Keinginan kuat para pemuda Indonesia dahulu kala untuk membebaskan diri dari jajahan Belanda melahirkan Sumpah Pemuda, yang menjadi tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia pada 1945 silam.
Ikrar Sumpah Pemuda juga dianggap sebagai janji atau penegasan semangat seseorang sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), yang mana mereka menguatkan cita-cita akan "Tanah Air Indonesia", sebagai "Bangsa Indonesia", dan juga "Bahasa Indonesia".
Oleh karena itu setiap tanggal 28 Oktober, masyarakat Indonesia akan merayakan Hari Sumpah Pemuda, untuk mengenang dan mengingat kembali jasa para pahlawan Indonesia yang sudah bersusah payah melakukan berbagai langkah guna melepaskan diri dari penjajahan Belanda.
Jika melihat pada zaman sekarang ini, nilai-nilai Sumpah Pemuda itu nyatanya juga terdapat pada diri para pesepakbola yang menginginkan naturalisasi untuk bisa menjadi WNI. Mereka secara semangat mengajukan diri untuk bisa memiliki kewarganegaraan Indonesia.
Seperti yang baru-baru ini terjadi pada pesepakbola naturalisasi teranyar Indonesia, Ilija Spasojevic, yang sudah resmi menjadi WNI sejak 26 Oktober 2017 kemarin. Pria yang sebelumnya tercatat sebagai penduduk Montenegro itu menunjukkan keinginan kuatnya untuk bisa menjadi WNI dan membela Tim Nasional Indonesia.
"Wajah saya mungkin mirip bule, tapi jiwa tetap 100 persen Indonesia" - Ilija Spasojevic.
Namun nyatanya, jauh sebelum proses naturalisasi yang berlangsung belakangan ini, ada satu sosok pemain naturalisasi yang dikenal luas, yaitu Arnold van der Vin.
Sebenarnya, Van der Vin saat itu dinaturalisasi bersama empat pemain berkewarganegaraan Belanda lainnya, yakni Van der Berg, Piteersen, Pesch, dan juga Boelard van Tuyl. Namun, hanya nama Van der Vin yang dikenal secara luas di dunia sepakbola lantaran memperkuat Timnas Indonesia.
Pria yang bermain sebagai penjaga gawang ini turut memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan sepakbola di Tanah Air. Berpostur tubuh tinggi, yaitu sekitar 184 cm, Van der Vin turut membawa nama Timnas Indonesia terkenal dengan memberikan kemenangan pada tim berkat kelebihan di tinggi tubuhnya tersebut.
Selain itu, sebagai orang Belanda yang pada masa itu bisa dikatakan sebagai 'musuh' Indonesia, nyatanya Van der Vin merasa kerasan berada di Indonesia hingga memutuskan mengganti status kewarganegaraannya.
Dalam perayaan Hari Sumpah Pemuda pada hari ini, Sabtu (28/10/17), berikut ini INDOSPORT menyajikan fakta terkait Arnold van der Vin yang berhubungan dengan nilai Sumpah Pemuda di dalam dirinya.
Cinta Mati dengan Indonesia
Arnold van der Vin pertama kali mengembangkan kariernya di dunia persepakbolaan bersama klub Excelsior Surabaya pada 1939. Hanya saja, dirinya harus mengikuti orang tuanya berpindah tempat tinggal karena tugas sehingga turut berganti-ganti klub.
Pria yang juga dipanggil dengan nama Nol van der Vin tersebut pernah memperkuat Union Makes Strength (UMS) dan juga Persija Jakarta.
Dirinya diketahui sempat beberapa kali mengalami kegagalan ketika ingin membela Timnas Indonesia lantaran status kewarganegaraannya yang belum tuntas. Meskipun begitu, pria kelahiran Amsterdam, Belanda tersebut pun tidak putus asa.
Di saat belum secara resmi menjadi WNI, Van der Vin terus memperlihatkan keinginan kuat untuk menjadi bangsa Indonesia dengan turut memperkuat Timnas dalam pertandingan yang tidak resmi.
Perjuangannya untuk bisa menjadi WNI pun berbuah manis, yang mana keinginannya untuk menjadi WNI terlaksana dengan baik. Usai secara resmi menjadi warga Indonesia, Van der Vin menjadi satu-satunya pemain naturalisasi kala itu yang berhasil tembus ke Skuat Timnas Indonesia.
