Barry Sheene: Legenda MotoGP Paling Bengal yang Kejar Wanita Demi Puaskan Nafsu
FOOTBALL265.COM - Legenda balap MotoGP satu ini mungkin namanya kurang familiar di telinga penggemar balap saat ini. Namun cerita menarik sang legenda, yakni Barry Sheene yang dikenal bengal dan playboy rasanya tetap akan menarik untuk diikuti.
Barry Sheene punya banyak kisah menarik di luar prestasinya sebagai pembalap MotoGP. Ia dikenal sebagai pembalap yang punya gaya bak seorang rock star, bengal, dan tentunya piawai memikat hati banyak wanita alias playboy.
Barry Sehhene merupakan juara dunia MotoGP (atau yang saat itu dikenal sebagai GP 500cc) pada tahun 1976 dan sukses menyabet dua kali gelar juara GP 500cc.
Rider Inggris itu kembali menjadi juara tahun 1977 bersama Suzuki dan terakhir kali berlaga di kelas GP 500 cc pada 1984.
Barry Sheene atau yang punya julukan Bazza dikenal dengan sikap bengalnya yang suka merokok di depan publik.
Bahkan karena terlalu kecanduan dengan nikotin, helm legenda balap kelahiran 11 September 1950 itu sengaja dilengkapi lubang khusus di bagian sekitar dagunya agar dirinya bisa tetap merokok di area start.
Sheene juga dikenal sebagai penggemar minum-minuman keras dan juga tak ragu menampilkan kemesraan dengan banyak wanita cantik di depan umum. Sheene yang dikenal flamboyan tetap menjadi kesayangan banyak orang berkat penampilan ciamiknya saat membalap.
Gaya Barry Sheene yang dianggap keren saat itu bahkan banyak diikuti oleh anak-anak muda di zamannya.
Seperti James Hunt (legenda F1) dan Geoge Best (legenda sepak bola), Sheene memanfaatkan sepenuhnya ketertarikan para kaum hawa. Dia menjadi headline utama banyak tabloid ketika diketahui mengajak kabur seorang supermodel dari suaminya yang seorang fotografer fesyen yang dikenalnya.
“Para wanita hanyalah permainan besar lainnya,” kenang teman baik Sheene dan mantan rekan setimnya, Steve Parrish. “Itu bagian dari pengejaran, bukan penangkapan, dan ada banyak sekali pengejaran yang terjadi.
"Orang-orang biasa mengatakan saya mengikuti jejak Barry. Rasanya seperti mengikuti Alice in Wonderland tapi versi rock and roll. ”
Sheene menikmati masa-masa mudanya dengan cara yang liar tak hanya merokok dan minum alkohol serta mengejar wanita, pria kelahiran London itu tak segan memakai obat terlarang seperti kokain.
1. Otot Kawat Tulang Besi
Pada tahun 1982, saat sesi tes jelang British GP di Sirkuit Silverstone, motor Barry Sheene yang berkecepatan 160 meter per jam menabrak dan menghancurkan mesin yang langsung berhamburan.
Kedua kaki dan pergelangan tangan Sheene terluka parah dan ia harus menepi. Meski saat itu nyaris meninggal nyatanya Sheene hanya menghabiskan waktu selama 23 hari di rumah sakit dan diperbolehkan pulang setelahnya.
Foto-foto setelahnya menunjukkan pemandangan yang mengerika. Lebih mirip kecelakaan pesawat di udara ketimbang kecelakaan sepeda motor.
Sekali lagi dunia diberikan kisah keajaiban tentang kesembuhannya dan sekali lagi keberanian dan kecerdasannya bersinar. Ketika seorang presenter TV menanyakan bagaimana kondisi kakinya setelah kecelakaan, dia lalu menjawab.
"Mereka hebat, saya tidak akan di sini tanpa mereka." ujar Sheene seperti dilansir dari Motorsport Magazine.
Kebanyakan orang benar-benar kagum dengan kemampuan Sheene untuk mengabaikan rasa sakit, meskipun eks rekan setimnya, Steve Parrish, tahu ada motif tersembunyi di baliknya.
"Kecepatan pemulihannya sangat fenomenal,” kata Parrish. “Dan saya akan memberi tahu Anda alasannya karena dia ingin lebih cepat pulih daripada orang lain. Itu adalah kompetisi lain, seperti siapa yang bisa mencapai lintasan tercepat atau siapa yang bisa berenang terjauh di bawah air."
"Barry tahu bahwa jika dia keluar lebih cepat daripada orang lain, dia akan mendapat publisitas yang akan membantunya mendapatkan lebih banyak uang dari sponsor dan motor yang lebih baik. Itu hanya bagian dari permainan besar untuknya."
Berry Sheene Tergantikan hingga Meninggal Dunia
Kemudian Kenny Roberts hadir. Pembalap asal California, Amerika Serikat, itu memenangkan Kejuaraan Dunia di tahun 1978, 1979, dan 1980. Posisi Sheene pun mulai tergeser dengan kehadiran Roberts.
Sheene pasti akan berjuang lebih baik jika program pengembangan Suzuki tidak salah. Namun sayang motor tunggangannya RG500 justru didesain ulang untuk tahun 1978 dan menjadi lebih buruk.
RG 1979 tidak jauh lebih baik, namun Sheene masih bisa mengalahkan Roberts pada masanya dan mengalahkannya di Grand Prix Inggris pada tahun 1979.
Beberapa bulan setelah perjalanannya yang tak terlupakan di Silverstone, Sheene malah membiarkan ego menguasai dirinya selama negosiasi kontrak yang penuh drama dengan Suzuki dan pergi tanpa Rencana B. Itu adalah kesalahan terbesar dalam kariernya.
Bergabung dengan Yamaha, tim akhirnya memilih untuk melepasnya di tahun 1982 karena deretan cedera yang membekap Sheene. Dia kembali ke Suzuki, baik Sheene dan RG memasuki masa senja karier mereka.
Meski begitu, ia masih mampu mencetak podium terakhirnya di Kyalami pada 1984, bangkit dari ketinggalan hingga finis ketiga dalam kondisi lintasan yang lembab dan sulit.
Hebatnya, sejak kemenangan terakhirnya di GP Swedia 1981 di Anderstorp, tidak ada ;agi pe,balap Inggris lainnya yang naik ke podium teratas di kelas utama.
Sheene meninggal dunia pada 10 Maret 2003 karena sakit kanker, namun hingga kini kenangannya tak bisa dilupakan oleh penggemar setia balapan MotoGP.