Meski Kini Setara, soal Penonton Indonesia Open Berbeda dengan All England
Blibli Indonesia Open 2018 akan segera bergulir 03-07 Juli di Istora Senayan. Satu hal yang menarik tahun ini, Achmad Budiharto selaku Ketua Panitia Pelaksana (panpel) memastikan bahwa Indonesia Open 2018 akan banyak menghadirkan hal-hal baru. Salah satunya adalah perubahan level turnamen yang dianggap setara dengan All England.
Tak hanya naik level, turnamen Indonesia Open tahun ini juga mengalami peningkatan hadiah. Jika sebelumnya senilai 1 juta dolar AS atau sekitar Rp13 miliar, kali ini total hadiah yang diperebutkan mencapai 1,25 juta dolar AS atau sekitar Rp17 miliar.
Peningkatan itu tak pelak disesuaikan karena perubahan level menjadi Superseries Premier dan masuk dalam rangkaian turnamen HSBC BWF World Tour Super 1000.
"Ada beberapa hal istimewa yang terjadi tahun ini. Level tahun ini meningkat di mana menjadi tiga event level tertinggi di dunia," ucap Achmad Budiharto dalam konferensi pers Indonesia Open di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (14/05/18).
"Di mana hanya tiga negara yang mendapat kesempatan dengan event terbesar. Yakni Inggris dengan All England, China dengan China Open dan Indonesia dengan Indonesia Open," tambah dia.
Selain itu, peningkatan level juga berdampak pada perubahan sistem peserta. Blibli Indonesia Open 2018 tidak lagi menggelar babak kualifikasi untuk menentukan peserta yang akan ikut dalam babak utama. Dengan begitu, para pemain dengan rangking 32 besar dunia saja yang berhak ikut dalam turnamen ini.
“Peningkatan level turnamen Blibli Indonesia Open 2018 ini juga diikuti dengan perubahan sistem pertandingan. Mulai tahun ini, tidak akan ada babak kualifikasi karena pemain yang berhak dan wajib berpartisipasi hanya yang masuk dalam rangking 32 terbaik dunia. Sistem terbaru ini menjadikan turnamen Blibli Indonesia Open 2018 semakin eksklusif dan bergengsi,” ujar Achmad Budiharto.
Meski kini level turnamen memiliki kesetaraan, ada hal yang membedakan Indonesia Open dengan All England dari segi penonton. Berikut INDOSPORT kupas sedikit perbedaan kedua kejuaraan tersebut:
1. Dukungan Bagi Atlet Luar
Penonton bulutangkis Indonesia dikenal tidak hanya total memberikan dukungan pada atlet-atlet dalam negeri saja. Mereka juga tak segan-segan menyemangati beberapa atlet dari luar.
Bahkan, ada beberapa pemain luar negeri yang menjadi idola publik Tanah Air seperti yang fenomenal mantan pemain nasional Korea, Lee Yong-dae yang kerap di elu-elukan tiap ia berlaga. Dukungan tersebut nyatanya membuat mereka terkesan dan selalu rindu tampil di Indonesia.
Beda halnya jika pertandingan menampilkan pemain China. Sebagian suporter Indonesia dipastikan jarang ada yang memberikan dukungan. Alasannya, China merupakan negara pesaing utama Indonesia yang pemainnya kerap menjegal pemain Indonesia mendapat gelar juara.
Sedangkan penonton di ingris akan terlihat lebih diplomatis soal dukungan. Mereka memberikan dukungan kepada semua atlet yang bertanding dari manapun asal negaranya. Meski ada atlet tuan rumah yang berlaga, dukungannya pun terasa datar-datar saja tanpa ada intimidasi kepada atlet lawan, ataupun luapan emosi yang berlebih jika atlet tuan rumah kalah.
2. Soal Lampu Stadion
Perihal yang cukup menarik tentang perbedaan sistem pencahayaan di Istora Senayan dan tempat berlangsungnya All England. Jika diperhatikan dengan seksama, venue terselengaranya All England merupakan pencetus penataan lampunya, sorot lampu ke lapangan membuat area penontonnya gelap seperti layaknya menonton di bioskop.
Hal ini tentunya belum diterapkan di Istora Senayan. Para suporter di tribun-tribun masih bisa terlihat jelas.
3. Fanatisme
Berbeda dengan olahraga tenis dengan aturan ketatnya terhadap penonton, bulutangkis merupakan cabang yang membebaskan suporternya untuk mendukung pemain kesayangannya sebebas mungkin. Nah, hal lumrah inilah yang biasa kita temukan dari para suporter Indonesia.
Sesuatu yang tidak bisa ditemukan di All England, di mana penonton terlihat tidak bebas menyoraki atlet yang didukungnya kapan pun dia suka. Kejuaraan tertua bulutangkis tersebut tampak masih menilai jika atlet butuh konsentrasi penuh saat bertanding, di samping budaya dan kedewasaan para suporternya dalam menikmati pertandingan.
Agar tidak menggangu jalannya pertandingan, suporter hanya bertepuk tangan, bersorak, dan berteriak saat poin masuk atau selesai pertandingan.
Untuk Indonesia Open, jangan harap hal tersebut bisa terjadi. Suporter tidak akan henti-hentinya memberikan dukungan sepanjang hari di Istora Senayan. Faktor ini pula, pemain seperti Lin Dan tercatat tidak pernah menaklukkan keangkeran Istora karena mengaku tidak pernah suka bermain di Indonesia karena suporternya yang berisik.
Well, Selamat Datang di Indonesia Open!
Jadwal Pertandingan Babak 16 besar Piala Dunia 2018 Hari Ini, Selasa (03/07/18) dan Rabu (04/07/18):
Terus ikuti berita terbaru INDOSPORT dengan topik: PIALA DUNIA 2018 RUSIA