Bola Internasional

Dianggap Otoriter di PSG dan Ingin Depak Pochettino-Neymar, Kylian Mbappe: Hoax!

Minggu, 5 Juni 2022 17:25 WIB
Penulis: Izzuddin Faruqi Adi Pratama | Editor: Indra Citra Sena
© REUTERS/Christian Hartmann
Kylian Mbappe tegas tepis isu jika dirinya minta Paris Saint-Germain depak sejumlah pemain dan pelatihnya usai diberi kekuatan lebih pasca perpanjangan kontrak.(REUTERS/Christian Hartmann) Copyright: © REUTERS/Christian Hartmann
Kylian Mbappe tegas tepis isu jika dirinya minta Paris Saint-Germain depak sejumlah pemain dan pelatihnya usai diberi kekuatan lebih pasca perpanjangan kontrak.(REUTERS/Christian Hartmann)

FOOTBALL265.COM - Kylian Mbappe turun tangan sendiri untuk membantah jika dirinya kini punya kekuasaan berlebih di Paris Saint-Germain (PSG).

Menanggapi isu jika ia adalah dalang dari usaha Les Parisiens menendang Mauricio Pochettino dan Neymar, sang bintang Prancis itu hanya butuh mencuitkan satu kata 'FAKE' yang berarti 'Palsu' lewat akun Twitter resminya.

Rumor soal Mbappe menjadi diktator di Parc des Princes yang ditanggapi oleh sang pemain sendiri itu berasal dari akun milik SPORTbible.

Tidak lama setelah Mbappe mengetikkan balasannya, SPORTbible langsung menghapus cuitan viral itu tanpa mengunggah klarifikasi.

Publik dan media beranggapan kini Kylian Mbappe punya power besar di Paris Saint-Germain bukan tanpa sebab.

Pasalnya PSG pastinya memberikan lebih dari sekedar kenaikan gaji fantastis kala memberikan eks penggawa AS Monaco itu untuk menyetujui perpanjangan kontrak tempo hari.

PSG harus membujuk Mbappe untuk menolak, atau menunda, impiannya membela Real Madrid dan sebelum ini transfer tersebut sudah nyaris menjadi nyata.

Sumber dari GOAL menyebutkan jika kini Mbappe jadi punya suara dalam keputusan PSG menentukan skuat tiap musimnya.

Diyakini striker 23 tahun itu tahu mana saja titik lemah timnya yang dalam sepuluh tahun terakhir sejak diakusisi oleh Qatar Sports Investment belum juga menjuarai Liga Champions.

Mbappe diyakini tidak ingin PSG meneruskan kebiasaan belanja mahal melainkan mengembangkan pemain tanpa nama besar menjadi bintang layaknya Nuno Mendes.