x

Kisah 'Si Kurus', Kurniawan Dwi Yulianto, dari Gol Hingga Maju ke Bursa Ketum PSSI

Selasa, 13 September 2016 06:25 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Tengku Sufiyanto

Tak seperti Bambang Pamungkas yang terkenal akan loyalitasnya, Kurniawan justru membela puluhan klub semasa aktif bergelut dengan si kulit bundar di lapangan hijau. Kurniawan adalah pemain yang istimewa, kehebatannya dibuktikan bukan hanya di dalam negeri tapi juga di Eropa. 

Meski namanya kini tak lagi terdengar sebagai pesepakbola, Kurniawan tidak pernah benar-benar meninggalkan sepakbola. Ia seringkali tampil di televisi sebagai komentator, dan lainnya. Terbaru ia kembali membuat sensasi dengan maju sebagai calon Ketum PSSI.

Memulai karier bersama tim Primavera, Kurniawan kemudian menjadi pemain Indonesia pertama yang berkarier di kompetisi Eropa. Banyak lika-liku dalam dunia sepakbola yang dialami Si Kurus, julukan Kurniawan Dwi Yulianto.

Untuk itu, INDOSPORT mencoba menyajikan kisah serba pertama dari Kurniawan Dwi Yulianto yang kini menjadi satu-satunya mantan pemain yang maju ke bursa pemilihan Ketum PSSI. Berikut ulasannya:


1. Klub Sepakbola Profesional Pertama

Kurniawan Dwi Yulianto.

Tahun 1993, 22 pemain muda Indonesia U-16 berkesempatan ke Italia untuk mengikuti program latihan Primavera. Kurniawan termasuk salah satu di antaranya. Di Italia, para pemain muda berkesempatan ikut kompetisi Primavera U-23. Mereka setiap Sabtu melakukan pertandingan, dan berkesempatan mengikuti talent scouting (pencari bakat) dari seluruh klub-klub Eropa.

Keberuntungan kemudian berpihak kepada Kurniawan, karena ia diberi kesempatan untuk ikut seleksi di FC Luzern, Swiss.

“Setelah seleksi saya dapat kontrak dan saya sangat bangga. Karena memang saya salah satu pemain Indonesia pertama yang bermain di klub Eropa resmi. Kemudian bisa mencetak gol di liga Eropa yang resmi,” tutur pemain dengan julukan Si Kurus tersebut.


2. Gol Pertama Pemain Indonesia di Eropa (FC Luzern 2-1 FC Basel)

Kurniawan Dwi Yulianto.

Pada tahun 1995, dalam sebuah pertandingan resmi di Liga Swiss, Kurniawan yang saat itu baru berusia 19 tahun dipercaya FC Luzern untuk menjadi penyerang utama kontra FC Basel. Sadar mendapatkan kesempatan langka, Kurniawan tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Ia berhasil mencetak gol pertama bagi timnya, di mana Luzern pada akhirnya menang 2-1. Menariknya, gol tersebut tercipta melalui tandukan kepala. Mengingat postur tubuhnya yang mungil jika dibandingkan bek-bek asal Eropa, gol Kurniawan saat itu tergolong luar biasa.

“Saat itu (1995) saya main. Kemudian saya mencetak gol kemenangan untuk tim saya di derby Swiss yang luar biasa, dan saya merasa hal itu tidak terbayarkan karena menjadi orang Indonesia pertama yang bisa bisa mencetak gol di liga Eropa resmi, bukan trial dan saya benar-benar dikontrak,” ungkap Kurniawan mengenai gol tersebut.

Setelah mencetak gol tersebut, nama Kurniawan kemudian menghiasi beberapa surat kabar di Swiss. Fotonya muncul di halaman utama. Namun hal tersebut tak lebih dari sekadar bonus. Baginya, menjadi pemain Indonesia pertama yang mencetak gol pertama di kompetisi resmi Eropa jauh lebih penting daripada menghiasi halaman depan sebuah surat kabar.


3. Sepatu Sepakbola Pertama di Karier Profesional

Kurniawan Dwi Yulianto.

Segala sesuatu yang serba pertama di karier Kurniawan sebagai profesional sepertinya ditakdirkan bersama FC Luzern. Dari klub profesional, gol di liga resmi, hingga sepatu pertama di karier professional. Saat itu Si Kurus mengaku mendapatkan sepatu gratis dari FC Luzern.

“Sepatu pertama saat karier profesional, saya dapat sepatu gratis karena FC Luzern disponsori Adidas. Waktu itu sepatunya Adidas Copa Mundial. Kami tidak membeli. Kami dapat bebas, tinggal ambil di tokonya,” tutur pria 40 tahun itu.

