x

Hijrahnya Bonucci dan Dominasi Juventus yang Berevolusi

Selasa, 25 Juli 2017 21:14 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra
Logo Juventus.

Polemik kepindahan Leonardo Bonucci ke AC Milan masih menyisakan pro dan kontra bagi para penggila Juventus. Wajar saja, Bonucci sempat menjadi jaminan dari kokohnya tembok pertahanan Juventus selama 7 tahun pengabdiannya.

Bersama Juventus, Bonucci memberikan 6 gelar Serie A Italia secara beruntun. Tahun-tahun dengan musim semi dalam kariernya.

Leonardo Bonucci memakai nomor punggung 19 di AC Milan.

Petir di siang bolong itu kemudian datang pada pertengahan Juli 2017, saat tiba-tiba Juventus berencana menerima tawaran AC Milan. Dalam hitungan hari, kesapakatan transfer sebesar 42 juta euro (Rp640 miliar) pun terlaksana untuk membuatnya berganti seragam dari hitam-putih menjadi hitam-merah.

Lalu bagaimana nasib lini belakang Juventus sepeninggal Bonucci? Apakah hengkangnya Bonucci menjadi akhir bagi dominasi mereka selama tahun belakangan di Italia?

Berikut hasil ulasan INDOSPORT terkait masa depan Si Nyonya Tua tanpa tulang punggung mereka yang patah.


1. Pola Transfer Efektif

Logo baru Juventus.

Sebentar, tarik nafas perlahan dulu, jika anda adalah seorang Juventini. Sebagai tim mapan, bukan tanpa alasan dan perhitungan cermat Juventus masuk dalam bursa transfer.

Apalagi komandan transfer saat ini, Giuseppe Marotta memiliki peran besar dalam membangun skuat Bianconeri lolos dari fase transisi usai bangkit dari skandal Calciopoli.

Sebuah skandal yang menuduh Juventus bermain curang pada periode tahun 2004-2006 yang membuat Si Nyonya Tua harus terjerembab ke kasta kedua kompetisi di Italia, sekaligus tercerabutnya 2 gelar scudetto mereka di periode yang sama.

Giuseppe Marotta (Direktur Olahraga Juventus)

Marotta datang ke Juvetus pada tahun 2010 menggantikan Alessio Secco yang sebelumnya menjabat sebagi DIrektur Olahraga Juventus. Pada saat pertama kali bergabung, Marotta langsung membongkar gudang.

Juventus melepas setidaknya 11 pemain, termasuk para veteran Juventus, seperti David Trezeguet dan Mauro Camoranesi. Sebuah keputusan yang mengejutkan pertama, mengingat keduanya merupakan dua sosok yang loyal bersama Juventus saat mereka turun kasta.

Sebagai gantinya, Marotta mencoba me-rebuild kekuatan Juventus yang musim sebelumnya berada di peringkat ketujuh, posisi terburuk sejak mereka kembali ke Serie A di musim 2007/2008. Andrea Barzagli dan Leonardo Bonucci adalah dua diantara dari 14 pemain yang didatangkannya ke Juventus.

Dalam sebuah artikelya di Panditfootball.com (27/07/16), pengamat sepakbola, Ardy Nurhadi Shufi pernah menulis bahwa Marotta mengatakan di mana Juventus adalah klub yang pelit. Hal ini membuatnya harus bisa dinamis dalam menentukan kebijakan transfer.

"Anda tidak akan bisa makan di restoran 100 euro jika hanya memiliki 10 euro di saku Anda," ujar Marotta seperti dilansir dari Detik.com.

Andrea Pirlo saat masih berseragam Juventus.

Namun, Marotta adalah seorang negosiator ulung. Selain dikenal efektif, ada dua hal yang dikenang dari pola transfer Marotta, spesialis pemain gratisan dan 'setan kredit'.

Lihat bagaimana Paul Pogba, Andrea Pirlo, Fernando Llorente, Sami Khedira, Kingsley Coman, dan Dani Alves didapatkan secara cuma-cuma. Lalu seringai Marotta juga nampak pada kesuksesannya membeli Arturo Vidal, Mirko Vucinic, dan Milos Krasic dengan cicilan, untuk membentuk pondasi dominasi Juventus selama 6 tahun belakangan di Italia.


2. Bonucci Bukan Tragedi, Tapi Tradis

Daniele Rugani (tengah) merayakan gol bersama rekan satu timnya.

Oke Juventini, sekarang lepas nafas pertama untuk menjawab fakta kedua. Siapkan kopi agar bisa lebih santai sebelum mencela.

Kita sejenak mundur lebih jauh ke belakang, setidaknya 2 dekade silam. Kejadian serupa menyeruak saat dengan santainya Juventus melepas Roberto Baggio ke AC Milan.

