x

Bernardeschi ke Juventus Bukan Duka Baru untuk Fiorentina

Selasa, 25 Juli 2017 18:48 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra
Federico Bernardeschi.

Kepindahan Federico Bernardeschi menjadi kejutan transfer Serie A Italia musim ini setelah Leonardo Bonucci. Ada dua hal yang membuat publik sepakbola Italia tak menyangka suksesnya operasi transfer ini.

Pertama, soal strategi transfer Juventus yang dikenal 'pelit', jika tak ingin dibilang secara umum sebagai perhitungan matang. Bisa dilihat bagaimana Douglas Costa yang merapat sebagai pemain pinjaman.

Federico Bernardeschi.

Padahal, sebelumnya Bayern Munchen sebagai pemilik Costa sudah mengikhlaskan dengan mahar 45 juta euro (Rp699 miliar). Sebuah angka yang sebenarnya bisa ditebus Juventus usai menjual Bonucci sebesar 40 juta euro (Rp621 miliar).

Kedua, soal rivalitas Fiorentina dan Juventus yang sudah menjadi bebuyutan sejak tahun 1982. La Viola, julukan Fiorentina, masih tak terima dongkelan Juventus saat itu yang membuat mereka gagal meraih scudetto.

Belum lagi kerpergian Roberto Baggio, bagian penting dari Fiorentina pada periode 1985-1991. Kepergian Baggio membuat seisi Firenze mencekam.

Roberto Baggio saat membela Juventus era 1990–1995.

Kemarahan pendukung berbuah teror dari pendukung yang membuat kerusakan di ruang publik. Hal ini berlangsung hingga pemerintah Firenze ikut turun tangan.

Belakangan, kepindahan Bernardeschi dianggap sebagai pemberontakan besar kedua setelah Baggio. Hal yang diterima secara penuh oleh publik Firenze pasca pembelotan Baggio 27 tahun silam.

Tapi nampaknya, para pendukung La Viola tak perlu gusar dengan kepindahan pemain berusia 23 tahun ini. Beberapa hal yang coba disajikan INDOSPORT mencoba menegaskan bahwa Bernardeschi belum pada level level Baggio.

Berikut ulasannya:


1. Mutiara Muda Fiorentina

Penyerang Fiorentina, Federico Bernardeschi.

Federico Bernardeschi sudah menjadi ungu sejak usianya 9 tahun. Berna, sapaan akrabnya, sudah bergabung dengan Akademi Fiorentina di tahun 2003.

Hanya butuh 6 musim, Berna bisa menembus skuat U-17 Fiorentina. Saat itu bahkan usia Berna masih 15 tahun di tahun 2009.

Pun demikian dengan penampilannya dengan skuat muda La Viola. Berna sukses menembus Skuat Primavera di musim keduanya pada tahun 2011.

Federico Bernardeschi (kiri) saat masih bermain untuk Crotone.

Skema 2 tahunannya semakin terlihat ketika Berna masuk ke skuat utama Fiorentina di tahun 2013. Namun, Berna belum diberi kepercayaan penuh oleh Vincenzo Montella yang membesut La Viola, kala itu.

Berna 'disekolahkan' ke Crotone pada musim 2013/14, yang merupakan musim perdananya di skuat utama. Hasilnya membuat Montella sepertinya mencukupkan masa 'magang' Berna.

12 gol dan 7 assists dari 39 penampilannya bersama Crotone adalah bukti dirinya bisa bersaing. Hal inilah yang membuat Il Aeroplanino memasukannya dalam skuat utama di musim berikutnya.


2. Peluang dari Pria Portugal

Federico Bernardeschi mulai mengilap bersama Paulo Sousa.

Kesempatan untuk Bernardeschi muncul di musim keduanya bersama Fiorentina. Kepindahan Vincenzo Montella ke Sampdoria membuka pintu bagi Paulo Sousa untuk menjadi nahkoda baru La Viola.

Pria asal Portugal ini digaet dari FC Basel usai performa apiknya di Liga Champions. Sousa pula yang melihat ada yang tidak beres pada bakat Berna.

Sejauh ini, pemain kelahiran Cararra tersebut lebih banyak beroperasi di sayap kanan Kecepatan dan akselerasi Berna memang natural di posisi tersebut.

Paulo Sousa menjadi pelatih yang berhasil mengilapkan bakat Federico Bernardeschi.
 

Posisi yang ditempatinya semenjak pertama kali bermain di akademi muda La Viola. Tapi kemudian Sousa memandangnya dengan kacamata berbeda.