“Saat di sekolah sepakbola, saya beli sepatu mereknya Cuit. Waktu itu harganya kalau tidak salah Rp13 ribu. Kemudian, saat di Diklat Salatiga, saya beli sepatu merek Eagle seharga Rp33 ribu. Saya nabung dengan gaji selama tiga bulan untuk beli sepatu itu, karena gaji saya sebulan hanya Rp12.350. Tapi, makan dan sekolah saya mendapatkannya secara gratis."


4. Gaji Pertama di Klub Profesional

Kurniawan Dwi Yulianto.

Berlabuh di FC Luzern, Kurniawan kemudian mulai merasakan hasil kerja kerasnya. Bersama klub Swiss tersebut, Si Kurus mendapatkan gaji pertamanya sebagai pesepakbola professional. Ia menerima lebih dari Rp40 juta pada waktu itu.

“Gaji pertama di FC Luzern adalah 3 ribu Swiss Franc (saat ini sekitar Rp40 juta lebih). Saat itu, gaji sama bonus malah lebih besar bonus,” beber mantan pemain Persija Jakarta itu.

Selain digaji, Kurniawan juga mendapatkan fasilitas makan, tempat tinggal, dan bonus-bonus yang besar di sana. Pria 40 tahun tersebut menghabiskan waktu selama dua tahun di Swiss.


5. Gol Pertama di Timnas

Kurniawan Dwi Yulianto

Gol Kurniawan untuk Timnas Indonesia terjadi saat Piala AFF 1996, yang waktu itu masih dikenal dengan nama Piala Tiger. Saat itu Tim Garuda berhadapan dengan Laos di babak penyisihan Grup A. 

Ketika itu, Si Kurus melesakkan gol di menit ke-17 yang juga membawa Indonesia unggul 4-0 di babak pertama. Tim Merah-Putih akhirnya memastikan kemenangan dengan skor 5-1 di Jurong Stadium, Singapura. Pada Piala Tiger edisi tersebut Kurniawan mampu melesakan 4 gol. 


6. Pacar Pertama

Kurniawan Dwi Yulianto

Bergabung bersama FC Luzern juga ternyata menjadi hoki tersendiri bagi Kurniawan. Pasalnya saat membela klub Swiss tersebut, ia juga mendapatkan cinta dari seorang wanita yang diakuinya sebagai cinta pertamanya.

“Pacar pertama saya namanya Maurin. Dia adalah orang Indonesia yang belajar di Swiss. Awal ceritanya, saat itu saya tidak mau tinggal sendiri. Jadi, saya dicarikan tempat yang banyak komunitas orang Indonesia. Saya tinggal di hotel yang dijadikan asrama pelajar dan tempat itu ditinggali banyak orang Indonesia,” kata pemain yang juga pernah bermain di Malaysia itu.

Namun rupanya keduanya tidak berjodoh. Kurniawan Kini hidup bersama istri keduanya, Nurat Qana Dewi yang dinikahi pada 2008 lalu, selepas bercerai dengan istri pertamanya, Kartika Dewi di tahun 2003.


7. Pesepakbola Pertama yang Maju Jadi Calon Ketum PSSI di Era Modern

Kurniawan Dwi Yulianto.

Usai menggelar Kongres Luar Biasa pada Agustus lalu, bursa calon Ketum PSSI sudah mulai memanas. Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) yang menjagokan Kurniawan Dwi Yulianto untuk maju sebagai ketua umum PSSI.

“Kita memang menjagokan Kurniawan Dwi Yulianto untuk menjadi Ketua Umum PSSI. Bagi saya sudah saatnya pemain atau mantan pemain dapat terlibat nyata di federasi," ucap Ponaryo selaku Presiden APPI kepada INDOSPORT.

"Kenapa harus terlibat nyata, karena sepakbola ini dunia mereka. Jadi sudah saatnya pemain atau mantan pemain maju," jelas eks kapten timnas ini.

Kurniawan sendiri sudah mendaftarkan diri menjadi calon ketua umum PSSI dan akan bersaing dengan 7 calon lainnya. Masuknya nama mantan pemain Persija Jakarta tersebut bisa dikatakan sebagai bakal calon termuda sekaligus mantan pesepakbola pertama yang maju ke posisi pimpinan tertinggi PSSI di era modern.

Sebelumnya, ada nama Maulwi Saelan dan Maladi sebagai mantan pesepakbola Indonesia yang pernah mengajukan diri sebagai Ketum PSSI. Mereka berdua akhirnya terpilih sebagai Ketum PSSI (Maulwi Saelan, 1964-1967) (Maladi, 1950-1959).

PSSIKurniawan Dwi YuliantoTimnas IndonesiaPrimaveraLiga IndonesiaFC LuzernNurat Qana DewiKartika Dewi

Berita Terkini