x

Saga Transfer Patut Berkaca Loyalitas Messi dan Marchisio

Jumat, 7 Juli 2017 06:16 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra
Claudio Marchisio saat berduel dengan Lionel Messi

Lionel Messi baru saja memperpanjang masa baktinya di Barcelona. Pemain berusia 29 tahun ini resmi memperpanjang kontraknya di Camp Nou hingga tahun 2021.

Perpanjangan kontrak ini bahkan membuat Messi bakal dilepas dengan klausul kontrak senilai 300 juta euro (Rp4,5 triliun). Angka yang cukup edan, tapi sepadan untuk harga sebuah loyalitas di sepakbola modern.

Sebelumnya, gonjang-ganjing soal masa depan Messi memang cukup mengkhawatirkan para Cules. Messi dijajakan dengan tawaran gaji menggiurkan dari sejumlah klub.

Bintang Barcelona, Lionel Messi resmi memperpanjang kontraknya.

Paris Saint-Germain dan Manchester City disebut sebagai klub yang bernafsu mendatangkannya. Bahkan Messi disebut sempat dijanjikan tawaran gaji hingga 400 ribu pounds jika berani keluar dari Barcelona.

Namun, Messi tidak bergeming dan menyatakan kesediaannya untuk tetap berseragam Barcelona. Pesan untuk pensiun di klub yang membesarkannya pun ikut terucap darinya.

Daily Mail bahkan pernah menerbitkan sebuah artikel tentang sebuah sumpah setia Messi. Saat itu, La Pulga berkomentar soal rencana dirinya untuk menghabiskan karier.

"Itu yang selalu saya inginkan dan impikan. Saya akan menyukai bisa mengakhiri karier di Barcelona," tuturnya.

Messi dan Dinamisnya Loyalitas di Sepakbola Modern

Pernyataan ini bergeser 180 derajat dari ungkapan Messi setahun sebelumnya. Pada awal September 2016, pemain yang lahir di sebuah kota bernama Rosario, Argentina ini sempat berkata ingin menghabiskan karier di kampung halamannnya.

Messi sempat menungkapkan hasratnya untuk bergabung dengan Newell's Old Boys, klub pertama dalam kariernya. Messi dalam hatinya ingin pulang, dan membalas baktinya sebelum terkenal hingga hari ini.

Lionel Messi sempat mengutarakan niat untuk pensiun di tanah kelahirannya.

"Saya akan senang melakukannya (membela Newell's Old Boys). Itu sesuatu yang selalu ada dalam pikiran saya dan menjadi mimpi saya saat kecil," kata Messi seperti dikutip dari Football-Espana.

Pernyataan Messi ini sedikit banyak bagaimana sepakbola memang bisa sangat dinamis. Prestasi dan guyuran uang menjadi konstanta utama dalam menentukan karier seseorang.

Bintang Barcelona, Lionel Messi melakukan selebrasi.

Apalagi di La Liga Spanyol dan klub sebesar Barcelona yang mapan dengan keuangan. Messi sendiri sudah lekat dengan nyawa Barca sejak awal kemunculannya hingga hari ini.

Terlepas dari dua alasan mana yang telah diambil Messi, tapi loyalitas dalam sepakbola modern menjadi barang mahal. Walaupun masih ada sedikit yang berupaya menjadi one man club, karena darah dan DNA-nya bagi klub yang dibelanya sejak belia.

Beda Liga Beda DNA

Setelah era Francesco Totti di AS Roma, publik sepakbola mulai kehabisan stok nama besar yang setia. Kita tidak banyak mengingat pengisi lini tengah Juventus yang berjuang demi tetap berada di klub ini sejak masih menginjak usia 7 tahun.

Pemain bernomor punggung 8 dengan nama Claudio Marchisio. Belakangan, Marchisio memang tak lagi menjadi pilihan utama sebagai gelandang Juventus.

Claudio Marchisio saat mengeksekusi bola.

Namun, sosok pemain berusia 31 tahun ini telah menghabiskan seluruh kariernya dengan balutan seragam hitam-putih. Hanya sekali Marchisio mengubah seragamnya, saat dipinjamkan Juventus ke Empoli di musim 2007/2008.

Bakat Marchisio sudah diendus oleh Fabio Capello di musim 2004, saat di mana Bianconerri mendapatkan masa keemasannya. Kala itu, Marchisio sering diajak berlatih bersama di tim utama.

Claudio Marchisio sudah bergabung dengan Juventus sejak berusia 7 tahun.

Il Principino atau Pangeran Muda, sebutan Juventini untuknya, harus menunggu hingga 4 tahun untuk mendapatkan kepercayaan tersebut. Meskipun Marchisio telah dipromosikan ke tim utama Juventus sejak musim 2006/07, kala Juventus terdegradasi ke Serie B, karena tuduhan skandal Calciopoli.

Adalah Claudio Ranieri, arsitek yang dipercaya menangani Si Nyonya Tua kala itu, mempercayakan Marchisio di lini tengah setelah performa apiknya di Empoli pada musim selanjutnya. Era kepelatihan berganti, namun Marchisio tetap dipercaya sebagai gelandang utama hingga akhirnya mendapatkan puncak keemasan di masa kepemimpinan Antonio Conte.

