FOOTBALL265.COM - Intip peran PSSI serta pemerintah dalam memantau perkembangan para pemain muda Indonesia yang ada di luar negeri.
Indonesia sendiri walau kekuatan Timnasnya tak begitu kuat bahkan untuk level ASEAN saat ini, namun dalam beberapa tahun belakang banyak bakat muda Tanah Air yang sukses berkarier di luar negeri.
Sebut saja Yussa Nugraha yang kini tengah bersinar bersama HBS, tim dari kasta keempat Liga Belanda dan bahkan pada pertandingan pekan lalu pemain kelahiran Solo ini sukses menjalani debut dengan tim senior HBS.
Ada juga Jack Brown. Gelandang yang masih berusia 17 tahun tersebut sukses tampil gemilang musim ini bersama Lincoln FC U18, salah satu tim dari kasta ketiga Liga Inggris.
Meski hanya tampil di tim junior, namun Jack Brown selalu mendapat kesempatan tampil di tiap pertandingan bahkan ia diikutsertakan oleh Lincoln FC U-8 dalam tur pramusim ke Belanda.
Namun sayang, di balik banyaknya bakat muda di luar negeri yang tampil cukup bersinar bersama timnya musim ini, para pemain dan orang tua mengaku bekerja sendiri alias tak mendapat bantuan atau dukungan dari pihak PSSI ataupun Kemenpora saat para pemain ingin memulai karier di luar negeri.
Belum Rasakan Bantuan
Seperti yang diungkapkan Indah Brown, ibunda dari Jack Brown ini menceritakan jika pihak federasi serta pemerintah tak pernah turun tangan ataupun membantu saat anaknya berusaha bermain di Inggris.
Bahkan Indah menyebut saat sang anak meraih penghargaan di level internasional, tak ada apresiasi serta penghargaan dari pihak pemerintah maupun PSSI.
"Dari PSSI atau pemerintah tidak pernah bantu anak-anak saya untuk tampil ke luar negri. Waktu Jack menang juara dunia World Skill Championship Manchester United Soccer School mengalahkan anak dari 30 negara juga, tidak ada panggilan atau penghargaan dari PSSI atau Pemerintah," ucap Indah kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
"Gak ada sama sekali (bantuan), terima kasih untuk media TV dan koran olahraga Indonesia, mereka yang menaikkan nama anak-anak," tambahnya.
Nasib serupa juga dialami oleh Yussa Nugraha. Mantan pemain akademi Feyenoord tersebut harus melakukan sendiri proses pendaftaran pemain saat di Belanda.
Selain Yussa Nugraha dan Jack Brown, kiprah PSSI dalam memantau bakat muda Indonesia di luar negeri sempat mendapat perhatian khusus dari warga Tanah Air beberapa waktu lalu.
Tepatnya saat salah satu pemain muda lain asal Indonesia, Emir Eranoto kesulitan bergabung dengan tim kasta keenam Liga Italia San Marco Juventino, lantaran beberapa berkas yang ia perlukan masih belum diterima pihak klub.
Imbasnya, Emir Eranoto harus menunda debut pertama bersama San Marco Juventino musim ini dan menunggu hingga beberapa hari untuk bisa resmi berseragam dengan klub asal Perugia tersebut.
"Mungkin PSSI tidak tahu kalau ada pemain Indonesia yang merumput di Liga Italia. Saya belum memiliki caps buat Timnas Indonesia dan saya juga tidak tahu harus menanyakan ke bagian mana di PSSI," ucap Emir Eranoto kepada INDOSPORT.
PSSI Menjawab
Mendapati penuturan Emir Eranoto, pihak PSSI lantas memberikan klarifikasi. Kepala Humas dan Promosi PSSI, Gatot Widakdo, menjelaskan bahwa dokumen yang dibutuhkan sang pemain muda sebenarnya sudah rampung.
Dokumen tersebut bahkan telah diserahkan oleh PSSI kepada FIGC per 23 Agustus 2019 lalu. Saat ini, penyelesaian terkait proses transfer Emir Eranoto pun bukan di tangan PSSI lagi, melainkan tinggal menunggu kebijakan FIGC.
