangat menyukai wushu," tambahnya menjelaskan.
Lebih lanjut, Juwita sendiri secara mengejutkan mengaku memiliki kepribadian ganda. Ia mengaku bisa berubah menjadi garang saat bertanding, namun di luar arena, ia akan menempatkan dirinya sebagai seorang wanita yang feminin.
"Saya ini berkepribadian ganda (sambil tertawa). Kalau di luar arena, saya itu adalah wanita yang feminin. Pelatih malah pernah marah karena saya terlalu feminin untuk seorang atlet wushu. Tapi, ketika sedang bertanding, saya tidak seperti itu. Saya harus bisa menempatkan posisi sebagai atlet dan seorang wanita," ujar Juwita.
3. Hobi Rebut Medali Emas
Keberhasilan merebut medali emas dalam ajang SEA Games 2017 ternyata bukanlah prestasi yang baru bagi seorang Juwita Niza. Pasalnya, gadis yang saat ini berusia 21 tahun tersebut memang menjadi salah atlet wushu Indonesia yang langganan meraih medali emas.
Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga saat dirinya turun membawa nama Indonesia di kompetisi-kompetisi internasional melawan atlet wushu dari negara lain.
Prestasi pertama Juwita sendiri datang ketika ia meraih medali perak dalam Kejuaraan Junior di Singapura pada 2010 lalu. Di kejuaraan tersebut Juwita sukses meraih medali perak dari nomor Taolu.
Siapa sangka, medali perak di Kejuaran Junior itu menjadi pintu gerbang bagi Juwita untuk menuai banyak prestasi membanggakan. Di tahun 2011, Juwita bisa meraih 1 medali emas di PON Makassar dan tiga medali emas kala mengikuti World Children di Turki.
Berikutnya, di tahun 2013, Juwita sukses mengamankan satu medali emas di ajang Islamic Solidarity Games 2013 dan juga SEA Games 2013 di Myanmar.
Prestasi tertinggi dalam karier wushu Juwita sendiri tercipta di tahun 2014. Mewakili Indonesia dalam ajang Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, Juwita sukses membawa pulang medali emas ke Tanah Air.