Sejak didatangkan dari Fiorentina pada tahun 1990, butuh 2 tahun baginya untuk diterima fans Juventus. Namun, Baggio kembali dianggap 'berkhianat' setelah memutuskan menerima tawaran dari AC Milan, setelah menyumbangkan 1 Scudetto, 1 gelar Piala UEFA, dan1 trofi Coppa Italia untuk Si Nyonya Tua.

Saat itu, Baggio langsung nyetel bersama Milan dengan sumbangan Scudetto di musim perdananya. Tapi, Juventus kemudian sukses menggondol trofi Liga Champions di musim ini.

Roberto Baggio saat pertama kali bergabung dengan Juventus di tahun 1991.

Transfer mengejutkan berikutnya adalah masa di mana eksodus pemain terjadi pada musim panas semusim kemudian. Saat itu Fabrizio Ravanelli dan Gialuca Vialli dilepas Juventus usai membawa mereka menjadi raja di Eropa.

Tidak kalah menyakitkan adalah bagaimana Juventus kemudian melepas Zinedine Zidane ke Real Madrid pada tahun 2001 silam dua periode ini sempat disebut sebagai masa di mana Juventus melakukan kesalahan.

Tapi Juventus tetaplah Juventus, yang masih bisa berdiri sebagai salah satu tradisi sepakbola Negeri Pizza. Usai generasi emas Ravanelli dan Vialli, Juventus tetap memunculkan nama emas seperti Christian Vieri dan Filippo Inzaghi (kelak keduanya juga bakal berlabuh di Milan dalam kariernya).

Lalu ada jejak Pavel Nedved sebagai pengganti yang lebih loyal (karena ketetapan hatinya bertahan saat Juve bermain di Serie B) ketimbang Zidane.

Pavel Nedved dan Alessandro Del Piero menjadi pemain yang bertahan saat Juventus berlaga di Serie B Italia.

Sempat ada keraguan juga saat Andrea Pirlo, Arturo Vidal, dan Carlos Tevez seakan tak ditahan saat mereka ingin hengkang 3 musim lalu. Terakhir bagaimana kagetnya ruang ganti Juventus kala Paul Pogba yang baru semusim mengenakan kostum nomor 10 dijual ke Manchester United.

This is the show. Juventus paham betul bagaimana membuat sebuah kebijakan transfer.

Hal yang sempat diungkapkan pula oleh Marotta dalam sebuah wawancara. Marotta sekali lagi membuktikan bahwa kebijakan tersebut jauh lebih visioner untuk klub dibanding menahan pemain yang tak lagi memiliki hati bermain di skuatnya.

"Bagaimana kami memilih calon pemain Juventus? Kami membaginya menjadi dua kategori. Kami membeli pemain yang terbukti memiliki mental juara seperti Dani Alves, Mario Mandzukic, Sami Khedira, Gonzalo Higuain, dan lain-lain," kata Marotta seperti dikutip dari Football-Italia.

striker anyar Juventus, Federico Bernardeschi.

"Kami bisa juga mencari talenta muda. Namun, talenta muda dapat menjadi pemain juara. Hal itu berarti seorang pemain tak hanya memiliki teknik hebat, tetapi memiliki mental juara, contohnya adalah Paulo Dybala," tambahnya.

Terakhir, lihat bagaimana Juventus bisa mendatangkan Douglas Costa, Rodrigo Bentacur, Wojciech Szczesny, dan Federico Bernardeschi di bursa transfer. Nama terakhir bahkan disebut sebagai salah satu pembelian terbaik Juventus musim ini.

Bernardeschi merupakan sosok yang dicari Massimiliano 'Max' Allegri, sang juru taktik Juventus. Berna akan menjadi kepingan puzzle terakhir sebagai trequartista yang diidamkan Allegri selama ini.

Daniel Rugani disebut bakal menjadi salah satu pilar baru di lini belakang Juventus.

Soal lini belakang? Juventus masih memiliki nama muda seperti Daniel Rugani atau Mattia Caldara, yang masih diberi kesempatan untuk 'magang' di Atalanta sampai musim depan, untuk menemani Giorgio Chiellini, Medhi Benatia, dan Andrea Barzagli di lini belakang.

Juventus sekali lagi membuktikan tidak ingin mengeluarkan dana besar, jika tidak ingin disebut pelit, untuk membangun tim. Apalagi rekrutan Juventus musim ini tidak ada yang berusia di atas 30 tahun, pertanda betapa Juventus bisa membangun kekuatan dengan tenang.

Ini soal bagaimana Juventus membentuk tim 2-3 musim ke depan. Sebuah visi yang belum dimiliki tim pesaingnya di Italia.


3. Bahkan Pahitnya Calciopoli Tak Redam Prestasi Bianconeri

Tiga penggawa Juventus, Gonzalo Higuain (kiri), Gianluigi Buffon, dan Paulo Dybala.

Oke, sudah bernafas lega? Kita lanjutkan lagi ke fase berikutnya.

