Piala Dunia 2022

Bermasalah Sejak Penunjukan, Benarkah Qatar Menjadi Piala Dunia Terburuk Sepanjang Masa?

Jumat, 18 November 2022 22:09 WIB
Editor: Juni Adi
© REUTERS/Naseem Zeitoun
Ilustrasi Piala Dunia 2022 di Qatar. REUTERS/Naseem Zeitoun Copyright: © REUTERS/Naseem Zeitoun
Ilustrasi Piala Dunia 2022 di Qatar. REUTERS/Naseem Zeitoun

FOOTBALL265.COMPiala Dunia 2022 menuai banyak kontroversi mulai dari pemilihan hingga penyelenggaraan. Edisi kali ini disebut-sebut sebagai yang terburuk?

Kurang dari beberapa hari lagi, turnamen sepak bola terbesar yaitu Piala Dunia 2022 akan segera dimulai di Qatar.

Ajang empat tahunan itu akan dimulai pada 20 November 2022 hingga 18 Desember 2022 mendatang. 

Total 32 negara peserta akan berpartisipasi di Piala Dunia 2022, sebagiannya bahkan sudah menginjakkan kakinya di Doha, guna melakukan persiapan tim dan juga adaptasi cuaca.

Namun jelang laga pembuka antara Qatar vs Ekuador, Piala Dunia 2022 ternyata masih diselimuti hal kontroversi, sehingga edisi kali ini disebut-sebut adalah salah satu yang terburuk diselenggarakan oleh FIFA. Apa alasannya?

Diwarnai Dugaan Suap

Pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 ternyata sudah menuai kontroversi bahkan sebelum ajang ini digelar.

Hal tersebut karena dalam bidding tuan rumah Piala Dunia 2022 oleh FIFA, penunjukan Qatar diwarnai dengan isu miring yakni dugaan korupsi.

FIFA menghadapi dugaan korupsi senilai tiga juta poundsterling atau sekitar Rp 59 miliar berkaitan dengan pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

Wakil Presiden FIFA Jim Boyce menyatakan akan mendukung pemilihan ulang tuan rumah Piala Dunia 2022 jika dugaan tersebut terbukti benar. 

Hal tersebut berkaitan dengan pemberitaan Sunday Times, Minggu (1/6/2014). 

Sunday Times mengaku menemukan sejumlah dokumen rahasia, termasuk surat elektronik, surat, dan dokumen transfer bank, yang diduga merupakan pembayaran dari mantan Presiden Federasi Sepak Bola Qatar, Mohamed Bin

Hammam kepada sejumlah federasi untuk memilih Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada Desember 2010. 

Mengacu dokumen tersebut, Bin Hammam melobi sejumlah federasi untuk memilih negaranya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sekitar enam bulan sebelum pemilihan.

Dokumen itu juga menunjukkan bahwa Bin Hammam melakukan pembayaran kepada federasi sepak bola di Afrika, yang diduga untuk "membeli" suara mereka dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022.

Kesalahan FIFA dalam memilih Qatar untuk jadi tuan rumah Piala Dunia 2022 juga diakui oleh mantan presidennya, yang saat itu memilih Qatar, Sepp Blatter.

Saat itu, Qatar mampu mengungguli Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat dalam voting yang dilakukan anggota Komite Eksekutif FIFA dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022.

''Buat saya, penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah sebuah kesalahan," akui Blatter.

"Negara itu terlalu kecil. Sepak bola dan Piala Dunia telalu besar. Itu adalah sebuah kesalahan dan, sebagai Presiden FIFA saat itu, saya ikut bertanggung jawab,'' ujarnya dalam wawancara dengan media asal Swiss, Tages Anzeiger.