In-depth

Dianggap Tidak Adil, Perlukah Adanya Regulasi untuk Pemain Naturalisasi di Liga 1?

Kamis, 14 November 2019 18:12 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© maduraunitedfc.com
Pemain Madura United, Greg Nwokolo (kanan), merupakan salah satu pemain naturalisasi yang bermain di Liga 1 2019. Copyright: © maduraunitedfc.com
Pemain Madura United, Greg Nwokolo (kanan), merupakan salah satu pemain naturalisasi yang bermain di Liga 1 2019.

FOOTBALL265.COM - Penggunaan pemain naturalisasi di Liga 1 2019 dianggap menimbulkan ketidakadilan di antara klub, sehingga dirasa perlu dibuatkan regulasi khusus.

Pelatih Persipura Jayapura, Jacksen F. Tiago, baru-baru ini melontarkan sindiran soal fenomena pemain naturalisasi yang membela klub Liga 1. 

Jacksen menilai jika salah satu faktor yang membuat Bali United dan Madura United kuat di Liga 1 2019 musim ini karena banyak dihuni oleh pemain asing yang di antaranya telah dinaturalisasi.

Ia pun kembali mempertanyakan aturan soal pemain naturalisasi di Liga 1. Menurut Jacksen, perlu ada kuota pemain naturalisasi sehingga keberadaan pemain naturalisasi di klub tak menimbulkan ketimpangan.

"Indonesia banyak menaturalisasi pemain asing dan itu seharusnya sudah dibuatkan aturan untuk pembatasan penggunaan pemain naturalisasi, Liga perlu mempertimbangkan itu," ungkap Jacksen, Selasa (12/11/19).

Omongan Jacksen memang ada betulnya. Bali United saat ini sukses memimpin klasemen dengan marjin poin yang besar. 

Dalam kesuksesannya ini, Semeton Dewata punya empat pemain asing dan dua pemain naturalisasi. Kedua pemain naturalisasi itu adalah Stefano Lilipaly dan Ilija Spasojevic. 

Dengan kata lain, Bali United memiliki amunisi sekelas enam pemain asing di skuatnya saat ini. Ilija Spasojevic sendiri menjadi top skor tim dengan 13 gol. 

Setali tiga uang dengan Bali, Madura United pun memiliki kondisi yang tak jauh berbeda. Saat ini di tim Madura ada dua pemain naturalisasi. 

Kedua pemain naturalisasi itu adalah Greg Nwokolo dan Beto Goncalves. Sama seperti Spaso dan Lilipaly, baik Greg maupun Beto sama-sama memegang peran sentral di tim Laskar Sapeh Kerap. 

Beto Goncalves saat ini menjadi top skor tim Madura United dengan raihan 13 gol sama dengan pemain naturalisasi Bali United, Ilija Spasojevic. 

Madura United kini nangkring di papan atas tepatnya peringkat ketiga klasemen dengan 44 poin. 

Aspek Keadilan

Tentu saja memiliki pemain naturalisasi bukanlah kemewahan yang bisa dirasakan tiap klub Liga 1. Namun, tren ini telah menjangkiti setengah peserta tim. 

Saat ini di Liga 1 2019 ada sembilan tim yang memiliki pemain naturalisasi. PSM Makassar, Bali United, Madura United, Tira Persikabo, dan Persib Bandung adalah tim-tim yang memiliki lebih dari satu pemain naturalisasi. 

Di masa lalu, istilah pemain naturalisasi lekat dengan Timnas Indonesia. Sejumlah pemain sengaja dinaturalisasi demi memenuhi kebutuhan pemain yang tak bisa penuhi oleh pemain-pemain lokal. 

Namun, seiring berjalannya waktu (terutama di era Liga 1), tren pemain naturalisasi malah marak di level klub. 

Penyebabnya sudah barang tentu adalah demi 'mengakali' kuota pemain asing. Dengan naturalisasi, sejumlah tim bisa mendapatkan kuota pemain asing 'tambahan'. 

Sebut saja Guy Junior, Ok John, Herman Dzumafo, dan Zoubairou Garba. Keempat pemain naturalisasi itu belum sama sekali dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia dan khusus untuk membela klub. 

Rentan Dieksploitasi

Tentu saja kelonggaran menggunakan pemain naturalisasi berpotensi dieksploitasi secara tak tepat oleh klub-klub. 

Bayangkan jika sebuah klub sengaja mengumpulkan empat pemain naturalisasi. Itu artinya di dalam tim terdapat delapan pemain 'lokal' dengan kualitas pemain asing. 

Tentu akan banyak kerugian yang bisa didapatkan. Pertama, tak semua tim bisa mendatangkan dan membayar pemain naturalisasi. 

Akan terjadi ketimpangan kualitas tim yang tentunya tidak bagus untuk kualitas persaingan liga. 

Kedua, kondisi ini memaksa tim besar lain berlomba-lomba memiliki banyak pemain naturalisasi. Akibatnya, ruang untuk pemain lokal berkembang pun semakin sempit. 

Fenomena pemain naturalisasi ini seakan mengingatkan kita pada Liga 1 2017 ketika konsep marquee player diperkenalkan. 

Saat itu tiap tim diperbolehkan memiliki marquee player. Marquee player adalah pemain spesial yang memiliki reputasi besar serta harga yang tentu saja tidak murah. 

Akhirnya hanya tim-tim besar sajalah yang bisa mendatangkan marquee player. Walau memakan kuota jatah pemain asing, tetap saja keberadaan marquee player menimbulkan ketimpangan. 

Beruntung, PT LIB dan PSSI menghapuskan regulasi marquee player untuk Liga 1 2018 dan 2019 ini. PT LIB beralasan, para pemain kelas dunia ini tak benar-benar bisa berprestasi di liga Tanah Air. 

Setelah melihat konsekuensi serta kemungkinan terburuk dari fenomena pemain naturalisasi di Liga 1, maka sudah saatnya PT LIB dan PSSI mempertimbangkan untuk membuat aturan atau regulasi pembatasan pemain naturalisasi.