Catatan Miris Indonesia di All England: Nomor Tunggal Bikin Meringis, Ganda Putri Lebih Tragis
FOOTBALL265.COM – Tiga sektor bulutangkis Indonesia ternyata masih menyimpan statistik yang sangat mengenaskan di ajang All England.
Saat ini tengah berlangsung ajang All England 2023 yang berlangsung pada Selasa (14/03/23) hingga Minggu (19/03/23) di Birmingham, Inggris.
Banyak kejutan di ajang bulutangkis tertua di dunia ini, di mana beberapa pemain bintang dan unggulan mulai berguguran berjamaah bahkan sejak babak pertama.
Indonesia sendiri hanya menyisakan tiga wakilnya di babak semifinal, lantaran sejumlah pemainnya sudah berguguran di babak perempat final.
Semua tiga wakil Indonesia tersebut berasal dari sektor ganda, yakni dua ganda putra, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Sedangkan ganda campuran hanya menyisakan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati di babak semifinal.
Hanya menyisakan para pemain ganda, ini berarti Indonesia kembali melanjutkan catatan miris di sektor tunggal putra, tunggal putri dan ganda putri.
Tercatat, sektor tunggal putra memiliki catatan buruk karena sudah sangat lama menderita puasa gelar, bahkan sudah hampir genap tiga dekade lamanya.
Haryanto Arbi merupakan tunggal putra Indonesia terakhir merasakan gelar juara di ajang All England. Saat itu ia memenangkan perang saudara melawan Ardy Wiranata dengan skor 15-12 dan 17-14 di edisi All England 1994.
Puasa gelar di nomor tunggal putri dan ganda putri juga menjadi catatan miris Indonesia di ajang bulutangkis tertua di dunia, All England.
1. Tunggal Putri dan Ganda Putri Masih Puasa Gelar di All England
Sama seperti nomor tunggal putra, sektor tunggal putri juga sudah lama mengalami puasa gelar di All England.
Legenda bulutangkis Tanah Air, Susy Susanti, menjadi tunggal putri Indonesia yang terakhir menjadi juara di ajang BWF Super 1000 tersebut.
Saat itu Susy Susanti mampu meraih gelar keempatnya usai mengalahkan wakil China, Ye Zhaoying dengan skor 11-5 dan 11-9 di All England 1994.
Rekor ini sendiri hampir dipatahkan oleh Gregoria Mariska, tetapi langkahnya terhenti di babak perempat final usai kalah dari Chen Yu Fei dengan skor tipis 22-24 dan 21-23 di All England 2023.
Hasil ini juga membuat Gregoria Mariska menjadi tunggal putri pertama yang mencapai babak perempat final sejak Lindaweni Fanetri pada 2013 lalu.
Begitu juga dengan tunggal putra, tetapi sayangnya Anthony Sinisuka Ginting yang terdepak di babak perempat final edisi kali ini.
Namun puasa gelar di sektor tunggal putra dan putri bisa dibilang lebih baik ketimbang nomor ganda putri yang lebih tragis.
Pasalnya, Indonesia belum pernah menang selama hampir setengah abad alias 44 tahun lamanya. Pasangan Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna menjadi ganda putri Indonesia terakhir yang menjadi juara di All England 1979.
Rekor tersebut diharapkan bisa dipatahkan pada edisi kali ini, tetapi sayangnya Apriyani Rahayu/Siti Fadia gagal memenuhi ekspektasi karena gugur di perempat final.
Kini Indonesia hanya berharap kepada perwakilan ganda putra Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra untuk meneruskan gelar yang diraih oleh Bagas/Fikri pada 2022, dan Rehan/Lisa yang ingin meraih gelar yang terakhir dicapai oleh Praveen/Melati di All England 2020.
Baca berita sepak bola dan olahraga lainnya di Google News