(VIDEO) Awal Kejutan Yunani Tumbangkan Juara Bertahan di Euro 2004
Sore di tepi kota Paris, ribuan 'bobotoh' tim Ayam Jantan menggelar nonton bareng tim kesayangan mereka saat babak perempatfinal Euro 2004. Kali ini Prancis akan menghadapi tim yang disebut bukan unggulan, Yunani.
Partai yang digelar 26 Juni 2004 ini, dianggap sebagian besar kalangan akan menjadi langkah mudah bagi Zinedine Zidane dan kawan-kawan menembus semifinal. Para pendukung Prancis yang terlanjur tumpah ruah juga telah menyiapkan alat-alat pesta untuk merayakan kemenangan mereka.
Sementara itu, di Stadion Jose Alvalade, Lisbon, 45 ribu kepala telah siap menyambut kick-off babak pertama. Kedua kesebelasan memegang teguh amanat sang pelatih, untuk menjaga ambisi juara.
Namun, siapa sangka statistik tidak selalu linear dengan hasil di lapangan. Tim unggulan tak selalu pulang dengan kemenangan.
Seperti apa serunya pertandingan Yunani melawan Prancis di perempatfinal Euro 2004? Berikut ulasan yang telah dirangkum oleh INDOSPORT:
1. Beda Kelas
Angelos Charisteas, Giorgios Karagounis dan Kostas Katsouranis merupakan sejumlah nama medioker dalam jajaran pesepakbola Eropa. Mungkin hanya Karagounis yang dikenal lantaran bermain di Serie A Italia bersama Internazionale.
Namun ketiga pemain ini menjadi sosok sentral bagi Yunani dalam perjuangan mereka merbak magis di Portugal. Pada babak perempatfinal, tim dari negeri seribu dewa ini hanya memasang target realistis.
Apalagi Prancis, yang bertindak sebagai juara bertahan telah menunggu mereka. Deretan bintang seperti Zinedine Zidane, Thierry Henry, hingga Davd Trezeguet adalah jaminan persoalan bagi siapapun yang berjumpa tim Ayan Jantan.
Yunani datang ke Euro 2004 dengan sejumah pemain yang tak berlabel bintang.
Namun, label bintang tak membuat armada Hellas ciut nyali. Beda kelas tidak membuat Yunani kecil hati.
Kematangan Otto Rehhagel membangun skuat patut mendapat acungan jempol. Melalui tangan dingin pelatih asal Jerman ini, Yunani menjelma menjadi sekolompok pesepakbola yang solid secara tim.
Rehhagel mampu mengemas pasukan medioker menjadi tim tempur yang merata di semua lini. Daya juang dan semangat spartan menjadi bungkus ideal bagi skill yang tidak sebanding dari lawan mereka yang bertabur bintang.
2. Menampik Tuah Kemujuran
Jacques Santini langsung menurunkan skuat terbaiknya saat bertemu Yunani. Duet Thierry Henry dan David Trezeguet menjadi tumpuan, dengan Zinedine Zidane sebagai pengatur serangan.
Lilian Thuram dan William Galas menjadi benteng kokoh Ayam Jantan. Sementara Fabian Barthez menjadi algojo untuk mementahkan peluang lawan.
Yunani sendiri bernagkat ke perempatfinal dengan sedikit perubahan. Demis Nikolaidis menjalani debut pertamanya, Karagounis kembali dari masa hukuman, dan Fyssas yang menggantikan Venetidis di bek kiri.
Zinedine Zidane gagal membangun ritme permainan Prancis di babak pertama saat melawan Yunani.
Kalah daru Rusia di babak terakhir penyisihan grup membuat Otto Renhagel memutar otak saat melawan tim sekelas Prancis. Kilau bintang tentu saja memaksa Yunani harus selalu waspada.
Namun, hal berbeda terjadi di lapangan. Yunani langsung mengambil alih pertandingan dengan serangan gencar.
Dua peluang didapat melalui Charisteas dan Katsouranis. Beruntung Thuram dan Barthez piawai menjaga pertahanan mereka dari serangan Ethniki.
Sisi berbeda ditampilkan Yunani di babak perempatfinal ini. Mereka mencoba keluar dari anggapan bahwa permainan mereka membosankan.
