Penemu Kento Momota Asal Indonesia Ungkap Sulitnya Melatih Pebulutangkis Jepang
FOOTBALL265.COM – Imam Tohari selaku pelatih Indonesia sekaligus penemu bakat Kento Momota menceritakan betapa sulitnya melatih para pebulutangkis Jepang.
Imam Tohari bukanlah sosok asing di dunia olahraga bulutangkis baik di Tanah Air maupun di mancanegara, karena namanya memang cukup tersohor.
Ia merupakan pelatih tunggal putra PB Djarum, dan sempat melatih di Jepang selama 10 tahun terhitung sejak 2002 silam.
Selama menjadi pelatih di Jepang, ia sukses memoles atlet muda Jepang, bahkan Imam juga dikenal sebagai orang yang menjadi penemu bakat Kento Momota, pemain nomor satu di Negeri Sakura.
Meski demikian, perjuangannya untuk menjadi pelatih di negara asing tentu dilewati dengan tak mudah dan memerlukan perjuangan.
Melansir dari laman resmi PB Djarum, Imam Tohari mengaku bahwa dirinya tak mengerti Bahasa Jepang sama sekali saat memutuskan untuk berkarier di sana.
Namun hal ini tak menghentikannya. ia pun aktif belajar secara otodidak atau mandiri. Selain itu, Imam juga banyak menonton televisi dan ikut langsung mengobrol dengan warga lokal di sana.
“Pertama ke Jepang belum bisa bahasanya sama sekali, jadi belajar sendiri. Dulu belum banyak aplikasi belajar seperti sekarang. Belajarnya dari nonton TV, terus mendengarkan orang Jepang ngomong,” ucap penemu bakat Kento Momota ini.
“Mau nggak mau kita dipaksa dengan keadaan yang menuntut kita harus bisa ngomong bahasa Jepang. Karena itu, jadi kita ada kemauan untuk belajar,” tambahnya.
Selain itu, Imam Tohari juga membeberkan kesulitannya melatih para atlet bulutangkis Jepang yang ternyata tak muda.
1. Ungkap Kesulitan Melatih Atlet Jepang
Imam Tohari menjelaskan bahwa kebanyakan atlet di Jepang tak paham dengan Bahasa Inggris. Hal ini pun memaksanya untuk terus belajar Bahasa Jepang.
Sebab, ia harus lebih aktif dalam berkomunikasi dengan bahasa Jepang agar anak didiknya paham dengan apa yang disampaikannya.
“Intinya semua atlet pengen dan ada kemauan untuk belajar bahasa Inggris. Tapi kalau untuk disuruh ngomong memang agak susah. Jadi kita yang harus lebih aktif,” ucap Imam Tohari.