Tolak Sir Alex Demi Wujudkan Mimpi

Gemilang di Juventus ikut membawa Marchisio dipanggil ke Timnas Italia. Puncaknya adalah pada tahun 2012, saat Italia mampu menembus partai puncak di Piala Eropa, sebelum dikandaskan Jerman.

Trio Marchisio, Andrea Pirlo, dan Arturo Vidal menjadi bukti kesahihan awal dominasi Juventus di Serie A Italia. Peran Marchisio cukup vital di lini tengah Juventus maupun Timnas Italia

Hal ini membuat Manchester United kepincut dan ingin memboyongnya ke Old Trafford. Sir Alex Ferguson ingin melihat Marchisio membela Man United sebelum dirinya pensiun.

Sir Alex Ferguson sempat ditolak 'cinta'-nya oleh Claudio Marchisio.

Namun, sekali lagi Marchisio membuktikan loyalitasnya. Ajakan pelatih legendaris itu ditolaknya.

Juventus sendiri memiliki kebijakan menarik dalam urusan menjual pemain. Giuseppe Marotta selaku Direktur Olahraga Juventus, pernah menungkapkan kebijakan ini pada media.

Giuseppe Marotta (Direktur Olahraga Juventus)

"Kami tidak punya niatan untuk menjual siapapun, tapi jika pemain ingin hengkang, seperti yang terjadi sebelumnya, maka di kemudian hari dia akan dilepas, karena kami tidak ingin menahan keinginan mereka," tambah Marotta seperti dikutip dari Football-Italia.

Tak ayal, selain Man United, Barcelona, Arsenal, dan Chelsea pun sempat meringis dengan tawaran mereka untuk Marchisio. Bertahan di Juventus, berarti memang Marchisio yang menginginkannya.

Hati yang Terjaga Jelang Seperempat Abad Mengabdi

Kini, 24 tahun berkarier di Juventus, Il Principino telah memberikan 6 scudetto, 3 gelar Coppa Italia, dan 3 gelar Piala Super Italia. Ayah Marchisiso sendiri sudah menyampaikan harapan anaknya untuk membela Juventus hingga akhir kariernya sejak 5 tahun silam saat usianya masih beranjak 26 tahun, atau dalam usia emas..

Hal ini disampaikan oleh Stefano Marchisio saat diwawancarai Tuttosport. Saat itu, Stefano mengatakan harapannya bagi Marchisio juga sempat menolak bermain untuk Barcelona dan memilih berada di Juventus.

"Claudio adalah seorang pemain yang bisa mencetak 10 gol selama semusim, dia akan mudah melakukannya di Barcelona, tapi sepertinya dia ingin meningkatkan kariernya lebih dari sekedar urusan mencatak gol," tukas Stefano.

Claudio Marchisio (Juventus)

"Kini saya menyadari dan sangat senang melihat Claudio berseragam Bianconeri sepanjang hidupnya, seperti impian masa kecilnya," sambung Stefano.

Hal ini pun diamini oleh sang putra dengan ungkapan yang serupa di tahun yang sama. 5 tahun lalu harapan Marchisio sangat sederhana usai menolak tawaran Man United dan Barcelona.

Dalam sebuah artikel dari Goal.com 5 tahun silam, Marchisio juga berharap memperpanjang kontraknya dengan Juventus. Saat itu, kontrak Marchisio akan habis di tahun 2016.

"Saya merasa masih sangat muda dan memiliki ikatan kontrak dengan Juventus. Impian saya adalah saat kontrak saya akan habis di tahun 2016, Juventus akan menawarkan saya kontrak baru hingga tahun 2021," kata Marchisio.

Impian Marchisio pun terwujud dan dibayar tunai oleh Juventus. Setahun sebelum kontraknya habis, Juventus memperpanjang kontraknya hingga tahun 2020.

Baca Juga:

Hal ini disambut antusias oleh Marchisio dengan mengatakan bahwa perpanjangan kontrak ini merupakan mimpi sejak masa kecilnya.

"Ini adalah perasaan yang selalu ada sejak sesi latihan pertama saya pada 1993," kata Marchisio.

"Saya senang mengenakan kostum yang selalu saya inginkan. Mencari motivasi untuk tetap memberi yang lebih adalah fokus utama saya," tambahnya.

Claudio Marchisio tetap setia dan berencana pensiun bersama Juventus.

Well, kini Marchisio pun tengah kembali dicoba loyalitasnya dengan datangnya tawaran dari Antonio Conte yang mengajaknya bereuni di Chelsea. Namun, sang Pangeran Muda masih dingin menanggapi rumor transfernya tersebut.

Meski tak lagi menjadi pilihan utama, pemain dengan 369 penampilan dan sumbangan 37 gol untuk Juventus ini berupaya untuk tetap bertahan. Sebuah pilihan yang sepertinya mengedepankan hati, hal yang mulai ditanggalkan para pemain muda lain saat berupaya melompat batu demi mencari prestasi dan tentu saja pundi-pundi.

BarcelonaLionel MessiSir Alex FergusonJuventusClaudio MarchisioGiuseppe MarottaIn Depth Sports

Berita Terkini