x

Ulah Shaun Evans dan Ancaman Upaya Damai Bobotoh - Jakmania

Minggu, 5 November 2017 18:29 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra
The Jakmania dan Bobotoh.

Pertandingan Persija Jakarta melawan Persib Bandung pada pekan ke-33 Liga 1 kembali memunculkan drama. Laga ini harus berakhir prematur, meski waktu pertandingan normal masih tersisa.

Bermain di Stadion Manahan, Solo, Jumat (03/11/17), kedua tim harus menyudahi laga di menit ke-84. Pasalnya, Shaun Robert Evans, wasit yang memimpin pertandingan menganggap Persib Bandung menepi ke pinggir lapangan sebagai isyarat tak lagi mau melanjutkan laga.

Hasil laga Persija vs Persib di pekan ke-33 Liga 1.

Padahal, Persib saat itu tengah tertinggal satu gol dari Persija. Namun wasit asal Australia ini tak mau ambil pusing dan melakukan diskresi untuk mengakhiri laga lebih cepat karena ulah pemain Maung Bandung.

Kemenangan pun diberikan kepada Persija Jakarta dalam laga penuh gengsi. Sementara bagi Persib Bandung, hal ini merupakan bagian dari upaya yang mereka sebut sebagai membela harga diri klub.

Baca Juga

Belakangan, hasil ini menjadi buah bibir di antara para pencinta sepakbola nasional. Bahkan tensi panas juga terjadi di akar rumput pendukung Persija dan Persib.

Sejumlah fakta dari hasil pertandingan tersebut pun disebut bisa mengancam komitmen damai yang tengah dirintis oleh Bobotoh dan Jakmania. Lalu bagaimana nasib upaya perdamaian ini, berikut ulasan dari INDOSPORT:


1. Shaun Evans dan Kepemimpinan yang Bikin Gemas

Shaun Evans menganulir gol Ezechiel N'Douassel ke gawang Persija Jakarta.

Laga Persija melawan Persib sebenarnya berlangsung seru sejak awal peluit dimulai. Kedua tim saling serang dengan permainan yang sedikit panas berbalut rivalitas.

Tak kurang, Kim Jeffrey Kurniawan harus ditandu keluar lapangan pada menit ke-12 dan digantikan oleh Dedi Kusnandar. Kim mendapatkan tekel keras dari Rudy Widodo dan mengalami patah tulang fibula.

Tekel ini hanya berbuah kartu kuning bagi penyerang Persija tersebut dari Shaun Evans. Padahal dari tayang ulang, jelas bagaimana tekel brutal tersebut mungkin saja diganjar sanksi yang lebih tegas.

Kim Jeffrey harus menggunakan alat bantu untuk berjalan.

Bruno Lopes 2 kali nyaris membobol gawang Persib jelang 20 menit laga berjalan. Demikian pula peluang Raphael Maitimo yang masih bias diselamatkan Andritany.

Laga mulai berubah menjadi antiklimaks pada menit ke-28 saat Evans menganulir gol dari Ezechiel N’Douassel ke gawang Persija.

Shaun Evans disebut sebagai biang kerok dari laga Persija vs Persib.

Sundulan kepala pemain asal Chad ini tanpa pengawalan mampu menyundul bola ke dalam gawang. Akan tetapi, apa lacur, Evans menganulirnya karena menganggap bola belum melewati gawang.

Keputusan inilah awal dari kontroversi berikutnya di sisa laga. Hingga laga babak pertama usai gol dianulir dari Ezechiel menjadi catatan drama pada hasil yang masih sama kuat.


2. Laga Prematur yang Bermakna Mundur

Suasana laga Persija vs Persib.

Keputusan kontroversial Evans berpengaruh besar pada sisa waktu laga. Persib kembali harus merugi saat Hariono menjadi korban berikutnya dari tekel kasar pemain Persija.

