Mengungsi ke Belanda, Pebulutangkis Suriah Jaga Asa ke Olimpiade Tokyo 2020
FOOTBALL265.COM – Atlet bulutangkis Suriah, Aram Mahmoud, berhasil menjaga asa untuk bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020 setelah namanya termasuk dari 37 penerima beasiswa atlet Tim Pengungsi Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Dilansir dari laman berita olahraga BWF Olympic, Aram Mahmod kini berstatus atlet pengungsi di Belanda dan berlatih bersama Cuntapay Badminton Academy di bawah pengawasan Donovan Cuntapay di Amere sejak Oktober 2018 lalu.
Selama masa pelatihannya itu, atlet 22 tahun itu telah mengantongi banyak prestasi, seperti menjadi juara di YONEX Latvia Internasional 2018, lolos perempatfinal Kejuaraan Internasional Portugal ke-54, dan terakhir empat besar RSL Lithuania Internasional 2019.
Penampilannya usai menjalani latihan di Belanda itu membantunya naik peringkat dunia di nomer tunggal putra dari 300 bulan Maret lalu menjadi 190 per 19 Juni.
Melalui media sosialnya, Mahmoud mengatakan bahwa beasiswa IOC melalui program Solidaritas Olimpiade ini membantunya bisa mengejar mimpinya.
Dia pun bisa fokus mempersiapkan diri untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020, tanpa harus mencemaskan apa pun, termasuk keselamatannya.
“Beasiswa ini membantu saya mengejar mimpi. Saya bersyukur bahwa beasiswa ini bisa meningkatkan persiapan dan paprtisipasi di turnamen internasional, dan memiliki waktu yang cukup untuk fokus ke karier saya di Belanda,” kata Mahmoud.
Mahmoud termasuk salah satu dari 13 atlet yang dipanggil Komite Olimpiade Nasional (NOCs) dari negaranya di bawah Program Dukungan Atlet Pengungsi yang diumumkan setiap tahun pada 20 Juni, tepat pada peringatan Hari Pengungsi Dunia.
Perlu diketahui, Dewan IOC melanjutkan dukungan mereka, seperti yang pernah dilakukan di Olimpiade Rio 2016 lalu, terhadap para atlet pengungsi untuk kembali berlaga di pesta olahraga sedunia yang akan berlangsung di Tokyo, Jepang pada 2022.
Para atlet pengungsi ini umumnya berasa dari empat negara yang sedang dilanda konflik, yakni Suriah, Sudan Selatan, Etiopia, dan Republik Demokratik Kongo.