Mengulik Rencana Jokowi Gelar F1 Indonesia, Mission Impossible?
FOOTBALL265.COM – Indonesia sedikit tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara lainnya, dalam dunia olahraga. Karena, bisa dikatakan, jika semangat olahraga masyarakat Indonesia baru berkobar ketika gelaran Asian Games 2018 lalu.
Jika memang benar demikian, maka Indonesia sangat tertinggal jauh dari tetangganya. Beberapa negara Asia Tenggara lainnya sudah begitu serius memikirkan kegiatan atau ajang olahraga lebih dari satu dekade lalu.
Sebut saja Malaysia, yang telah menggelar ajang MotoGP sejak 1991 silam. Bahkan Malaysia sudah memastikan diri menjadi wakil ASEAN pertama yang memiliki tim MotoGP pada musim depan.
Artinya, Indonesia sudah tertinggal kurang lebih 28 tahun dari Malaysia. Jangankan mengirim pembalap atau tim, sirkuit balapan bertaraf internasional saja sampai saat ini masih dalam rencana pembangunan.
Sekedar infromasi, Indonesia saat ini masih merencanakan pembangunan sirkuit bertaraf internasional di Mandalika Nusa Tenggara Barat (NTB). Tak hanya untuk menggelar ajang MotoGP, namun sirkuit itu nantinya juga bakal menjadi tempat Formula 1.
Melihat kondisi di atas, seharusnya menjadi tamparan keras bagi Indonesia. Padahal, penonton asing terbanyak di setiap ajang MotoGP Malaysia, adalah masyarakat Indonesia. Sangat ironis mendengar kabar tersebut.
Tak hanya kalah dengan Malaysia, Indonesia secara mengejutkan harus tertinggal dari Vietnam. Karena Vietnam sudah mendaftarkan diri sebagai tuan rumah MotoGP pada 2020 mendatang. Langkah itu diambil ketika Malaysia mundur sebagai tuan rumah F1.
Olahraga Vietnam memang tengah berkembang pesat sejak 2018 kemarin. Tak hanya sepak bola, yang berhasil menjuarai Piala AFF 2018, namun mereka juga melakukan gebrakan mengejutkan di dunia F1.
Oleh karena itu, Presiden Indonesia, Joko Widodo mengarahkan agar Sirkuit Mandalika juga dapat menggelar turnamen balap mobil F1. Jokowi menilai bahwa diadakannya turnamen jet darat tersebut bisa memberikan keuntungan bagi Indonesia terutama di sektor wisata.
1. Biaya Fantastis Gelaran F1
Malaysia pada 2016 lalu telah mengumumkan diri untuk mundur sebagai tuan rumah F1. Itu dibenarkan langsung oleh Menteri Pariwisata dan Keduayaan, Datuk Seri Nazri Abdul Aziz.
"Perjanjian saat ini adalah dari 2016 hingga 2018. Jadi setelah itu berakhir, tidak akan ada lagi (F1 di Malaysia)," kata Nazri seperti dikutip dari Malaymail beberapa tahun lalu.
Beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dan Thailand juga sudah tidak tertarik lagi menjadi tuan rumah F1. Bukan hanya karena pamor F1 yang mulai memudar setelah Michael Schumacher pensiun.
Akan tetapi menggelar ajang F1 membutuhkan biaya yang sangat fantastis. Menurut laporan Forbes, tuan rumah F1 setidaknya membutuhkan biaya operasi sekitar 57,5 juta dolar atau setara dengan Rp837 miliar. Biaya itu belum termasuk perbaikan aspal.
Tuan rumah juga harus menyiapkan dana tambahan sebesar 31,5 juta dolar atau sekitar Rp458 miliar di tahun pertamanya menggelar F1. Artinya, negara yang ingin menjadi tuan rumah F1 harus menyiapkan dana lebih dari Rp1,2 triliun.
Sedangkan menurut laporan Liberty, selama sepuluh tahun, total biaya tuan rumah diperkirakan 396,2 juta dolar dan biaya menjalankan balapan perharinya menjadi 575 juta dolar. Dengan begitu biayanya hampir menyentuh satu miliar dolar (Rp14 triliun).
Melihat mahalnya biaya untuk menggelar ajang F1 pun bisa membuat misi Indonesia untuk menjadi tuan rumah sedikit mustahil (bukan berarti tidak mungkin). Mengingat, pemerintah Indonesia tidak akan cuma-cuma mengeluarkan dana Rp1,2 triliun.
Apalagi, masyarakat Indonesia sudah mulai meninggalkan F1, dan lebih tertarik dengan ajang MotoGP. Tidak adanya pasar atau antusias yang besar dari masyarakat pun bisa membuat pemerintah Indonesia berpikir dua kali untuk menggelar F1.
Jika Indonesia benar-benar ngotot untuk menjadi tuan rumah F1 seperti Vietnam, mereka bisa menggantungkan harapan kepada pengusaha-penguasaha ‘gila’ yang berani mendanai gelaran F1. Itu menjadi salah satu cara agar Indonesia bisa mengejar ketinggalannya dari negara-negara ASEAN lainnya.