Mas Gondrong, sapaan akrabnya harus mengikuti jejak Kim yang tak bisa melanjutkan laga. Gelandang Persib ini harus digantikan oleh Purwaka Yudhi di awal babak kedua.

Di sisi lain, umpatan serta hujatan terus menggema untuk Shaun Evans di media sosial. Wasit asal Australia ini dianggap mencederai laga dengan sejumlah keputusannya.

Pemain Persib Bandung, Hariono.

Rivalitas pendukung pun kembali terbakar dengan sejumlah provokasi kedua kubu. Padahal, Viking telah mematuhi komitmen untuk tak datang ke Solo untuk menyaksikan langsung pertandingan.

"Kita komitmen dengan kesepakan sebelumnya. Putaran pertama The Jak enggak datang ke Bandung. Kita juga tidak akan datang ke sana, mengormati kesepakatan," kata Yana Umar, salah satu dedengkot Viking Persib Club (VPC).

Mereka mencoba membalas penghormatan kepada Jakmania yang tidak datang ke Bandung saat laga digelar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada pertemuan perdana. Jadilah laga di bawah guyuran hujan ini hanya disaksikan oleh para Jakmania.

Namun kepemimpinan wasit ikut membuat mereka gatal untuk memberikan berbagai komentar negatif kepada Evans di media sosial. Imbasnya, saling serang komentar pun membuat lini masa di sejumlah media sosial nasional memanas.

Bruno Lopes, marque player Persija Jakarta.

Sementara di lapangan, Evans dengan keputusan lainnya tak juga membuat situasi mereda. Evans memberikan sebuah hadiah penalti kepada Persija usai Purwaka Yudhi dinilai melanggar Bruno Lopes.

Persib mulai jengah dengan keputusan ini, namun masih tetap bisa menahan egonya. Lopes yang diberi tugas menjadi eksekutor menjalankan tugasnya dengan baik dan membuat Persija unggul.

Puncak situasi terjadi di menit ke-81, saat Evans memberikan kartu kuning dua kali dalam tempo kurang dari semenit kepada Vladimir Vujovic. Awalnya Vujovic diberikan kartu kuning karena pelanggaran kepada Lopes, namun sebuah argumennya membuat Evans langsung memberikan kartu kuning kedua dan mengusirnya dari laga.

Keputusan ini menjadi puncak kesabaran Persib Bandung pada laga ini. Umuh Muchtar selaku manajer langsung mengajak para pemain menepi sebagai sebuah protes.

Kita berunding tadi. Tapi, wasit memutuskan terlalu cepat,” pungkas Umuh.

Umuh Muchtar saat memperlihatkan bukti rekaman dari laga melawan Persija.

Tiga menit kemudian, Evans tanpa ampun membunyikan peluit akhir pertandingan karena menganggap kubu Maung Bandung menolak melanjutkan laga. Diskresi ini dianggap Evans sudah sesuai dengan Laws of The Game dari FIFA, di mana wasit memiliki kewenangan untuk mengakhiri laga jika situasi dianggap sudah tidak memungkinkan.

Jadilah kemenangan 1-0 dianggap hasil akhir untuk Persija Jakarta. Hasil ini pula yang menjadi titik balik dari potensi perdamaian antara pendukung Persija dan Persib berada di titik nadir.

Tidak hanya keputusan wasit yang menjadi sorotan dalam laga ini. Tapi aksi tarik diri dari para pemain Persib juga mendapat kecaman dari sejumlah kalangan.

Sebagai klub yang baru saja mendapat AFC Profesional Club License, Persib justru membuat laga berlangsung tidak professional. Bentuk protes yang mereka lakukan dengan menepi dianggap ikut mencederai nilai keprofesionalan itu sendiri.


3. Biar Bagaimana Pendukung yang Kena Imbasnya

The Jakmania dan Bobotoh saat melakukan aksi 1.000 lilin di Stadion Patriot.