Hal pertama yang dilakukan olehnya adalah memberikan nomor punggung dan posisi baru. Berna diberi kesempatan mengenakan nomor 10 di jersey-nya.  Sebuah nomor yang melegenda bersama Giancarlo Antognoni dan Roberto Baggio.

Pun demikian dengan perubahan posisinya yang mengisi peran si nomor 10 di tim. Berna diplot menjadi pemain yang bermain di belakang penyerang.

Antonio Conte membawa Federico Bernardeschi ke Euro 2016.

Berna pun menggila dengan 6 gol dan 6 assists dari 41 penampilannya bersama Fiorentina bersama Sousa. Hal ini membuatnya menjadi kesayangan publik Firenze yang baru.

Performanya membuat Antonio Conte pun ikut kepincut. Conte membawanya dalam skuat Timnas Italia pada gelara Euro 2016 di usianya yang masih 22 tahun!

Publik Firenze pun jatuh cinta kepada Berna dan melekatkan gelar calon legenda untuk dirinya. Meski Berna sempat enggan untuk disamakan dengan pemiliki nomor 10 lainnya.

"Apakah saya terinspirasi Baggio dan Rui Costa? Setiap pemain akan menjalani caranya sendiri. Mereka adalah legenda dan akan tetap menjadi juara selamanya. Tentu saja disandingkan dengan mereka adalah sebuah kehormatan," tutur Berna dikutip dari Mediagol.


3. Deja vu 27 Tahun Silam

Federico Bernardeschi, pemain anyar Juventus.

Musim panas 1991 adalah masa klimaks rivalitas antara Juventus dan Fiorentina. Sebuah rivalitas panas yang terjadi sejak tahun 1982, kala Fiorentina merasa ditikung Juventus dalam perebutan scudetto masa itu.

Kepindahan Berna ke Juventus pun membuat luka itu kembali menganga. Perihnya 'pengkhianatan' terulang lagi setelah 27 tahun.

Roberto Baggio-lah memori menyakitkan itu. Pemain yang menyebrang ke Juventus dengan bayaran Rp10 juta euro (Rp149 miliar) di tahun 1991.

Roberto Baggio saat membela Fiorentina sebelum kepindahannya ke Juventus.

Nilai tersebut menjadikan Si Kuncir Kuda, julukan Baggio, sebagai pemain termahal di masanya. Namun nilai ini dianggap tak sebanding bagi harga loyalitasnya di mata pendukung La Viola.

Bayangkan, bagaimana marahnya pendukung Il Gigliati, kala 50 orang terluka dalam protes besar-besaran akibat kepindahan Baggio. Lemparan batu, perusakan fasilitas publik dan stadion menjadi bukti betapa dahsyatnya amarah para pendukung.

Kini, Berna seakan menantang pendukung untuk kembali terluka. Meskipun setelah Baggio dan sebelum Berna, ada sejumlah pemain yang menyeberang.

Federico Bernardeschi resmi berseragam Juventus musim depan.

Sebut saja Giovanni Bartolucci, Emilliano Moretti, Fabrizio Miccoli, Giorgio Chiellini, Valeri Bojinov, Felipe Melo, Pietrro Berruato, dan Norberto Neto. Tapi deretan nama tersebut kalah tradisional dengan Berna.

Sebuah bakat lokal yang diharapkan mampu membawa Fiorentina kembali berkibar di masa depan. Namun hal ini musnah dengan harga 40 juta euro (Rp621 miliar) yang diterima klub kebanggaan mereka.


4. Kisah Syal dan Akhir Buruk Berna untuk La Viola

striker anyar Juventus, Federico Bernardeschi.

Sebuah sore di Viareggio, 23 Maret 2017, menjadi tanda baik bagi para pendukung Fiorentina. Saat itu, Berna diundang untuk memberikan testimoni pembukaan ajang Viareggio Cup 2017.

Sebuah turnamen muda yang cukup bergengsi di Italia dan melibatkan peserta dari penjuru dunia. Alessandro Del Piero, Farancesco Totti, dan Berna tentunya, merupakan jebolan ajang ini.

Berna hampir saja 'dijebak' oleh Giorgio Del Ghingaro, Wali Kota Viareggio, dan sang anak, Gregorio. Keduanya dikenal merupakan Juventini sejati.

Federico Bernardeschi saat menolak memegang syal Juventus.

Saat berfoto bersama, Giorgio meminta Berna untuk membentangkan syal Juventus. Tentu saja dengan tegas Berna menolaknya dan langsung melarika diri.

"Tidak, jika saya melakukannya mereka (pendukung Fiorentina) akan memasukkan saya ke dalam penjara," ujar Berna seperti dikutip dari Lanazione.it.

