Perdebatan Liga Super Eropa: Konsep Sampai Untung Rugi
Pembicaraan soal kompetisi baru di pentas Eropa mulai merebak di awal Maret 2016 kemarin. Pada Selasa (01/03/16), kabarnya sebuah konsep baru kompetisi bernama Liga Super Eropa tengah digagas oleh para petinggi beberapa klub Liga Primer Inggris dalam sebuah pertemuan yang berlansung di Dorchester Hotel, London.
Sebanyak 5 petinggi klub elit Liga Primer Inggris seperti Ivan Gazidis (Arsenal), Ed Woodward (Manchester United), Bruce Buck (Chelsea), Ferran Soriano (Manchester City), dan Ian Ayre (Liverpool) melakukan pertemuan. Pertemuan tersebut juga turut dihadiri miliarder Amerika Serikat yang juga merupakan bos tim NFL, Miami Dolphins, Stephen Ross.
Miliarder Amerika Serikat yang juga merupakan bos tim NFL, Miami Dolphins, Stephen Ross
Seperti diketahui, Ross merupakan aktor di balik penyelenggaraan turnamen pra musim International Champions Cup (ICC) yang melibatkan tim-tim besar Eropa. Tak hanya itu, Ross juga menjadi penyumbang dana untuk turnamen tersebut.
International Champions Cup biasa digelar jelang kompetisi resmi dimulai (pra-musim)
Kehadiran Ross dalam pertemuan tersebut tentu menarik banyak spekulasi dari berbagai pihak mengingat Ross menyukai sebuah kompetisi yang terbilang elit dan dipenuhi tim-tim besar. Ternyata sebuah format baru kompetisi antar tim-tim elit di Eropa tengah digagas.
Kompetisi baru bernama Liga Super Eropa digadang-gadang akan menjadi perhelatan paling elit di benua biru. Kompetisi tersebut kabarnya hanya akan diikuti oleh tim-tim besar yang sudah memiliki tradisi dan DNA bagus di Eropa.
Barcelona berhasil meraih gelar Liga Champions musim 2014/15 usai mengalahkan Juventus
Bagaimana konsep Liga Super Eropa yang berpotensi menggantikan Liga Champions yang sudah ada saat ini? INDOSPORT mengulas soal konsep Liga Super Eropa beserta hitung-hitungan untung dan rugi jika benar kompetisi elit yang baru ini akan digulirkan.
1. Di Atas Liga Champions dan Liga Europa
Seperti dilansir surat kabar Jerman, Frankfurter Allgemeine Zeitung bahwa UEFA akan menerapkan Liga Super Eropa di atas kompetisi Liga Champions dan Liga Europa.
Tim-tim yang terlibat dalam Liga Super Eropa nantinya ditentukan berdasarkan pada meritokrasi dalam hal keberhasilan di pentas kompetisi dalam negeri, sejarah klub dan daya tarik serta pentingnya pemasaran.
Meritokrasi dalam hal ini adalah tim-tim yang dipilih berdasarkan kemampuan dan prestasi terbaik mereka.
“UEFA terus mengulas format kompetisi dan mengundang para pemangku kepentingan, termasuk anggota asosiasi, untuk berbagi ide-ide mereka dalam proses konsultasi,” kata UEFA Clubs Competition Cycle.
2. Format Liga Super Eropa
Liga Super Eropa akan menjadi kompetisi yang melibatkan 20 tim yang terdiri dari klub besar Inggris, ditambah tim dari Spanyol, Italia, Jerman dan Perancis.
Format kompetisi ini nantinya akan dibentuk 5 grup yang masing-masing berisikan 4 tim terbaik. Lalu, peringkat 1 dan 2 dari grup masing-masing akan otomatis melaju ke babak knock out.
Tim-tim Inggris yang terlibat dalam pembicaraan di London awal Maret kemarin seperti Arsenal, Manchester United, Manchester City, Chelsea dan Liverpool akan secara otomatis dimasukkan ke Liga Super Eropa nantinya.
Lalu, tim-tim besar lainnya seperti Barcelona, Real Madrid, Atletico Madrid, Bayern Munchen, Borussia Dortmund, Schalke, Juventus, AC Milan, Inter Milan dan Paris Saint-Germain juga akan terlibat dalam kompetisi ini.
