5 Pebulutangkis yang Bangkit Lebih Kuat Setelah Kembali dari Masa Hukuman, 2 dari Indonesia
FOOTBALL265.COM - Bulutangkis kelas dunia rupanya tak selalu bersih dari berbagai praktik kecurangan atau perbuatan melanggar aturan.
Bahkan beberapa kasus menyeret nama-nama pemain bulutangkis papan atas yang kiprah dan prestasinya banyak dikagumi.
Berbagai kasus tersebut paling banyak berupa pengaturan skor dan pemakaian doping, meski beberapa di antaranya dilakukan secara tak sengaja.
Mereka yang melanggar lalu mendapat hukuman dari federasi bulutangkis di negara masing-masing, maupun dari Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
Usai menjalani masa hukuman, tak sedikit dari mereka yang kembali aktif ke lapangan dan bahkan sanggup meraih prestasi yang luar biasa.
Siapa saja para pebulutangkis tersebut? INDOSPORT telah merangkumnya dari berbagai sumber.
Kento Momota
Kento Momota adalah salah satu tunggal putra Jepang yang menjanjikan. Ia digadang-gadang akan menjadi andalan negaranya untuk menggondol medali di Olimpiade 2016.
Sayangnya, ia bersama pemain lain, Kenichi Tago pada 2016 lalu terbukti mendatangi kasino dan berjudi. Aktivitas tersebut dianggap ilegal di Jepang dan keduanya langsung mendapat hukuman.
Momota dilarang bermain hingga akhir tahun 2017, sementara Tago mendapat larangan bermain seumur hidup. Keduanya juga ditendang dari tim Jepang yang tengah mempersiapkan diri jelang Olimpiade.
Namun usai kembali dari masa hukuman, Momota langsung melejit. Ia menghuni peringkat 1 dunia dan bahkan masuk Guinness Book of World Records sebagai tunggal putra dengan gelar terbanyak dalam 1 tahun pada 2019 silam.
1. Shi Yuqi
Shi Yuqi adalah satu dari sekian tunggal putra hebat yang dimiliki negara China. Namun pada 2021 lalu, ia sempat jadi kontroversi.
Shi Yuqi pada Sabtu (16/10/21) di semifinal Piala Thomas 2020 membuat keputusan kontroversial karena mundur di tengah pertandingan setelah lawannya, Kento Momota, meraih match point.
Pemain berusia 27 tahun ini mundur dari pertandingan pada kedudukan 20-22, 5-20 saat berjumpa Kento Momota di babak semifinal Piala Thomas 2020.
Usai pertandingan, Shi Yuqi menyebut dirinya belum kalah secara teknis dari Kento Momota karena mundur di saat lawannya meraih match point.
Karena ulahnya itu, Shi Yuqi langsung dijatuhi sanksi internal tidak boleh bertanding selama satu tahun oleh Asosiasi Bulutangkis China (CBA).
Shi Yuqi lalu rsmi comeback di ajang Kejuaraan Dunia 2022 tapi tersingkir di tangan Anthony Ginting. Namun dalam rentang 4 bulan usai kembali, ia merengkuh dua gelar yakni di Denmark Open dan Australian Open.
Lee Chong Wei
Legenda bulutangkis yang amat dicintai rakyat Malaysia ini rupanya pernah tersangkut kasus doping pada 2014 silam.
Setelah terbukti melanggar aturan doping, Lee Chong Wei mendapat larangan bermain dari BWF selama delapan bulan.
Hukumannya terbilang tidak berat karena BWF menganggap Lee Chong Wei tak berniat untuk melakukan kecurangan, tapi ia dianggap lalai.
Usai hukuman, Lee Chong Wei tak kehilangan kekuatannya. Ia sukses mengoleksi berbagai gelar, termasuk medali perak Olimpiade 2016.
2. Greysia Polii
Catatan hitam pernah ditorehkan Indonesia di ajang sekelas Olimpiade. Greysia Polii dan pasangannya saat itu, Meiliana Jauhari, didiskualifikasi dari Olimpiade 2012 karena tidak bermain secara sportif.
Pasangan Indonesia bersama dua ganda Korea Selatan dan satu ganda China terlihat jelas berusaha untuk mengalah supaya terhindar dari undian berat di babak selanjutnya.
BWF dan PBSI pun sama-sama menjatuhkan sanksi untuk Greysia dan Meiliana. Keduanya dilarang bermain di event BWF dan PBSI selama empat bulan.
Usai kembali dari masa hukuman dan berpartisipasi di beberapa turnamen, Greysia Polii akhirnya berpisah jalan dengan Meiliana Jauhari dan berpasangan dengan Nitya Khrisinda.
Keduanya menjadi pasangan kuat dan merengkuh sejumlah gelar. Hingga akhirnya, Greysia Polii dipasangkan dengan Apriyani Rahayu dan mempersembahkan medali emas Olimpiade pertama untuk Indonesia di sektor ganda putri.
Sigit Budiarto
Legenda ganda putra Indonesia, Sigit Budiarto, mengoleksi berbagai gelar di era 1995-2005. Paling banyak ketika ia berpasangan dengan Candra Wijaya.
Namun Sigit tersandung kasus doping pada 1998 silam dan mendapat hukuman selama dua tahun.
Sempat ditinggal pasangannya, Sigit akhirnya kembali berpasangan dengan Candra Wijaya dan di era 2011-2005, mendapat berbagai gelar seperti di seperti Japan Open 2001, Malaysia Open 2001, Indonesia Open 2001, Thailand Open 2001, dan All England 2003.