Deretan Pebulutangkis Junior Indonesia yang Meredup Ketika di Level Senior
FOOTBALL265.COM - Bulutangkis Indonesia memiliki sejumlah cerita minor perihal bakat muda yang melempem ketika memasuki level senior.
Indonesia baru saja mencatatkan sejarah dengan menjuarai nomor beregu Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis 2019. Di final yang digelar di Kazan Gymnastics Center, Sabtu (05/10/19), Indonesia menekuk China 3-1.
Tak hanya di level beregu, Indonesia juga cukup berjaya di level perorangan. Walau cuma meraih satu gelar lewat pasangan ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, namun Indonesia mampu menempatkan tiga wakilnya di partai final.
Dua wakil lain, yakni ganda putri Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi dan ganda campuran Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil harus menelan kekalahan.
Keberhasilan Indonesia di Kejuaraan Dunia Junior ini pun seakan menjadi penanda bersinarnya bulutangkis Indonesia di masa depan.
Akan tetapi, hal itu tidak mutlak. Nyatanya, Indonesia memiliki sejumlah cerita minor perihal bakat muda yang melempem ketika di level senior.
Setidaknya ada tiga mantan pebulutangkis junior yang meredup ketika memasuki level senior. Berikut ulasannya.
1. Kristin Yunita
Kristin Yunita adalah satu-satunya atlet tunggal Indonsia yang pernah membawa pulang medali emas Wordl Junior Championship pada pagelaran perdana turnamen tersebut di tahun 1992.
Sampai tahun 2014 kemarin, belum ada satu pun atlet tunggal putri Indonsia yang mampu meraih medali emas WJC setelah Kristin Yunita. Bahkan di nomor tunggal putra, Indonesia belum pernah menaruh atletnya di podium tertinggi.
Namun, setelah meraih sukses di level junior, nama Kristin Yunita justru menghilang begitu saja. Menurut kabar yang beredar, hilangnya salah satu atlet angkatan Susi Susanti itu diakibatkan masalah cedera yang menimpanya.
2. Masita Mahmudin
Masita Mahmudin merupakan salah satu produk terbaik dari klub bulutangkis Jaya Raya Jakarta.
Masita Mahmudin mencuri perhatian saat mampu meraih medali perak di Kejuaraan Dunia Junior tahun 2013 di nomor ganda putri dan ganda campuran sekaligus.
Ia pun jadi bagian dari tim junior Indonesia yang meraih perunggu di Kejuaraan Asia Junior 2013. Namun memasuki usia senior, Masita Mahmudin seperti menghilang dari peredaran.
Masita Mahmudin hanya jadi 'penggembira' di hampir tiap turnamen yang diikutinya. Di Indonesian Master, Indonesia Open, Thailand Open, sampai Indonesian Masters Super 100, ia cuma sanggup bertahan sampai babak pertama.
3. Edi Subaktiar
Edi Subaktiar pernah digadang-gadang jadi penerus Tontowi Ahmad di sektor ganda campuran. Edi pernah juara dunia level junior tahun 2013.
Namun, Edi yang sempat dipasangkan dengan Melati Daeva dan Gloria Emanuelle, tenggelam begitu saja saat memasuki usia matang di level senior. Namanya meredup dan malah kalah dari Ronald Alexander atau pun Praveen Jordan.