Mengenang 'Civil War' Liem Swie King vs Rudy Hartono di All England 1978
FOOTBALL265.COM – Sayup-sayup terdengar teriakan 7000 penonton di Inggris yang terhibur dengan aksi menawan dari dua finalis asal Indonesia di ‘civil war’ All England 1978. Civil war sendiri secara harafiah berarti perang madani atau perang saudara.
‘Civil war’ All England 1978 yang mempertemukan Liem Swie King dengan Rudy Hartono merupakan duel yang sangat menakjubkan. Meski bersaudara karena sama-sama Indonesia, sebenarnya dua finalis berasal dari latar belakang yang berbeda.
Rudy Hartono adalah manusia pencetak rekor dengan memenangkan gelar All England terbanyak hingga saat ini yaitu berjumlah 8 kali. Sedangkan Liem Swie King hanyalah ‘bocah ingusan’ yang belum pernah memenangi All England, lantas mengapa mereka bisa bertemu di partai puncak?
Mundur ke tahun 1973 saat pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) dibuka secara gegap gempita di Jakarta. Liem Swie King yang saat itu baru berusia 17 tahun sangat antusias menyambut pesta olahraga itu karena dapat berfoto dengan legenda bulutangkis, Christian Hadinata.
Sejak saat itu, Liem Swie King berlatih dengan sangat keras tanpa mengenal siang dan malam demi mewujudkan ambisinya untuk memenangi All England.
Liem Swie King pun langsung turun di arena All England sejak tahun 1974, tetapi ia selalu gagal. Mulai dari saat kalah dari Svend Pri (Denmark) di 16 besar hingga kalah di perempatfinal dari Flemming Delfs (Denmark) di tahun 1975.
Barulah di All England 1976, Liem Swie King mengalami peningkatan yang signifikan secara prestasi. Setelah sebelumnya ia terhenti di 16 besar dan perempatfinal, akhirnya di 1976 King berhasil mencapai babak final.
Sayang dirinya menghadapi Rudy Hartono dalam ‘civil war’ jilid pertama yang saat itu sedang dalam peforma terbaiknya. Liem Swie King pun ‘kalah’ di final itu yang membuat Rudy Hartono meraih gelar All England kedelapannya yang hingga saat ini masih belum ada yang menyamai.
Liem Swie King yang saat itu merupakan rising star tidak menyerah dan berlatih lebih keras lagi hingga akhirnya dirinya sampai di final All England 1978. Takdir berkata jika Liem Swie King ingin mewujudkan ambisinya, maka ia harus lewati hadangan dari Rudy Hartono di ‘civil war’ jilid kedua.
1. Petualangan di All England 1978
Baik itu Rudy Hartono ataupun Liem Swie King, keduanya bisa sampai ke babak final dengan penuh perjuangan. Hal itu dikarenakan mereka berdua harus melewati para lawan tangguh di babak-babak awal.
Seperti Liem Swie King yang harus melewati hadangan Svend Pri di babak perempatfinal yang pernah menyingkirkannya di All England 1975. Beruntung permainan militant yang ditunjukan oleh King mampu menyudahi perlawanan Svend Pri dengan skor 15-10, 15-5.
Rudy Hartono sendiri juga harus ‘berdarah-darah’ ketika harus baku hantam dengan Flemming Delfs di babak semifinal. Setelah sempat menang mudah 15-7 di set pertama, Rudy Hartono harus bersusah payah memenangi set kedua dengan skor ketat 15-12.
Pada akhirnya Rudy Hartono dan Liem Swie King saling berhadap-hadapan di final All England 1978 yang bertajuk ‘civil war’ atau perang saudara. Disaksikan oleh 7000 pasang mata di Inggris, Rudy Hartono bermain dengan ambisi menang yang ke-9 kali melawan pendatang baru, Liem Swie King.
Rudy Hartono yang unggul jauh jika bicara soal pengalaman mampu mengunci skor langsung 4-0 di set pertama. Akan tetapi Liem Swie King menunjukan kepantasan dirinya sebagai calon bintang masa depan Indonesia dengan menyamakan kedudukan di angka 4-4, dan 5-5.
Rudy Hartono yang berambisi untuk menjadi sejarah di All England mengerahkan seluruh kekuatannya dengan menjauh lagi di angka 9-5. Saat itu di luar dugaan Liem Swie King tidak gentar sama sekali dan langsung mengejar dan menyudai set pertama dengan skor 15-10.
Di set kedua, kejutan terjadi di mana Liem Swie King menampilkan peforma yang sulit untuk dilupakan oleh para penonton. Liem Swie King berhasil menjadi juara All England 1978 setelah menang di set kedua dengan skor 15-3.
Manajer tim tunggal putra saat itu, P.Soemarsono pun langsung memberi rangkulan kepada Liem Swie King yang telah tampil menawan di final. Bahkan Herbert Scheele yang mendapat julukan sebagai bapak bulutangkis dunia ikut memberi selamat kepada King.
“Dunia sudah mengetahui dan mengakui siapa anda (Rudy Hartono). Kini pengganti (Liem Swie King) anda sendiri yang akan meneruskan supremasi Indonesia,” ungkap Herbert yang sempat menjadi musuh besar Indonesia dalam buku biografi berjudul Panggil Aku King.
Gelar All England 1978 sendiri akhirnya menjadi penanda bergantinya andalan Indonesia di tunggal putra dari Rudy Hartono ke Liem Swie King. Selepas jadi juara di 1978, Liem Swie King menjadi pendulang berbagai juara bagi Indonesia seperti Thomas Cup, Asian Games dan Sea Games.
Terus Ikuti Perkembangan Seputar All England dan Berita Olahraga Lainnya di FOOTBALL265.COM.