Novak Djokovic Ternyata Punya Saham 80% di Perusahaan Obat Covid-19
FOOTBALL265.COM – Petenis tunggal putra nomor satu dunia Novak Djokovic dilaporkan memiliki 80% saham di sebuah perusahaan biotek yang mengembangkan pengobatan untuk Covid-19.
Djokovic memang sudah lama bersikukuh tak mau vaksinasi Covid-19 dan rupanya memilih untuk membantu mencari cara untuk melindungi mereka yang tak mau atau tak bisa divaksinasi.
Mengutip Reuters, nama perusahaan yang menerima suntikan dana dari Djokovic adalah QuantBioRes, perusahaan yang berbasis di Denmark.
Bos perusahaan biotek tersebut, Ivan Loncarevic, mengungkap bahwa investasi Novak Djokovic dilakukan pada Juni 2020 lalu, tapi ia tak mau membocorkan berapa jumlah dana yang dikucurkan sang petenis Serbia.
QuantBioRes memiliki 11 peneliti yang tengah bekerja membuat obat Covid-19 di Denmark, Australia, dan Slovenia. Mereka dilaporkan mengembangkan peptida yang mencegah Covid untuk menginfeksi sel dalam tubuh manusia.
Perusahaan ini berencana untuk melakukan uji klinis di Inggris pada awal musim panas tahun ini.
Keputusan Novak Djokovic yang menolak vaksinasi Covid-19 berbuntut panjang. Ia gagal mempertahankan gelarnya di Australian Open usai dideportasi karena tak bisa memenuhi syarat vaksinasi.
1. Berbuntut Panjang
Ia pun juga terancam tak bisa ikut turnamen Grand Slam lainnya seperti French Open 2020 usai Kementerian Olahraga Prancis mengonfirmasi bahwa pemerintah menyetujui undang-undang yang mengatur vaksin sebagai salah satu syarat akses.
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa siapa pun yang belum divaksinasi COVID-19 tidak akan mendapat pengecualian masuk ke negara tersebut.
Selain itu, peraturan tersebut akan mewajibkan semua orang untuk menunjukkan sertifikat vaksinasi ketika akan masuk ke tempat-tempat umum, seperti kafe, restoran, dan bioskop.
“Ini berlaku untuk semua orang yang menjadi penonton atau atlet profesional. Dan ini sampai pemberitahuan lebih lanjut,” demikian bunyi pernyataan kementerian tersebut.
“Sejauh menyangkut Roland Garros, itu baru akan berlangsung di bulan Mei. Situasinya mungkin bisa berubah nanti dan kami berharap bisa lebih menguntungkan. Jadi kita lihat saja tapi jelas tidak ada pengecualian,” tegas kementerian.
Novak Djokovic dan sang istri, Jelena, sudah pernah terinfeksi Covid-19 pada Juni 2020 silam.