Dirinya pun memulai debut awalnya dengan membela Timnas saat melawan tim asal Hongkong, Nan Hua pada 27 Juli 1952 lalu di Jakarta, dikutip dari Goal (14/01/17). Pria berposisi sebagai kiper itu mampu menunjukkan kehebatannya dalam menjaga gawang, yang mana postur tubuh tingginya juga memberikan nilai tambah dalam dunia persepakbolaan.
Bahkan, pemain Indonesia asal Semarang tersebut mampu mempermalukan pemain legendaris dunia asal Hungaria, Ferenc Puskas. Pasalnya, tendangan penalti tipuan Puskas berhasil digagalkan dengan tangkapan yang sempurna oleh Van der Vin saat Indonesia bersua dengan Hungaria di Lapangan Ikada 1960 silam.
- Otavio Dutra Ungkap Makna Sumpah Pemuda, Kode Keras Ingin Segera Menjadi WNI?
- Pelatih Asal Malaysia Ikut Maknai Hari Sumpah Pemuda
- Spasojevic Buat Bergidik Saat Bicara Makna Sumpah Pemuda
- Rayakan Sumpah Pemuda, Pemain Naturalisasi Ini Berikan Kode
- Dedengkot Bonek: Perusuh dan Tukang Demo juga Rayakan Sumpah Pemuda
Sementara itu, pada 1955, dirinya pernah kembali ke tanah kelahirannya karena sikap politik Presiden Soekarno yang mengusir seluruh orang Belanda, diberitakan Jawa Pos (06/05/15). Hal itu membuat dirinya berpisah dengan Macan Kemayoran dan terpaksa pulang kampung.
Saat di Belanda, Van der Vin diketahui dikontrak oleh tim Belanda, Fortuna 54 (saat ini bernama Fortuna Sittard) karena kiper utama mereka, Frans de Munck mengalami cedera parah.
Meskipun sempat membela klub asal tanah kelahirannya itu, Van der Vin yang sudah menjadi Warga Negara Indonesia tidak lupa dengan bangsanya sendiri. Setahun setelahnya, Van der Vin kembali ke Tanah Air dan memperkuat PSMS Medan.
Berikan Kritik untuk Pembangunan Sepakbola Indonesia
Meskipun Arnold van der Vin merupakan orang Belanda, yang sejatinya bisa dikatakan sebagai 'musuh' lama Indonesia lantaran mereka menjajah dalam waktu yang lama, Van der Vin malah mempunyai rasa cinta yang dalam dengan Indonesia.
Hal itu terbukti dari keinginannya untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan ingin menetap di Indonesia. Sayangnya, dirinya terpaksa angkat kaki dari Indonesia karena sikap politik dari Presiden Soekarno yang mengusir semua orang Belanda dari Tanah Air pada akhir 1954 silam.
Meskipun terpaut jauh dengan Indonesia, Van der Vin tetap memberikan kontribusi untuk pembangunan sepakbola Indonesia. Pada 6 Mei 1955 silam, diketahui bahwa Van der Vin pernah muncul di sebuah pemberitaan di koran lokal milik Belanda dengan oplah terbesar, yaitu De Nieuwsgier.
Isi dari berita itu memang dikatakan sangat keras dan pedas. Pasalnya, Van der Vin memberikan kritik tajam dan sindiran kepada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) mengenai pengelolaan persepakbolaan di Tanah Air.
"Kondisi sepakbola Indonesia amatlah jelek. Berada di level terendah. Permainannya keras dan cenderung kasar. PSSI pun payah dalam mendidik wasit dan perangkat pertandingan," kritiknya saat itu.
Meskipun Van der Vin terlihat memberikan kata-kata tajam untuk Federasi Sepakbola Indonesia kala itu, sang pemain melakukannya sebagai tanda cinta dan kontribusinya untuk membangun sepakbola Tanah Air.
Terbukti, walaupun dirinya melihat seberapa 'buruk' dunia persepakbolaan di Tanah Air, Van der Vin tetap kembali bermain di Indonesia, yang mana dirinya juga sudah mengikat janji sebagai Warga Negara Indonesia.