9 Klub Era 90-an yang Ramaikan Serie A, Liga Inggris, dan La Liga
Bagi pencinta sepakbola nasional, era 90-an merupakan era dimana mereka mendapat banyak tontonan berkualitas dari dunia si kulit bundar. Sejumlah televisi swasta Tanah Air kala itu menyiarkan sejumlah pertandingan dari kompetisi top Eropa seperti Serie A Italia, Liga Inggris, hingga La Liga Spanyol.
Sejumlah klub besar memang tetap mendominasi tiga kompetisi top Eropa tersebut namun ada sejumlah klub berusia tua dan memiliki finansial pas-pasan sempat meramaikan tiga kompetisi top Eropa tersebut. Sekarang beberapa klub tersebut tidak tahu rimbanya, bahkan ada juga yang sudah dibubarkan karena alasan finansial.
INDOSPORT coba hadirkan momen nostalgia untuk para pencinta sepakbola Tanah Air dengan mengangkat sejumlah klub kecil yang ikut berkompetisi di ketatnya panggung Serie A, Liga Inggris, dan La Liga Spanyol
1. Perugia
Perugia jadi salah satu klub yang juga memiliki tempat tersendiri bagi pencinta Serie A Italia era 90-an. Klub yang bermarkas di stadion Renato Curi ini memang identik dengan dua hal yakni Marco Materazzi serta pelatih mereka kala itu, Serse Cosmi.
Nama Perugia kembali jadi buah bibir usai eks penyerang mereka asal Korea Selatan, Ahn Jung Hwan, jadi pemain yang hentikan langkah Italia di ajang Piala Dunia 2002.
Tidak hanya Materazzi, Perugia juga jadi klub bagi pesepakbola hebat Italia lainnya seperti Angelo Di Livio, Gattuso, Fabio Liverani, Fabrizio Ravanelli, Giovani Tedesco, Ibrahim Ba, Ze Maria, Oscar Cordoba hingga pemain Asia tersukses era 90-an, Hidetoshi Nakata.
Dikutip dari data soccerway.com (27/12/17), Perugia saat ini masih bergulat di kasta kedua Liga Italia, Seri B. Hingga pekan ke-18, Perugia masih tertahan di peringkat ke-10. Nama Perugia sempat kembali menyita perhatian pencinta sepakbola internasional karena merekrut striker muda Korea Utara, Han Kwang-song.
Sejumlah pihak menyebut talenta Han Kwang memang di atas rata-rata. Han Kwang yang dipinjam dari Cagliari bahkan menjalani debut sempurna, ia mencetak hattrick di laga debutnya melawan Pescara beberapa waktu lalu. "Ia ditakdirkan untuk melakukan hal-hal besar," sanjung asisten pelatih Perugia, Davide Ciampelli seperti dikutip dari goal.com (27/12/17).
2. Lecce
Bagi pengagum pelatih Chelsea, Antonio Conte tentu tidak asing dengan klub satu ini. Lecce ialah kawah candradimuka untuk seorang Conte saat masih jadi pemain. Tidak hanya Conte yang jadi lulusan dari klub yang bermarkas di Stadion Villa del Marre tersebut, ada juga nama Javier Chevanton, Juan Cuadrado, hingga Mirko Vucinic.
Di era 90-an, Lecce jadi salah satu klub di era tersebut yang cukup merepotkan tim-tim mapan seperti Juventus, Inter, AC Milan serta AS Roma. Jersey klub yang berwarna kuning merah menjadikan klub ini memiliki ciri khas tersendiri bagi pecinta Serie A.
Berbeda dengan Perugia dan Salernitana yang masih berjuang di kasta kedua, Lecce saat ini seperti dikutip dari situs resmi klub uslecce.it (27/12/17) tengah bertarung di kasta ketiga Liga Italia, Seri C. Klub yang saat ini dilatih oleh eks pemain Perugia dan Fiorentina, Fabio Liverani sampai pekan ke-17 masih bertengger di puncak klasemen.
3. Vicenza
Ingat dengan nama striker kurus berkulit legam bernama Mohamed Kallon? Bagi pencinta Serie A tentu tak asing dengan nama Kallon. Kallon ialah salah satu jebolan klub yang namanya juga familiar, Vicenza. Bagi pecinta Serie A Italia era 90-an, klub ini sangat mudah dikenali karena logo klub yang hanya simbol huruf V.
