x

Kisah Haru di Balik Gaya Servis Greysia Polii yang Hampir Punah

Rabu, 4 Agustus 2021 16:55 WIB
Editor: Juni Adi
Greysia Polii/Apriyani Rahayu vs Chow Mei Kuan/Lee Men Yean

FOOTBALL265.COM - Pasangan ganda putri asal Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu sukses membuat bangga publik tanah air setelah mereka berhasil meraih medali emas cabang olahraga bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020.

Keberhasilan itu diraih Greysia/Apriyani usai mengalahkan pasangan ganda putri China, Chen Qingchen/Jia Yifan.

Bermain di Lapangan 1 Musashino Forest Sport Plaza, Jepang, Greysia/Apriyani menyudahi laga dalam dua set langsung dengan skor 21-19, 21-15.

Baca Juga
Baca Juga

Greysia/Apriyani mencetak sejarah setelah menjadi pemenang di sektor ganda putri badminton Olimpiade Tokyo 2020. Mereka menjadi ganda putri Indonesia pertama yang meraih medali emas Olimpiade.

Selepas laga, Apriyani Rahayu masih tidak percaya ia bisa membawa pulang medali emas Olimpiade Tokyo 2020 dalam debutnya di ajang empat tahunan itu.

"Saya tidak menyangka bisa tampil sejauh ini karena dipikiran saya hanya bagaimana caranya terus bertahan, terus melaju dalam menghadapi semua tantangan yang saya hadapi," bukanya di laman resmi BWF.

"Saya benar-benar memaksakan diri untuk datang sejauh ini dan melakukan yang terbaik yang saya bisa," sambungnya.

Apriyani Rahayu pun berterima kasih kepada seniornya, Greysia Polii (33 tahun), yang telah membantunya meraih medali emas Olimpiade.

Baca Juga
Baca Juga

"Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Tuhan dan pasangan saya," kata Apriyani Rahayu. 

"Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak akan semakin muda, jadi saya minta Greysia untuk terus berlari bersama saya, jangan berjalan," ucap pebulu tangkis 23 tahun itu.

Greysia/Apriyani mencetak sejarah setelah menjadi pemenang di sektor ganda putri badminton Olimpiade Tokyo 2020. Mereka menjadi ganda putri Indonesia pertama yang meraih medali emas Olimpiade.

Sebelum ini, prestasi ganda putri Indonesia di Olimpiade hanya sampai perempat final pada Olimpiade Rio 2016 (Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari).


1. Cerita Awal Forehand Jadi Andalan

Greysia Polii/Apriyani Rahayu, peraih mendali emas di Olimpiade Tokyo 2020.

Di partai final, ada satu hal yang banyak disoroti oleh pengamat ataupun pecinta bulutangkis yakni gaya servis Greysia Polii yang hampir punah tapi masih menjadi andalan.

Greysia menggunakan gaya servis forehand. Padahal, kebanyakan pebulutangkis masa kini lebih memilih servis menggunakan gaya backhand.

Sebab, servis backhand dianggap sebagai gaya yang aman karena shuttlecock bisa tipis melewati jaring net. Sementara gaya forehand kerap menghasilkan pukulan tinggi yang rentan terkena smash langsung dari lawan.

Baca Juga
Baca Juga

Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi Greysia. Ia mampu mengatur tempo gerakan dan ketinggian shuttlecock sehingga menjadi senjata untuk mematikan lawan.

Semua ini bukan tanpa alasan. Greysia Polii pernah membongkar mengapa ia masih menggunakan forehand saat melakukan servis kepada BWF beberapa waktu lalu.

Bermula dari cedera bahu yang dialaminya tahun 2011. Cedera itu membuat Greysia tidak bisa menggunakan servis backhand dengan baik dan berujung menjadi kelemahan dirinya dan berpengaruh terhadap performa.

"Saya selalu frustrasi dengan kelemahan saya dalam melakukan servis. Jadi saya terus mencoba, tetapi tetap saja saya akan gugup. Saya tidak tahu kenapa," kata Greysia kepada BWF.

"Setelah beberapa lama merenung, saya harus menerima bahwa menolak untuk berubah adalah karena harga diri saya. Dulu saya berkata pada diri saya sendiri: "hai Greys, Anda seorang pebulu tangkis, kenapa Anda tidak bisa melakukan servis?," lanjutnya bercerita.

Momen bersejarah pun datang ketika pelatih Eng Hian menyuruhnya untuk merubah gaya servis, hingga Greysia memutuskan untuk melatih gaya servis forehand.

Gaya servis forehand untuk seorang pemain ganda tentu mendapat sorotan dari berbagai pihak karena jarang digunakan pemain ganda.

"Pelatih saya bilang, yang penting intinya, bukan metode servisnya. Jadi, saya mengubahnya dari bulan pertama tahun lalu tepatnya sejak Malaysian Masters 2020," lanjutnya.

"Servis tinggi tidak terlalu berisiko. Saya harus mempertajam servis saya, apakah rendah atau tinggi. Saya harus merasa nyaman dulu sebelum saya mengerti maksudnya. Jadi saya perlu melakukan apa pun yang saya suka, apa pun yang membuat saya nyaman," ucap Greysia lagi.

Baca Juga
Baca Juga

Sementara itu Greysia Polii juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Indonesia yang telah mendoakan dan mendukung perjuangannya hingga mampu merebut medali emas di Olimpiade Toyo 2020.

"Terima kasih masyarajat Indonesia yang begitu luar biasa kepada kami, mengirimkan doa, semangat dukungan, energy positive. Saya dan @r.apriyanig dapat merasakan sewaktu kami bertanding," tulis Greysia Polii di akun Instagram pribadinya.

"Semoga keberhasilan ini dapat menambahkan semangat ditengah-tengah masa-masa sulit ini."

Setelah sukses di Olimpiade Tokyo 2020, Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan mengikuti tur BWF dengan turut serta di ajang Korea Open 2021, 31 Agustus-5 September di Yeosu City. 
 

Greysia PoliiOlimpiade 2020Eng HianOlimpiade Tokyo 2020Greysia Polii/Apriyani Rahayu

Berita Terkini