FOOTBALL265.COM - Bambang Nurdiansyah dikenal sebagai salah satu legenda hidup sepak bola Indonesia. INDOSPORT mengulas sosok striker top era 1980-an ini dalam rangka hitung mundur SEA Games 2019.
Dia merupakan salah satu punggawa timnas Indonesia ketika berhasil menyabet medali emas cabang sepak bola dalam ajang SEA Games 1991 di Manila, Filipina.
Prestasi yang ditorehkan Bambang Nurdiansyah dkk. itu hingga kini belum mampu diulangi oleh penerus-penerusnya. Beberapa kali masuk ke final, skuat Garuda harus puas membawa pulang medali perak karena kalah di partai puncak.
Secara eksklusif kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT di Magelang, Selasa (8/10/19), pria yang akrab disapa Banur ini menceritakan kenangan saat berhasil membawa nama Indonesia keluar sebagai juara cabang sepak bola SEA Games 1991.
Menurut Banur, kedisiplinan pelatih timnas Indonesia saat itu yakni Anatoli Polosin sebagai salah satu kunci sukses ia dan rekan-rekannya mampu menyabet medali emas.
“Persiapannya waktu itu memang cukup bagus. Pelatihnya, yakni Polosin, dulu super keras dan disiplin sesuai ciri khas pelatih-pelatih Eropa Timur. Namun terbukti hasilnya sangat bagus dengan raihan juara dan medali emas,” ujar Bambang Nurdiansyah.
“Latihannya dulu cenderung menggeber fisik, bahkan beberapa pemain mundur karena tidak kuat dengan latihan yang Polosin berikan. Itulah yang paling menarik untuk saya,” imbuh Banur.
Selain kerasnya latihan, Banur juga masih ingat betapa jantungnya berdebar ketika semifinal dan final karena saat itu skuat Indonesia memenangi laga via drama adu penalti. Di partai puncak, ia dan rekan-rekannya berhasil unggul atas Thailand melalui skor 4-3 di babak tos-tosan.
“Di semifinal dan final sangat mendebarkan. Pasalnya, dua pertandingan tersebut berlanjut sampai adu penalti semua,” kenangnya.
Namun, terdapat satu cerita unik terselip di balik prestasi Banur di SEA Games 1991. Dia sebetulnya tidak masuk kerangka awal pelatih Anatoli Polosin yang diketahui menyiapkan Mustaqim.
Mujur buat Banur, yang kala itu sebatas masuk daftar tunggu timnas Indonesia, Mustaqim mengalami cedera sehingga terpaksa dicoret dari skuat SEA Games 1991.
Bambang Nurdiansyah yang kala itu sudah berusia 32 tahun, tergolong senior di kalangan rekan setim, diharapkan bisa 'ngemong' pemain-pemain belia seperti Widodo C. Putro dan Rochi Putiray.
Harapan buat Edisi 2019
Mengenang memori indahnya bersama timnas Indonesia hampir tiga dekade silam, Banur berharap pencapaian itu bisa terulang lagi di tahun ini. Kebetulan tahun ini SEA Games juga akan berlangsung di Filipina.
“Saya pikir target juara bagi timnas realistis, untuk level Asia Tenggara seperti SEA Games dan Piala AFF sangat realistis dan peluang itu ada. Apalagi, level U-23 kekuatannya cukup berimbang, tergantung persiapannya saja bagaimana,” ujar Banur.
Saat ini skuat timnas Indonesia U-23 memang tengah terus mempersiapkan diri untuk menghadapi ajang olahraga multi event se-Asia Tenggara tersebut. Sebanyak 40 nama sempat didaftarkan PSSI untuk mengikuti SEA Games 2019.
Di antara 40 nama tersebut, ada dua anak asuh Banur di PSIS Semarang yakni Fredyan Wahyu Sugiantoro dan Tegar Infantrie Sukamto. Ia mengaku bangga dua anak asuhnya bisa menjadi bagian timnas Indonesia U-23 saat ini.
Bambang Nurdiansyah menjadi satu di antara 18 pemain dalam skuat juara SEA Games 1991 yang diulas satu per satu oleh INDOSPORT. Nantikan ulasan tentang 17 pemain lainnya.