x

Bukan Profit, Target Ini yang Sebenarnya Ingin Dikejar PB Djarum

Selasa, 24 September 2019 17:28 WIB
Penulis: Katarina Erlita Cadrasari | Editor: Nugrahenny Putri Untari
PB Djarum punya tujuan mulia memajukan bulutangkis Indonesia.

FOOTBALL265.COM - PB Djarum dikenal sebagai salah satu klub bulutangkis Indonesia yang sukses mencetak bibit-bibit unggul. 

Guna menjaring para calon atletnya, PB Djarum menggunakan metode jemput bola yang dinamakan program Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis.

Dari sana, bakat bulutangkis hebat mulai bermunculan. Sejumlah nama seperti Liem Swie King, Kevin Sanjaya Sukamuljo, Mohammad Ahsan, dan Tontowi Ahmad adalah atlet berprestasi jebolan PB Djarum.

Lantas keuntungan apa sebenarnya yang dicari PB Djarum dengan terjun ke dunia bulutangkis Tanah Air?

Baca Juga

"Kalau orang bisnis atau ekonom mengatakan, melalui survei atau visibility study, semua tidak akan ngomong ini layak. Kalau mengenai profit and loss, tidak bakalan ada yang namanya profit," ujar Yoppy Rosimin selaku Ketua PB Djarum kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.

"Kita semua buang terus. Karena apa? Yang kita kejar jauh di atas itu. Profit itu adalah urusan bidang lain," sambungnya lagi. 

Membuat sektor bulutangkis Indonesia mampu bersaing di kancah dunia adalah satu hal yang sangat diperjuangkan oleh PB Djarum.

Baca Juga

"Kita di sini adalah urusan glory. Glory untuk negeri ini. Itu nilainya tidak terbatas. Semuanya tidak akan tercapai kalau tidak ada passion ke sini. Glory itu sangat tinggi sekali, glory untuk Indonesia, bukan yang lain," pungkas Yoppy Rosimin.

Meski belakangan PB Djarum diketahui sempat terlibat polemik dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dua pihak itu akhirnya mencapai kesepakatan damai .

Poin kesepakatan yang berhasil dicapai adalah mengubah nama yang semula 'Audisi Umum Beasiswa PB Djarum' menjadi 'Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis' tanpa menggunakan logo, merek, dan brand image Djarum.

Yoppy RosiminPB DjarumBulutangkisBerita OlahragaPolemik PB Djarum vs KPAI

Berita Terkini