Rekor-Rekor Gila yang Gagal Dicetak Indonesia di China Open 2023: Sektor Ganda Paling Ngenes!
FOOTBALL265.COM – Terdapat sejumlah rekor gila yang gagal dicetak oleh wakil Indonesia di turnamen bulutangkis China Open 2023.
Sebagaimana diketahui, saat ini sedang bergulir ajang China Open 2023, yang berlangsung pada Selasa (05/09/23) hingga Minggu (10/09/23).
Indonesia sendiri tentu mengirimkan pemain andalan dan wakil terbaiknya di ajang yang merupakan level BWF Super 1000 tersebut.
Indonesia diharapkan membawa pulang sejumlah gelar, namun nampaknya hal tersebut sulit dikabulkan karena wakilnya tersingkir di babak awal.
Contohnya saja Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto selaku unggulan pertama, nyatanya keok di babak 32 besar China Open 2023.
Tercatat hanya Jonatan Christie yang mampu menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang lolos ke babak semifinal.
Meski demikian, Jonatan Christie langsung berhadapan dengan rival berat yakni Viktor Axelsen selaku unggulan pertama asal Denmark di empat besar pada Sabtu (09/09/23).
Hasil minor ini membuat Indonesia gagal mencetak sejumlah rekor gila di turnamen bergengsi yang berlangsung di Hangzhou tersebut.
Ya, ada sejumlah rekor mentereng yang siap dicatatkan dalam sejarah China Open 2023 yang berstatus Super 1000 ini.
Namun sayangnya Indonesia gagal melanjutkan dominasinya atau bahkan mengakhiri puasa gelar di China Open 2023.
1. Rekor yang Gagal Dicatatkan Indonesia di China Open 2023
Indonesia sendiri hanya menyisakan Jonatan Christie, yang menjadi satu-satunya wakil Garuda yang tembus semifinal China Open 2023.
Jika Jonatan Christie menang, dia memang akan mengharumkan nama Indonesia dan menjadi tunggal putra Tanah Air keenam yang meraih gelar di China Open.
Namun Jonatan Christie tidak mengakhiri penantian panjang Indonesia, karena rekan senegaranya yakni Anthony Sinisuka Ginting meraih gelar pada tahun 2018 lalu.
Anthony Sinisuka Ginting-lah yang mengakhiri puasa gelar tunggal putra Indonesia selama 24 tahun, karena saat itu Alan Budikusuma menjadi pemain terakhir yang juara pada edisi 1994.
Sementara itu, Indonesia gagal melanjutkan dominasinya di nomor ganda putra usai Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri kandas di perempat final.
Bagas/Fikri sendiri kalah dari unggulan kelima Korea Selatan yakni Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae dengan skor 15-21 dan 17-21.
Padahal, Indonesia sendiri cukup dominan dalam beberapa tahun terakhir karena mampu memborong gelar juara.
Tercatat sejak tahun 2001, ganda putra Indonesia berhasil meraih tujuh gelar juara oleh Sigit Budiarto/Candra Wijaya (2004 dan 2005), Markis Kido/Hendra Setiawan (2006 dan 2007).
Kemudian Kevin Sanjaya/Marcus Gideon yang meraih gelar di China Open pada edisi 2016, 2017, dan 2019, sebelum akhirnya China Open absen beberapa tahun karena pandemi Covid-19.
Kekalahan Bagas/Fikri pun membuat Indonesia gagal memperpanjang dominasinya di ajang BWF Super 1000 tersebut.
Selain itu, padahal jika berhasil menang, Indonesia kembali memperpanjang catatan buruk tuan rumah di China Open.
Pasalnya, hingga saat ini ganda putra China masih merasakan puasa gelar selama 22 tahun, karena terakhir kali menjadi juara pada 2001 oleh Zhang Jun/Zhang Wei.
Selanjutnya ialah ganda putri, kekalahan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti juga turut memperpanjang kekeringan gelar untuk Indonesia.
Bagaimana tidak, sebab Indonesia terakhir kali menjadi juara ialah saat edisi pertama 1986, saat itu Ivana Lie/Verawaty Wiharjo menjadi juara.
Ini berarti, ganda putri Indonesia kembali merasakan puasa gelar selama 37 tahun menyusul kegagalan Apriyani/Fadia.