Piala Dunia 2006 menjadi panggung utama bagi Alessandro Del Piero, Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, Gianluca Zambrotta, dan Fabio Cannavaro. Lima pemain Juventus di lapangan yang membantu Italia merebut Piala Dunia keempat mereka sepanjang sejarah.

Namun, gelar ini adalah anti-klimaks bagi serangkaian prestasi mereka di ajang kompetisi domestik. Kelimanya menghadapi masa sulit sepulang dari Jerman dengan prestasi emasnya.

Momen ketika Timnas Italia menjuarai Piala Dunia tahun 2006.

Juventus dan kedigdayaannya kemudian dijegal dengan skandal Calciopoli, yang disebut sebagai aib terburuk dalam sepakbola Italia.

Pesain Juventus, Inter Milan lalu memanfaatkan betul momentum ini. Bahkan, pihak Inter menuduh Juventus-lah sebagai biang keladinya.

Inter Milan melalui sang pengacara, Torchia, menyebut hal ini adalah sebuah aksi memalukan sepanjang sejarah sepakbola Italia. Namun, Inter menyebut sama sekali tak ada kaitannya dalam skandal tersebut.

Luciano Moggi, sang 'Mercato Guru' selaku Direktur Olahraga Juventus, dianggap sebagai yang paling berperan atas dugaan affair Juventus dengan korps wasit.

"Ini adalah bentuk antagonisme dalam olahraga yang dibawa ke ruang sidang. Inter tidak ada hubungannya soal Calciopoli. Ini tidak dapat diterima dan tak berdasar,” ujar pengacara Inter dikutip dari Football-Italia.

Jadilah Juventus dihukum turun kelas ke Serie C1 atau, kompetisi amatir, berikut dengan 2 gelar dicopot. Moggi sendiri dihukum tidak boleh lagi beraktivitas dalam dunia sepakbola Italia seumur hidupnya.

Luciano Moggi, mantan Direktur Olahraga Juventus.

Belakangan, Juventus akhirnya diberi keringanan dengan hanya bermain di Serie B, atau setingkat di bawah Serie B. Juventus yang saat itu dimuat pemain kelas dunia pun dilanda bedol desa.

Zlatan Ibrahimovic, Lilian Thuram, Gianluca Zambrotta, Fabio Cannavaro, Emerson, Patrick Vieira, dan Adrian Mutu yang enggan menahan malu pun memutuskan hijrah. Hanya Buffon, Del Piero, Nedved, Camoranesi, dan Trezeguet yang bertahan.

Semusim di kasta kedua, Juventus mampu bangkit dan kembali ke Serie A. Mudah? Lihat saja bagaimana mereka memulai kompetisi di Serie B denga pengurangan 9 poin.

Artinya, meski 3 kali menang beruntun di awal musim, Juventus tidak akan mendapatkan poin. Kembali ke Serie A kemudian dianggap menjadi gapura baru bagi Si Nyonya Tua untuk mengembalikan kejayaannya.

Juventus merayakan trofi scudetto yang mereka dapat musim 2013/14.

Hanya butuh 4 musim bagi Juventus, sekembalinya ke Serie A, untuk kemudian menjadi raksasa dan capaian 6 scudetto beruntun di Italia.

Belakangan, Moggi pun akhirnya dinyatakan bebas oleh Pengadilan Italia atas tuduhan Calciopoli. Putusan ini pun disambut Moggi dengan menebar senyum atas putusan ini.

"Dalam sembilan tahun, mereka cuma menemukan satu wasit yang bersalah. Calciopoli merupakan senjata tanpa amunisi. Bukti tidak ada," ucap Moggi seperti dikutip dari Kompas.com.

"Siapa yang berada di dalam sistem jika seluruh wasit tak bersalah? Setelah sembilan tahun, mereka menemukan segalanya normal dan tidak ada pengaruh dari pihak lain," tambahnya.

Kembali ke topik awal, di mana kepergian Bonucci menjadi sesal yang terelakan adalah benar adanya. Tapi mereduksi bahwa hal tersebut menjadi awal dari kejatuhan dinasti Bianconeri adalah hal yang cukup naif.

Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri.

Sembilu Juventus telah berlalu dibawa pancaran prestasi mumpuni. Kini, ketika Milan tengah membangun kekuatan baru untuk melangkahi Juventus, Buffon dan kawan-kawan sudah melampauinya.

Bisa dibilang, Juventus sudah pada fase evolusi sepakbola dengan manajemen yang lebih mapan. Bukan menebar uang dengan keranjang belanja penuh bintang.

Tapi musim pun belum dimulai. Semoga segala kebijakan dan tradisi yang dilalui Juventus akan sepadan dengan Milan yang tengah bersiap diri untuk berperang.

Serie A ItaliaAC MilanJuventusLeonardo BonucciLiga Italia

Berita Terkini