Kisah Pilu Pebulutangkis Bagus Setiadi, Pensiun Dini Usai Mata Kena Smash
FOOTBALL265.COM - Indonesia pernah memiliki pebulutangkis ganda nomor tujuh dunia bernama Bagus Setiadi yang nasibnya harus berakhir pilu. Memiliki karier cerah, Bagus Setiadi harus menggantungkan raket lebih cepat setelah mata kanannya cedera dan mengalami kebutaan.
Kisah ini terjadi pada awal 90-an, ketika Bagus Setiadi harus menerima musibah berat yang menimpa matanya. Kecelakaan itu terjadi pada bulan Oktober dalam persiapan ke Belanda Terbuka.
Dikutip dari berita Tempo edisi November 1993, saat itu Bagus berlatih stroke dengan pasangannya, Imay Hendra. Posisinya adalah Bagus Setiadi bertahan sementara Imay Hendra memberikan tekanan.
Tak disangka, salah satu pukulan shuttlecock dari Imay meluncur deras ke mata kanannya. Bagus pun memekik kesakitan dan segera dibawa ke rumah sakit mata di Jakarta Pusat.
Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa di mata kanan Bagus tertanam sebuah timah bahan pemberat kok. Atas inisiatif Aburizal Bakrie, bos klub Pelita Jaya tempat Bagus bernaung, akhirnya ia dibawa ke Australia.
Ditemani oleh Icuk Sugiarto yang kala itu manajer Pelita Jaya dan Vina Johan perwakilan PBSI, Bagus berobat ke Negeri Kangguru. Sayang, kabar buruk menyelimuti Bagus setelah mata kanannya divonis tak bisa diselamatkan.
Dokter di Rumah Sakit St. John of God, Perth, menyayangkan operasi yang tak langsung dilakukan sesegera mungkin. Padahal, andai segera tertangani, peluang sembuh masih ada walau kecil.
"Mau bilang apa lagi, saya sangat kecewa," ujar Bagus menyesali musibah yang menimpanya ketika itu.
Pebulutangkis Berprestasi
Bagus yang kala musibah menimpa berusia 27 tahun tergolong sebagai pebulutangkis berprestasi. Bersama Imay Hendra, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu meraih sejumlah prestasi seperti juara Irlandia Terbuka 1989, runner-up Belanda Terbuka 1992, dan Taiwan Terbuka 1993.
Setelah itu, Bagus harus menerima kenyataan pahit untuk menggantung raket. Semakin pilu ketika diketahui kondisi ekonominya tak semulus yang disangka orang.
"Dibandingkan pemain lain, ia paling tidak punya apa-apa," kata ayahnya dikutip dari Tempo. Bagus sudah bermain bulutangkis sejak usia delapan tahun dengan dibimbing oleh ayahnya, Komariyadi.
PBSI pun ketika itu tak lepas tangan. Bagus saat itu dibantu untuk menyelesaikan kuliahnya di STIE Perbanas Jakarta. Dirinya pun dijanjikan sebagai staf bagian pembinaan PBSI dan juga pelatih di klub Pelita Jaya.
Atas insiden yang menimpa Bagus, shuttlecock produksi Indonesia bermerk Gajahmada tak lagi diproduksi dengan pemberat timah. Bahan pemberat diganti dengan bahan sejenis kertas.
Hingga di masa kini, Bagus Setiadi masih menggeluti dunia kepelatihan bulutangkis. Bagus Setiadi saat ini adalah salah satu pelatih berpengalaman di klub Jaya Raya, khususnya Jaya Raya Metland di Cakung.