Bangga! Legenda Denmark Sebut Taufik Hidayat Pemain dengan Teknik Terbaik di Dunia
FOOTBALL265.COM - Legenda bulutangkis Denmark sekaligus komentator BWF, Morten Frost, menyebutkan Taufik Hidayat sebagai pemain dengan teknik terbaik di dunia.
Taufik Hidayat merupakan mantan pemain tunggal putra asal Indonesia, yang pernah menjadi pebulu tangkis nomor satu dunia di usia sangat muda, yakni saat usia 19 tahun.
Bicara soal teknik permainan, Taufik Hidayat memiliki skill yang komplet. Ada satu jurus pamungkas darinya yang sulit dikuasai pemain lain, yaitu backhand smash.
Taufik Hidayat memegang rekor backhand smash tercepat dalam pertandingan bulu tangkis, dengan kecepatan 206 km/jam.
Taufik juga sempat mencatatkan namanya sebagai pemain tunggal putra dengan pukulan smash tercepat, mencapai 305 km/jam di semifinal Kejuaraan Dunia 2006 di Madrid.
Senjata backhand smash, permainan net, forehand smash, jumping smash, kuat saat rally panjang, membuat Taufik Hidayat sulit ditaklukkan oleh lawan pada masa jayanya.
Taufik pun mengoleksi banyak gelar bergengsi individual maupun beregu. Juara Asia, juara dunia, emas SEA Games, Asian Games, Olimpiade, hingga Piala Thomas.
Tak pelak, ketika ditanya kepada legenda Denmark, Morten Frost, siapakah pemain yang memiliki teknik terbaik, ia menjawab jika Taufik Hidayat kini belum tertandingi.
"Taufik Hidayat, dia mempunyai permainan yang berbeda dari yang lain," kata Morten.
"Dia bermain dengan teknik seperti ganda putra, flat dan cepat, mengecoh lawan di tengah rally, dialah prospek yang sangat dinantikan," ungkap Morten Frost lagi.
1. Nelangsa Taufik Hidayat di All England
Meski bertabur gelar, sayangnya Taufik Hidayat belum pernah menjuarai ajang All England di sepanjang kariernya, sampai ia memutuskan pensiun di tahun 2013 silam.
Saat masih aktif bermain, Taufik beberapa kali tampil dalam turnamen yang dihelat di Inggris itu. Prestasi terbaiknya adalah dua kali menjadi finalis, yakni pada 1999 dan 2000.
Taufik Hidayat mengikuti All England untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Usianya baru 17 tahun, tetapi ia sudah membuat banyak orang terpukau.
Kala itu, Taufik berhasil menyingkirkan Park Tae-sang asal Korea Selatan, Peter Knowles asal Inggris, Fung Permadi dari Indonesia/Taiwan, dan Hoyer Larsen dari Denmark.
Taufik Hidayat mencapai babak final dan berhadapan dengan andalan Denmark, Peter Gade.
Sempat memberikan perlawanan sengit hingga babak rubber, tetapi Taufik Hidayat akhirnya harus mengakui keunggulan Peter Gade dalam pertarungan skor 11-15, 15-7, 10-15.
Setahun kemudian, Taufik masih mampu memesona penonton dalam turnamen All England. Ia tampil lebih percaya diri karena baru menyabet dua medali emas di SEA Games 1999.
Performa apik kembali diperlihatkan Taufik. Ia mengalahkan Cheng Gang asal China, Kenneth Jonassen asal Denmark, Chen Hong asal China, dan Fung Permadi dari Taiwan.
Di partai final, Taufik Hidayat menghadapi pemmain China, Xia Xuanze. Hanya saja, penampilannya justru antiklimaks. Taufik kalah dua set dengan skor 6-15 dan 13-15.
Sejak kekalahan itu, Taufik Hidayat belum pernah lagi menjejakkan kakinya di final All England. Bahkan, penampilan terakhirnya di tahun 2013, ia harus kandas di babak pertama.