Selain Kallon, Vicenza juga sempat dihuni oleh pemain seperti Luca Toni, Lamberto Zauli, Ousmane Dabo, Benito Carbone bahkan Roberto Baggio sempat membela klub ini. Vicenza nasibnya kini hampir sama dengan Lecce, berjuang di kasta ketiga Liga Italia, Seri C. Data dari vicenzacalcio.com (17/12/2017), klub ini sampai pekan ke-16 tertahan di posisi ke-12.
4. Blackburn Rovers
Berdiri pada 142 tahun silam tepatnya 1875, Blackburn Rovers di era 90-an menjadi salah satu kekuatan Liga Inggris. Ditukangi oleh manajer beken Inggris, Kenny Dalglish, Blackburn mampu mematahkan dominasi Manchester United untuk menjadi juara Liga Primer Inggris musim 1994/95.
Kala itu Rovers dihuni sejumlah pemain terkenal seperti duet maut striker mereka, Alan Shearer dan Chris Sutton, gelandang jangkar, Graeme Le Saux, Tim Sherwood, serta bek sarat pengalaman, Henning Berg dan Ian Pearce. Keluarnya Rovers sebagai juara di musim 1994/95 lewat persaingan yang sangat sengit dengan Manchester United. Bahkan di akhir musim Rovers hanya beda 1 poin dengan MU.
Lantas bagaimana kondisinya saat ini? Dikutip dari data soccerway.com (27/12/17), Rovers saat ini berada di League One, atau kompetisi kasta ketiga Liga Inggris setelah di musim lalu harus terdegradasi dari Divisi Championship. Hingga pekan ke-21, Rovers bertengger di peringkat ketiga dengan koleksi 43 poin beda 5 poin dari pemuncak klasemen sementara, Wigan Athletic.
Rovers yang saat ini ditukangi oleh Tony Mowbray bermaterikan pemain sejumlah pemain muda Inggris. Salah satunya ialah Paul Downing, keponakan dari pelatih Timnas U-19 Inggris, Keith Downing. Keith sendiri beberapa waktu lalu sukses membawa Tim Inggris muda menjadi juara EURO U-19 untuk kali ke-10.
5. Coventry City F.C
Berusia 134 tahun, Coventry City juga mantan klub era 90-an yang merasakan mentas di Liga Primer Inggris. Cukup lama klub ini bermain di level tertinggi kompetisi sepakbola Inggris tersebut, 9 musim sebelum akhirnya pada 2000/2001 mereka terdegradasi.
Prestasi terbaik Coventry City di kasta tertinggi Liga Inggris memang hanya sampai pada peringkat ke-11. Dua kali Coventry mampu berada di papan tengah Liga Primer Inggris yakni pada musim 1993/94 saat dilatih oleh Phil Neal dan pada musim 1997/98 saat dilatih oleh manajer beken, Gordon Strachan.
Sebagai klub tua Inggris, Coventry City juga menjadi tempat untuk sejumlah pemain besar Inggris, sebut saja Dion Dublin hingga Robbie Keane. Sayang setelah terdegradasi ke Divisi Championship pada awal milenium tersebut, Coventry tak jua bangkit. Dikutip dari situs resmi klub, Coventry saat ini berkutat di kasta keempat Liga Inggris, League Two dan berada di peringkat ke-7.
6. Wimbledon
Klub berjuluk The Dons ini merupakan salah satu klub tertua Inggris. Wimbledon berdiri pada 1889 silam. Di era 90-an, Wimbledon termasuk salah satu tim papan tengah yang cukup lama bertahan di kerasnya Liga Primer Inggris. Sejak berganti format, Wimbledon merasakan sengitnya Liga Primer Inggris sejak 1992 hingga 1999.
Padahal Wimbledon di era tersebut hanya bermaterikan pemain-pemain kelas 2. Pada musim 1996/97 misalnya, dengan hanya menggelontorkan dana sebesar 1,7 juta poundsterling, Wimbledon di akhir musim mampu bertengger di peringkat ke-8.
Striker asing mereka saat itu, Efan Ekoku asal Nigeria mampu menjadi mesin gol yang cukup menakutkan klub lain. Bahkan pada musim tersebut, Wimbledon meraih kemenangan terbesarnya dengan mengalahkan Chelsea 4-2, Ekoku saat itu mencetak 1 gol. Selain nama Ekoku, pemain Wimbledon yang juga jadi sorotan tentu saja gelandang bertahan mereka yang terkenal beringas, Vinnie Jones.
Setelah terdegradasi pada musim 1999/2000, AFC Wimbledon saat ini seperti data dari whoscored.com (21/12/2017) tengah bertarung lepas dari zona degradasi League One. Wimbledon yang sudah berganti nama menjadi AFC Wimbledon tersebut hingga pekan ke-21 hanya mengantongi 21 poin hasil dari 5 kali menang, 5 kali imbang, dan 11 kali kalah.
