x

Dianggap Pakaiannya Tidak Sopan, Pelari Wanita Ini Dipukul di Bagian Sensitif

Senin, 7 Mei 2018 09:58 WIB
Editor: Isman Fadil

Seorang pelari perempuan mendapatkan perlakuan tak menyenangkan saat mengikuti kejuaraan lari 5 Kilometer dalam perayaan Milad ke-27 Universitas Aisyiyah (Unisa) yang digelar pada Selasa (01/05/18) lalu.

Video yang berdurasi 49 detik tersebut tersebar luas di Facebook dan Instagram dan menjadi viral pada Sabtu (05/05/18). Dalam video itu terlihat pelari perempuan yang mengenakan celana pendek dan kaos berwarna hitam tengah diadang seorang kakek.

Baca Juga

1. Kurangnya Sosialisasi

Perempuan pelari yang sedang berlomba menjadi korban persekusi warga, hanya karena dinilai tidak mengenakan busana islami.

Pelari wanita itu diadang warga saat berlari di wilayah Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan kabar yang beredar, warga geram sebab pelari yang melewati kampungnya tak berpakaian tertutup.

Seperti diketahui, Mlangi merupakan pusat pesantren, banyak santri yang belajar sehingga masyarakat wajib berpakaian sopan dan menutup aurat. Selain wilayah Mlangi, daerah Pundung, Cambahan, dan Nogotirto merupakan daerah santri.

Minimnya sosialisasi panitia kepada warga diduga menjadi faktor penyebab insiden pengadangan peserta lomba lari tersebut.

"Panitia atau EO-nya yang tidak paham. Tidak menghormati aturan lokal di Mlangi," kata Camat Gamping, Abu Bakar, seperti dilansir Kumparan.

"Harus koordinasi dengan aparat wilayah. Hormati aturan lokal, wilayah banyak pesantrennya orang harus berpakaian yang sopan dan menutup aurat. Kita kalau di Bali saja menghormati bila ada tulisan terkait berpakaian yang sopan," sambungnya.


2. Dipukul Warga

Perempuan pelari yang sedang berlomba menjadi korban persekusi warga, hanya karena dinilai tidak mengenakan busana islami.

Selain dibentak, peserta lomba lari itu mendapat aksi kekerasan dari warga sekitar. Bahkan, ada juga yang dipukuli di bagian bokongnya.

Menurut Ketua RW 03 Mlangi, Nurarafar, warga melakukan tindakan itu secara spontan. Sebab, warga sudah meminta siapa pun yang memasuki kawasan itu berpakaian sopan sesuai kriteria kelompok mereka.

“Kejadiannya dekat dengan TK AB. Memang benar terjadi di Mlangi,” kata Nurarafar dikutip dari Suara.

“Pas ada cara mau Nyadran, bersih-bersih makam, kuburan, mereka melihat ada peserta perempuan itu berpakaian celana pendek,” sambungnya.


3. Sudah Susuai Aturan

Perempuan pelari yang sedang berlomba menjadi korban persekusi warga, hanya karena dinilai tidak mengenakan busana islami.

Ketua Panitia Milad ke 27 Unisa, Ruhiyana, mengatakan cara lari yang digelar sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Menurutnya standar berpakaian yang digunakan oleh para pelari sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh induk olahraga atletik, PASI.

"Kami bekerjasama dengan PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) dalam penyelenggaraan. Dengan pihak kampung secara prosedural sudah. Izin (kegiatan) juga ada," kata pria yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Unisa ini.

"Sebenarnya kami berpikiran sesuai standar. Ini aturan mainnya sesuai PASI. Event lari ini terbuka untuk umum. Pakaian yang dikenakan pelari sesuai standar kenyamanan mereka dalam berlari. Tidak hanya korban. Banyak juga yang pakai hotpants," ujar Ruhiyana.

"Kami sudah berbicara dengan pak dukuh (perangkat desa), waktu itu disampaikan bahwa terkait dengan busana. Nah sementara ini kegiatan standar PASI dan untuk umum, jadi teman-teman pelari ya berbusana sesuai kenyamanan mereka," sambungnya.

Ruhiyana menambahkan permasalahan dalam even lari tersebut sebenarnya sudah selesai. Karena pihak pelari tidak mempermasalahkan insiden tersebut.

"Insiden ini sudah selesai dan tidak ada masalah lagi," tandasnya.

Lari

Berita Terkini