Lalu, 5 slot kosong yang tersedia tersebut akan diperebutkan oleh tim-tim terbaik lainnya yang mungkin dinilai dari performa dan peringkat di liga domestik.
Namun, untuk 15 tim yang telah disebutkan di atas, mereka pasti dijamin posisinya meskipun tak finish di posisi 5 besar.
3. Limpahan Uang di Liga Super Eropa
Liga Super Eropa turut dirancang oleh miliarder asal Amerika Serikat, Stephen Ross. Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa bos Miami Dolphin ini juga merupakan aktor di balik terselenggaranya turnamen pra musim bernama International Champions Cup (ICC).
Turnamen itu sendiri berisikan tim-tim besar. Logikanya, jika benar kompetisi baru bernama Liga Super Eropa digulirkan, maka limpahan uang juga akan terjadi pada kompetisi elit Eropa ini. Hadiah bagi peserta dan sang juara tentu akan dirancang sedemikian rupa agar nominalnya lebih besar dari Liga Champions.
Di pentas Liga Champions sendiri, perputaran uang berkisar di nilai 1.257 milyar Euro. Jika dipecah lagi, maka setiap tim peserta di babak play-off akan mendapatkan uang senilai 50 juta Euro, lalu tambahan 2 juta Euro jika lolos ke babak selanjutnya.
Setiap peserta di fase grup otomatis akan mendapatkan 12 juta Euro. Satu poin yang didapat di fase grup akan bernilai 500 ribu Euro. Jika lolos ke babak 16 besar, setiap tim akan mendapatkan tambahan uang sebesar 5,5 juta Euro.
Uang akan bertambah bagi tim yang melaju ke babak perempatfinal dengan jumlah 6 juta Euro. Lalu, 4 tim yang masuk ke babak semifinal akan mendapatkan masing-masing 7 juta Euro. Tim yang berhasil menjadi juara Liga Champions akan mendapatkan tambahan uang sebesar 15 juta Euro dan runner-up akan mengantongi uang sebesar 10,5 juta Euro.
Jika dirinci lagi, tim juara berpotensi mendapatkan hadiah uang sebesar 54,5 juta Euro. Uang hadiah untuk sang kampiun tersebut ternyata belum termasuk pendapatan dari market pool .
Misalnya Barcelona yang menjadi juara Liga Champions musim 2014/15 kemarin. Tim asuhan Luis Enrique berhasil mengantongi uang senilai 24,6 juta Euro dari market pool. Tak hanya itu, El Barca juga mendapatkan tambahan uang bonus sebesar 4 juta Euro karena berhasil meraih gelar Piala Super Eropa usai mengalahkan Sevilla. Sementara Sevilla sebagai runner up mendapatkan uang sebesar 3 juta Euro.
Bayangkan saja jika besaran hadiah uang yang didapat dari keikutsertaan di Liga Champions sedemikian besarnya, maka seberapa besar nominal hadiah uang yang akan dirancang Stephen Ross di kompetisi Liga Super Eropa nantinya?
4. Memutus Keterlibatan Tim Medioker
Meski Liga Super Eropa nantinya akan terlihat sangat elit bahkan melebihi format Liga Champions dan Liga Europa, namun tetap ada sisi buruk dari kompetisi ini. Kompetisi yang hanya melibatkan tim-tim besar Eropa tentu akan merugikan tim-tim kecil dan medioker.
Selain itu, seperti format Liga Champions, tradisi keterlibatan tim-tim dari negara-negara yang memiliki kompetisi lokal yang tak terlalu tenar seperti Rusia, Belgia, Portugal, Ukraina, Swedia, Turki, Kazakhstan, Kroasia, Yunani, Belarusia dan Israel.
Selain tak adanya tim-tim medioker dari negara-negara tersebut, kompetisi Liga Super Eropa tentu akan terlihat monoton. Meski dipenuhi tim-tim besar yang memiliki tradisi mengesankan di level Eropa namun kompetisi tersebut jadi tak menarik karena minim kejutan.
Berbeda seperti format Liga Champions yang pasti menghadirkan banyak kejutan seperti bisa memunculkan tim kecil mengalahkan tim besar dan juga bisa menghadirkan partai final yang diisi oleh dua tim kecil sementara tim-tim besarnya lebih dulu tersingkir.