Lolosnya Yunani dari fase grup dianggap sebagai tuah keburuntungan. Yunani menjalankan strategi menunggu dengan sesekali menjalankan serangan balik.
Tapi laga melawan Prancis sepertinya menjadi arena berbeda bagi Yunani. Mereka berlaga seperti tengah menjalani pertandingan terakhir.
Prancis sendiri masih sulit menemukan ritme mereka di babak pertama. Henry yang dua kali mendapat kesempatan gagal membuyarkan harapan Yunani hingga turun minum.
Babak pertama, dominasi Prancis masih bisa diredam para Pelaut Yunani. Anders Frisk, wasit yang memimpin laga pun mengakhiri babak pertama dengan skor kacamata.
Susunan pemain kedua tim:
Prancis: Barthez, Gallas, Thuram, Silvestre, Lizarazu, Zidane, Makelele, Dacourt, Pires, Henry, Trezeguet
Yunani: Nikopolidis, Seitaridis, Kapsis, Dellas, Fissas, Zagorakis, Basinas, Karagounis, Nikolaidis, Katsouranis, Charisteas.
3. Hellas Meledak
Sadar tidak bermain maksimal, Prancis langsung berusaha tampil lebih agresif di babak kedua. Sebuah upaya dari Thiery Henry hampir saja membuat Prancis unggul di awal laga.
Sayang sepakannya masih bisa diblik oleh Dellas. Prancis benar - benar menyerbu pertahanan Yunani di awal babak kedua ini.
Sebuah upaya dari Lizarazu hampir saja membuat Prancis membuka angka. Henry yang mendapat umpan matang kembali gagal mengkonversi menjadi gol.
Konsentrasi Yunani yang tengah meredam serangan Prancis yang menggila pun membuat mereka hanya sesekali melakukan serangan. Namun, satu serangan kilat mereka membuat gemuruh penonton meledak.
Angelos Charisteas membuat gol penentu kemenangan Yunani atas Prancis.
Berawal dari sebuah set-piece apik dari lini tengah, sebuah umpan diberikan kepada Zagorakis yang berlari menepi. Zgorakis kemudian berhasil mengecoh Lizarazu untuk merangsek lebih dalam ke lini pertahanan Prancis.
Akhirnya, kapten tim Yunani ini memberikan sebuah umpan terukur ke tengah gawang. Angelos Charisteas yang tak terjaga kemudian menekan hulu ledak untuk merobek gawang Barthez.
Yunani membuka keunggulan di menit ke 65, seisi stadion pun bergemuruh menyambut gol dari pemain yang kala itu bermain untuk Werder Bremen di Bundesliga Jerman. Sementara suasana nonton bareng di Paris sentak menyepi, usai gol pertama ini.
Prancis kembali mencoba menyamakan kedudukan di sisa 25 menit pertandingan. Santini langsung memasukan Louis Saha dan Syvain Wiltord untuk menambah daya dobrak.
Saha yang baru masuk mendapat peluang emas, namun tendangannya lemah dan mudah dipatahkan oleh Nikopolidis. Henry yang terlecut usai gol Charisteas pun mencoba membalas.
Sebuah peluang dari hasil solo-run khas nya tidak mampu diakhiri dengan sempurna. Tendangan pemain Arsenal ini melenceng di sisi gawang.
Para pemain Prancis lesu usai ditekuk Yunani di perempatfinal Euro 2004.
Sukacita Hellas pun meledak usai wasit membunyikan peluit akhir pertandingan. Kemenangan perdana Yunani atas Prancis sepanjang sejarah memaksa Ayam Jantan gagal mempertahankan gelar.
Laga ini menjadi akhir bagi Prancis di putaran final Euro 2016. Prancis harus angkat koper lebih awal setelah pertandingan ini.
Tapi inilah awal kejutan bagi Yunani di Euro 2004. Yunani, terus melanjutkan kisah magisnya hingga kemudian menjadi juara di Euro 2004.
Susunan pemain kedua tim:
Yunani: Nikopolidis, Seitaridis, Kapsis, Dellas, Fissas, Zagorakis, Basinas (Tsiartas 85), Karagounis, Nikolaidis (Lakis 61), Katsouranis, Charisteas