AFC Wimbledon sendiri merupakan klub buatan suporter Wimbledon yang tak puas dengan peleburan klub tua itu menjadi klub MK Dons pada 2004 silam. Pete Winkelman dari The Milton Keynes kemudian membeli saham mayoritas Wimbledon FC.
7. Racing de Santander
Klub ini sudah berusia 104 tahun, berbeda dengan Salamanca dan Extremadura, de Santander sebenarnya lebih konsisten bermain di La Liga. Setelah mampu promosi ke La Liga Spanyol pada musim 1993/94, de Santander mampu bertahan hingga musim 2000/01. Musim 2001/02 mereka terdegradasi dan bermain di Divisi Segunda B namun hanya semusim dan kembali ke pentas La Liga.
Badai baru datang ke de Santander pada musim akhir musim 2011/12. Mereka seperti dikutip dari lne.es (27/12/17), de Santander terkena badai finansial yang cukup parah. Pada musim 2013/14, mereka pun bermain di Segunda Division B. Meski bermain di kasta ketiga, de Santander sempat membuat kejutan karena mampu lolos sampai babak perempatfinal Copa de Rey.
Sebagai klub yang cukup lama mentas di La Liga, de Santander yang kini bermain di kasta keempat sepakbola Spanyol sempat dibela oleh sejumlah pemain papan atas seperti Felipe Melo, Yossi Benayoun, Olof Mellberg, Markus Rosenberg hingga pelath Hector Cuper.
8. CF Extremadura
Hanya dua musim yang dilalui CF Extremadura bermain di La Liga pada era 90-an tepatnya pada musim 1996/97 dan 1998/99. Di dua musim itu, CF Extremadura kembali ke 'asalnya', Segunda Division B. Hampir seumuran dengan Salamanca yang terbentuk pada 1920-an, CF Extremadura sebenarnya berhasil pemain dan pelatih top.
Salah satunya ialah Rafael Benitez. Nama Benitez bahkan tergolong cukup harum pasalnya saat terdegradasi ke Segunda Division pada 1997/98, pada musim berikutnya Rafa mampu kembali bawa Extremadura tampil di La Liga musim 1998/99. Pada musim itu, Rafa muda tak mampu berbuat jauh. Di akhir musim, Salamanca berada di posisi paling buncit dari 20 peserta dengan raihan 27 poin hasil dari 7 kali menang, 6 kali seri, dan 25 kali kalah.
Dikutip dari data bdfutbol.com (27/12/17), Extremadura sempat menderita kekalahan terbesar di musim itu yakni saat dihajar Real Madrid dengan skor 1-5 di kandang sendiri. Setelah berkutat dari kasta ketiga dan keempat kompetisi sepakbola Spanyol pada Agustus 2010, dewan kota Extremadura memutuskan untuk membubarkan tim ini.
9. UD Salamanca
Nama klub Spanyol ini mungkin tidak terlalu asing dengan pecinta sepakbola nasional. Union Deportiva Salamanca, SAD merupakan salah satu klub tua yang sempat berkiprah di panggung La Liga. Pada musim 1997/98, UD Salamanca promosi dari Divisi Segunda setelah satu musim bermain di kompetisi kasta kedua Spanyol tersebut.
Saat jadi tim promosi di musim 1997/98, Salamanca seperti dikutip dari data bdfutbol.com (27/12/2017) ditukangi oleh Andoni Goikoetxea. Skuat Salamanca saat itu memang diisi oleh pemain kelas kedua, namun masih ada beberapa nama pemain yang cukup familiar seperti striker Timnas Portugal seangkatan dengan Luis Figo, Pauleta, lalu ada nama Bogdan Stelea dari Rumania dan Gabriel Popescu.
Beruntung bagi Salamanca di akhir musim mereka masih bertengger di peringkat ke-15. Baru pada musim 1999/00, Salamanca kembali ke Divisi Segunda. Setelah berjuang hingga sampai musim 2004/05, Salamanca tak jua bangkit dari Divisi Segunda. Mereka bahkan lebih terpuruk pada musim 2005/06 dengan bermain di Segunda Division B, kompetisi kasta ketiga Spanyol.
Terpuruk di kasta ketiga kompetisi sepakbola Spanyol, Salamanca akhirnya menemui ajal. Pada 18 Juni 2013 seperti dikutip dari as.com (27/12/2017) akhirnya dinyatakan bangkrut dan bubar sebagai klub karena tak mampu membayar tunggakan utang sejak sejak terdegradasi ke Segunda Division B.