Kamis (03/08/17) lalu, Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga menjadi saksi bagaimana sejumlah pendukung klub Indonesia mengikrarkan perdamaian. Namun aksi ini tidak diikuti oleh perwakilan dari Bobotoh, Jakmania, dan Bonek.

Mereka menyebut bahwa perdamaian supporter idealnya berlangsung dari akar rumput, bukan dipaksakan melalui sebuah seremonial. Sebuah refleksi bagaimana sengit dan sensistifnya isu damai dari kelompok suporter ini.

Bukan barang baru memang, bagaimana Bobotoh dan Jakmania berseteru sepanjang sejarah Liga Indonesia dimainkan. Kedua kubu ini kerap terlibat dalam insiden dan tak jarang menimbulkan korban.

Namun Heru Joko selaku perwakilan Viking dan Tauhid Indra Sjarief sebagai Ketua Umum Jakmania pun mencoba untuk mengiris akar rumput. Tak lama berselang, keduanya kerap memamerkan keakrabannya dalam akun Instagram masing-masing.

Heru Joko (bobotoh) dan Ferry Indrasjarief, ketua Jakmania.

Terakhir, Bung Ferry, sapaan Ketum Jakmania ini ikut terlibat kala Viking menginisiasi aksi patungan koin untuk membayar denda yang diberikan PSSI kepada Persib terkait koreografi ‘Save Rohingya’.

"Saya berfikir ini bukan aksi politik, ini bukan aksi masalah sara, tapi saya cuma berfikir ini aksi kemanusiaan walaupun itu mungkin penyampaiannya salah menurut PSSI. Tapi niat baik temen-temen Viking di sini harus didukung dengan baik. Saya termasuk orang yang mau mendukung," tegasn Bung Ferry.

Ketua Viking, Herru Joko (kiri), Owner Viking Persib, Agus Rachmat (tengah), dan Ketua The Jakmania (Ferry Indrasjarief).

Satu gembok ego yang cukup berkarat akhirnya terbuka. Tinggal bagaimana mereka bisa menjahit anggota mereka hingga ke bawah untuk bisa berlaku hal yang sama.

Inilah yang menjadi kekhawatiran besar dari sejumlah publik setelah laga Persija melawan Persib berakhir antiklimaks. Kecerobohan wasit menjadi pioneer utama dalam memanaskan kembali kobaran rivalitas kedua pendukung yang cukup apik dijaga selama ini semangat perdamaiannya.

Belum lagi aksi Umuh yang dinilai tidak cukup dewasa untuk menarik skuatnya ke pinggir lapangan. Sebagai bentuk protes, ada baiknya sebenarnya dilakukan dengan cara yang sudah disepakati dalam regulasi.

Kini, ancaman terusir dari Liga 1 karena Persib dianggap melakukan pelanggaran Pasal 13 poin A, B, dan C mengiringi mereka di sisa laga. Tapi yang lebih parah adalah potensi kibaran konflik bari di antara kedua pendukung.

Persib terancam degradasi dari Liga 1.

Jika sudah begini maka kemungkinan mengulas luka lama semakin terbuka. Lini masa di media sosial saja sudah penuh dengan sumpah serapah antara kedua pendukung.

Bukankah, penyerangan di gerbang tol Palimanan yang dialami Jakmania saat berangkat ke Solo harusnya menjadi alarm. Meskipun belum terbukti jika penyerang berasal dari kubu lawan, semestinya ini menjadi sinyal waspada betapa pahitnya konflik di akar rumput.

Sekali lagi, sepakbola bukan cuma nilai gengsi di antara kedua kubu. Tapia da sisi manusiawi yang nilainya lebih dari politik internal di antara klub itu sendiri.

Persib BandungPersija JakartaThe JakmaniaBobotohViking Persib Club (VPC)Yana UmarLiga IndonesiaLiga 1Tauhid Indrasjarief

Berita Terkini