“Prosesnya memang harus ada request dari klub barunya. Mereka request di 22 Agustus. PSSI reply 23 Agustus. Dari PSSI sudah clear. Proses selanjutnya (sekarang ada) dari pihak FIGC,” papar Kepala Humas dan Promosi PSSI, Gatot Widakdo, kepada redaksi berita INDOSPORT.
Lebih lanjut, Gatot menyebut jika para pemain muda yang tampil di luar negeri sejatinya telah terpantau oleh PSSI, bahkan induk sepak bola tertinggi Indonesia tersebut telah mempunyai database para pemain lokal yang berkompetisi di luar negeri.
Namun untuk mencegah terjadinya miskomunikasi seperti kasus Emir Eranoto beberapa waktu lalu, Gatot mengimbau agar para pemain yang ingin melakukan trial ke luar negeri harus melapor kepada pihak PSSI terlebih dahulu.
“PSSI sudah memantau para pemain Indonesia yang ada di luar, sudah ada databasenya. PSSI akan membantu setiap pemain yang ingin bermain di luar.”
“Namun para pemain yang mau trial ke luar harus lebih dulu mengirimkan dokumen ke PSSI, agar ke depannya masalah administrasi dengan klub luar atau klub yang akan dituju bisa diakomodasikan oleh PSSI,” tambah Gatot.
Kerja Sama Kemenpora dan PSSI
Kiprah pemain keturunan ataupun asli Indonesia di luar negeri sejatinya sempat menjadi pembahasan khusus Kemenpora, bahkan pada periode 2017 silam Kemenpora dan PSSI bekerja sama untuk mendata para pemain Indonesia (asli atau keturunan) yang ada di Eropa dan Qatar.
Kemenpora sempat membuat draf surat yang ditujukan ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), yang salah satu poinnya adalah meminta bantuan para dubes di Eropa dan Qatar untuk membantu pendataan para pemain Indonesia di sana.
Hasilnya cukup menjanjikan, berbekal draft permintaan kepada Kemenlu, Kemenpora mendapat surat dengan No.00862/DM/03/59/09 dari KBRI di Den Haag, Belanda yang berisikan data pemain sepak bola keturunan Indonesia yang bermain di Belanda tahun 2017 lalu.
Banyaknya para pemain keturunan di luar negeri, sempat memberikan angin segar bagi persepakbolaan Indonesia. Pasalnya, skuat Garuda akan memiliki kekuatan lebih besar dengan para pemain keturunan tersebut.
Bahkan salah satu pengamat sepak bola, Timo Scheunemann menuturkan jika para pemain keturunan di luar negeri haruslah dipantau, bahkan jika memang layak masuk Timnas, para pemain tersebut tak ada salahnya dipanggil untuk ikut pemusatan latihan.
“Pemain keturunan harus dong dipantau. Mereka punya kelebihan pembinaan yang lebih baik, jadi kalau memang layak timnas kenapa tidak,” ucap mantan pelatih Persema Malang tersebut.
PSSI sendiri tak mempermasalahkan para pemain keturunan di luar negeri untuk memilih berpaspor Indonesia, namun PSSI tak menjamin jika pemain yang berada di luar negeri dan melepas paspor asingnya dapat langsung mendapat tempat di Timnas.
Menurut PSSI, terpilih atau tidaknya pemain keturunan dalam Timnas Indonesia tergantung akan kebutuhan pelatih dan skema permainan.
“Kalo pemain keturunan mau jadi WNI ya silahkan, PSSI membantu menyediakan persyaratan seperti berkas yang harus dipenuhi,” ucap Gatot Widakdo.
“Cuman pemain keturunan tersebut belum jaminan masuk Timnas, karena Timnas kan wewenang pelatih, Kalau pemainnya tidak sesuai keinginan atau kebutuhan pelatih ya tidak bisa (ke Timnas),” tutupnya.