Berna paham betul bahwa mendekatkan diri dengan sesuatu yang berbau Juventus bisa menjadikannya selevel dengan para kriminal. Sebuah harapan besar bagi pendukung La Viola bahwa Si Anak Emas itu bisa menjaga loyalitasnya.

 
Federico Bernardeschi, bintang muda Timnas Italia.

Hal ini menguatkan komitmen Berna untuk Fiorentina 2 tahun sebelumnya. Berna sempat berhasrat menjadi legenda La Viola saat memperbarui kontraknya di tahun 2015.

"Setelah 11 tahun bersama Fiorentina, sejak masih di akademi muda, sulit rasanya membayangkan saya dengan seragam Juventus," ujarnya seperti dikutip dari Corriere dello Sport.

Lalu hanya butuh 4 bulan bagi Berna, membuat pendukung La Viola mengamuk sejak komentar terakhirnya. Dukungan pun berubah menjadi spanduk kecaman di sejumlah titik di Firenze.

Spanduk kemarahan suporter Fiorentina atas kepindahan Federico Bernardeschi.

Bahkan, Berna seperti menarik ucapannya dua tahun silam. Dalam sebuah wawancara dengan media yang sama, Berna menyatakan hasratnya untuk bisa bermain bagi Juventus.

"Semua (kepindahan ke Juventus) tergantung dari pengacara dan agensinya. Saya tidak ikut campur, saya santai dan tidak terburu-bur. Tapi siapa yang tidak ingin bermain untuk klub seperti Juventus?," jawabnya.

Inilah luka kedua dari Berna untuk Fiorentina. Menjadi 'pengkhianat' sekaligus bagi klub dan para pendukungnya.


5. Jauh dari Legenda

Roberto Baggio sebagai salah satu legenda Fiorentina dan Juventus.

Berbeda dengan kondisi yang terjadi di Firenze, pendukung Juventus menyambut baik kepindahan Berna. Bahkan ada ekspekstasi tinggi bagi pemain berusia 23 tahun ini.

Berna dianggap mewakili sosok Italia sejati yang bisa menjadi nyawa bagi Si Nyonya Tua. Bahkan sebagian pendukung menyebut bahwa Berna layak mengenakan nomor punggun 10 di Juventus.

Nomor yang selama semusim ini tak bertuan setelah kepindahan Paul Pogba. Para pendukung mungkin ingin menghargai keberanian Berna melawan tradisi rivalitas dengan sematan legenda.

Poster Federico Bernardeschi.

Berna memang menjadi pemain yang posisinya sangat dibutuhkan Juventus saat ini. Sejak pertama kali datang ke Juventus, Massimillano 'Max' Allegri, pelatih Juventus, mengatakan membutuhkan seorang trequartista.

Sebuah rencana besar untuk kembali memiliki seorang Ricardo Kaka semasa di AC Milan pun menyeruak dengan kedatangan Berna. Posisi Berna sudah cocok bagi Berna untuk mengenakan nomor punggung 10.

Hal ini semakin membuat level perih dari luka pendukung Fiorentina semakin bertambah. Seorang yang mereka anggap pecundang dilabeli pahlawan oleh musuh utama mereka.

Kolumnis, Alessandro Rialti.

Luapan kemarahan pun muncul dengan asumsi gila ini. Berna bukan Baggio, dan jauh dari ukuran apapun tentangnya.

Hal ini disampaikan oleh Alessandro Rialti, seorang kolumnis di Violanews.com. Rialti menyebut bahwa kepindahan Berna tidak akan menimbulkan dampak yang serupa dengan kepindahan Si Kuncir Kuda.

"Saya tidak berpikir kemungkinan kepergiannya akan menimbulkan kontroversi, api, dan ledakan (di Firenze), dunia telah berubah, kita semua telah berubah," ujar Rialti.

Satu lagi yang Berna tidak miliki dari seorang Baggio. Hati yang tetap ungu setelah kepindahannya dari Firenze.

Baggio menunjukkanya saat pertama kali bertemu Fiorentina setelah kepindahannya ke Juventus. Baggio menolak mengeksekusi penalti bagi Juventus karena tidak ingin menyakiti klub yang membesarkannya.

"Mereka menunjukkan kasih sayang, mendesak saya untuk tidak menyerah, dan mengatakan kepada saya bahwa mereka akan menungguku, itu adalah sesuatu yang tidak akan saya lupakan," ujar Baggio seperti dikutip dari Sempreinter.

Lalu Berna? Bahkan menjaga ucapan dan komitmennya saja dia tidak mampu!

Roberto BaggioJuventusFiorentinaFederico BernardeschiIn Depth Sports

Berita Terkini