In-depth

Bukan Cuma Soal Kalah, 3 Alasan Mengapa Solskjaer Begitu Sering Kena Kritik

Jumat, 11 Desember 2020 20:53 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Plumb Images/Leicester City FC via Getty Images
Bukan cuma soal hasil akhir di lapangan, ada sejumlah alasan khusus mengapa pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, terus jadi sasaran kritikan. Copyright: © Plumb Images/Leicester City FC via Getty Images
Bukan cuma soal hasil akhir di lapangan, ada sejumlah alasan khusus mengapa pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, terus jadi sasaran kritikan.

FOOTBALL265.COM - Bukan cuma soal hasil akhir di lapangan, ada sejumlah alasan khusus mengapa pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, terus jadi sasaran kritikan.

Klub Liga Inggris, Manchester United, secara mengenaskan terhempas dari ajang Liga Champions Eropa 2020-2021 usai dikalahkan RB Leipzig 3-2 pada matchday pamungkas Grup H tengah pekan lalu. 

Kekalahan ini terasa menyakitkan mengingat mereka sempat memimpin klasemen. Kritikan keras pun kembali mengarah kepada sosok pelatih Ole Gunnar Solskjaer. 

Untuk kesekian kalinya, Man United di bawah Ole Gunnar Solskjaer harus menjalani awal musim yang berat di Liga Inggris. Mereka sempat terjerembab di posisi ke-15 klasemen sebelum akhirnya merangkak naik ke peringkat enam berkat empat kemenangan beruntun. 

Meski begitu, kritikan tetap saja datang pada Solskjaer. Banyak fans Setan Merah yang meragukan kapasitas dirinya. 

Akan tetapi, hingga kini manajemen MU masih mempertahankan pelatih asal Norwegia itu meski para fans menyoroti masa depan sang pelatih di Old Trafford. 

Jika menang saja tetap dikritik, apalagi kalah. Begitulah nasib Solskjaer. Sebetulnya ada sejumlah alasan yang bisa menjelaskan hal tersebut. Apa saja itu? Berikut pembahasannya. 

1. Mantan Bintang Klub

Alasan paling utama tak lain adalah status Solskjaer yang merupakan mantan bintang klub. Sebagai mantan pemain, tentu perhatian terhadap dirinya lebih besar. 

Dengan begitu, maka ekspektasi yang ada pun juga semakin besar. Kritikan berlebihan yang mengarah pada Solskjaer bisa jadi tidak akan muncul andai ia 'orang luar' di lingkungan Manchester United. 

Solskjaer yang dianggap menjadi salah satu simbol MU diharapkan fans mampu dapat mempertanggungjawabkan peran tersebut. Ketika hal itu gagal dipenuhi, Solskjaer pun jadi sasaran kritik. 

2. Gagal Ciptakan Pemimpin

Seperti diketahui, Manchester United memiliki banyak sosok pemimpin besar dalam sejarah klub. Mulai dari George Best, Eric Cantona, Roy Keane, Ryan Giggs, David Beckham, Rio Ferdinand, Wayne Roooney, dan lainnya. 

Namun, di bawah Ole Gunnar Solskjaer, Man United kini seperti kehilangan sosok-sosok tersebut. Sekadar catatan, kapten Man United saat ini adalah Harry Maguire yang notabene baru didatangkan musim lalu. 

Sementara pemain lama seperti David de Gea nyatanya tak cukup bisa memberikan pengaruh. Jika dulu Man United punya Wayne Rooney dan Ryan Giggs yang bisa mengangkat mental tim, kini hal itu tak lagi terlihat. 

Maka tak heran Man United seperti kehilangan mental juara. Sebagai salah satu tim dengan belanja klub dan gaji terbesar di liga Inggris, Man United seharusnya sudah bertarung dalam perebutan gelar juara entah itu di dalam negeri atau pun Eropa. 

Selama bertahun-tahun Sir Alex Ferguson berhasil menciptakan para pemimpin baru. Namun, hal itu belum bisa dilakukan oleh Solskjaer terhadap para pemain asli yang dimilikinya. 

3. Ruang Ganti

Pelatih Ole Gunnar Solskjaer memang merupakan legenda klub. Akan tetapi, bicara kepemimpinan, ia masih kalah dengan Josep Guardiola atau bahkan Frank Lampard. 

Solskjaer selama ini diberitakan sebagai sosok yang kurang begitu disegani di ruang ganti. Sebagai bukti, dilansir dari Manchester Evening ruang ganti Man United baru-baru ini dikabarkan panas jelang Liga Inggris. 

Para pemain menyalahkan Solskjaer atas inkonsistensi klub. Bahkan, mereka sampai mencampuri urusan strategi klub dengan meminta agar Pogba dan Dean Henderson dimainkan. 

Tentu saja hal seperti ini agak sulit dibayangkan menimpa pelatih lain di Liga Inggris seperti Guardiola. Jika Solskjaer memiliki pengaruh yang kuat, maka ruang ganti Manchester United pun bisa dikendalikan.