x

4 Faktor Penyebab Real Madrid Bisa Gagal Juara La Liga

Rabu, 16 Agustus 2017 06:11 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
Real Madrid.

Seperti biasanya, tiap kali La Liga Spanyol hendak dimulai, Real Madrid masuk kandidat kuat peraih juara, selain tentunya sang rival abadi, Barcelona. Start bagus telah dilewati selama pra-musim, namun ada beberapa faktor kuat yang bisa membuat Los Blancos kehilangan semuanya.

Madrid berhasil meraih hasil yang bagus sebelum dimulainya kompetisi Liga Spanyol. Selain memenangi gelar Piala Super Eropa usai benamkan Manchester United 2-1, di leg pertama Piala Super Spanyol, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan sanggup unggul 3-1 atas Barca.

Baca Juga
Aksi selebrasi pemain Real Madrid setelah Cristiano Ronaldo cetak gol.

Di sisi lain, keputusan pelatih kepala Zinedine Zidane mendatangkan Theo Hernandez dan Dani Ceballos dinilai pembelian cerdik. Hernandez misalnya, dicap mampu melapis Marcelo jika suatu saat cedera atau memang Zidane ingin melakukan rotasi.

Sementara Ceballos, meski semakin menumpuk pemain tengah (Marcos Llorente juga masuk setelah kembali dari masa pinjaman), diyakini sanggup bersaing dengan nama-nama tenar seperti Toni Kroos dan Luka Modric.

Kendati demikian, Zidane tak lantas bisa tenang dan terlalu percaya diri begitu saja menatap kompetisi La Liga musim 2017/18. Setidaknya terdapat empat penyebab Madrid bisa tergelincir di pentas liga. Berikut INDOSPORT mengulasnya.


1. Barisan Penyerang Lemah, Terlalu Bertumpu pada Ronaldo

Alvaro Morata, striker anyar Chelsea.

Tidak ada yang meragukan lini tengah Madrid. Diisi oleh banyak pemain hebat macam Casemiro, Kroos, Modric, Mateo Kovacic, Isco, sampai Marco Asensio, jelas area ini menjadi keunggulan Zidane.

Sayang, ia seakan melupakan barisan penyerangan. Trio BBC tidak bisa diandalkan terus menerus karena data menunjukkan jika hanya Ronaldo yang paling berperan banyak, sementara Gareth Bale dan Karim Benzema belum menemukan top performance-nya dalam 1-2 musim belakangan.

Keputusan Zidane melepas Alvaro Morata ke Chelsea patut dipertanyakan. Penyerang asal Spanyol itu berhasil melepaskan 20 gol ke gawang lawan, salah satu pencapaian terbaik musim lalu bagi Madrid.

Masih ada waktu bagi El Real untuk mencari pengganti Morata di bursa transfer musim panas tahun ini. Madrid memiliki Lucas Vazquez dan Borja Mayoral sebagai pelapis BBC, namun keduanya belum menemukan performa yang meyakinkan.

Memenangi gelar La Liga bukan perkara mudah, apalagi mempertahankan status juara selalu lebih sulit. Zidane tak boleh terlalu nyaman dengan kondisi 'merah' di lini depan, sebab tak cukup baginya mengandalkan lini kedua terus demi titel jawara.


2. Bahaya Laten Inkonsistensi di Paruh Musim

Pelatih Bayern Munchen, Carlo Ancelotti.

Kecenderungan tersebut dimulai sejak tiga tahun lalu, tepatnya kala Madrid masih ditukangi Carlo Ancelotti. Memulai musim dengan fantastis di La Liga edisi 2014/15, performa Los Galacticos goyang usai break musim dingin atau tengah musim.

El Real lantas tak memenangkan satu gelar pun di musim itu. Mantan manajer AC Milan tersebut lantas dipecat dan digantikan oleh juru taktik berkebangsaan Spanyol di musim 2015/16, Rafael Benitez.

Usia Benitez jauh lebih singkat. Belum genap satu musim, ia dipecat dan posisinya digantikan oleh Zinedine Zidane. Musim berikutnya, ia nyaris mengulangi kesalahan manajer terdahulu, contohnya ketika dikalahkan Sevilla dan Celta Vigo dua kali beruntun, meski tetap raih dua gelar di akhir musim.

Zidane tidak boleh menganggap sepele persoalan konsistensi usai paruh musim. Hal tersebut bisa menjadi penyakit sehingga membuat Madrid terpeleset dan gagal raih kesuksesan.


3. Kepedean

Toni Kroos pada laga saat melawan Malaga.

Ini pernah terjadi di bawah arahan Carlo Ancelotti musim 2014/15. Los Blancos menang 22 kali secara beruntun, tapi kemudian hancur lebur tatkala ia memutuskan untuk bermain terlalu 'cair' tanpa sosok gelandang bertahan di sejumlah laga berikutnya.

Ujung-ujungnya, gawang Madrid malah mudah sekali ditembus. El Real lantas gagal memenangi satu gelar pun ketika itu, dan Ancelotti ditendang dari kursi kepelatihan.

Bisa jadi, pengalaman pahit Ancelotti membuat Zidane memutuskan untuk mendaratkan sejumlah gelandang anyar atau mempromosikan pemain muda ke skuat utama seperti Marcos Llorente dan Dani Ceballos.

Tapi bukan itu problemnya. Zidane tidak boleh membiarkan anak asuhnya kelewat santai dan percaya diri menghadapi musim kompetisi yang panjang.


4. Berat ke Liga Champions?

Toni Kroos dan Luka Modric.

Bagi kebanyakan klub sepakbola di Eropa, stabil dan memenangi pentas liga adalah prioritas utama. Nyaris tidak ada sepertinya sebuah klub mempersiapkan sebuah tim untuk Liga Champions.

Bagi Los Merengues, trofi Liga Champions bisa jadi lebih dari segalanya. Faktanya banyak manajer yang dipecat karena gagal persembahkan piala Si Kuping Lebar.

Ini tentu saja menjadi penyebab utama mengapa Madrid bisa gagal total di pentas La Liga. Tapi, tiap manajer punya karakter masing-masing, dan Zidane agaknya memprioritaskan semua kompetisi setinggi-tingginya.

Buktinya bisa terlihat bagaimana Karim Benzema dan kawan-kawan tidak main-main ketika menghadapi Manchester United di ajang Piala Super Eropa.

Tekanan sebenarnya berasal dari suporter. Dilansir dari media Spanyol, Marca, memang ada tendensi jika fans Los Blancos lebih senang jika klub kebanggaannya berhasil memenangi Liga Champions

Real MadridLaLiga SpanyolLiga Spanyol

Berita Terkini