Deretan Klub Kecil yang Terlibat Skandal Pengaturan Skor
Awal tahun 2018 menjadi awal tahun terburuk yang dialami klub Liga Portugal, Benfica. Pasalnya klub yang bermarkas di Kota Lisbon itu kini sedang diselidiki oleh pihak berwenang setempat karena diduga terlibat kasus pengaturan skor pertandingan.
Penyelidikan atas Benfica sendiri adalah hasil pengembangan penyelidikan yang membuat para pemain klub Rio Ave, yakni kiper Cassio, Pemain belakang Marcelo, Nadjack, dan Roderick Miranda yang kini bermain di klub Inggris, Wolverhampton Wanderers, harus diciduk karena menerima suap dari pihak yang belum terkuak hingga saat ini.
Kejahatan pengaturan skor memang kerap terjadi di ranah olahraga khususnya sepakbola. Dan menariknya kasus pengaturan skor tidak hanya dilakukan klub besar seperti kasus Calciopoli yang menjerat Juventus pada 2006 silam. Sejumlah klub kecil pun cukup rentan untuk menjadi pelaku kasus pengaturan skor. Dalam rentang waktu 3-5 tahun kebelakang tercatat sejumlah kecil terjerat kasus ini.
Berikut INDOSPORT rankum beberapa klub kecil yang pernah tersandung kasus pengaturan skor:
1. Atalanta (Serie A)
Atalanta menjadi salah satu klub yang terlibat kasus pengaturan skor di Liga Italia pada musim 2011/12. pada musim tersebut atalanta tidak sendiri, setidaknya 15 klub di Serie A dan Serie B terlibat kasus pengaturan skor dan pertandingan.
Atalanta sendiri harus kehilangan 6 poin di musim tersebut dan salah satu pemain tengah mereka, Cristiano Doni harus mendekam di penjara dan dilarang melakukan kegiatan sepakbola selama 3 tahun. Doni dinyatakan bersalah setelah dirinya diketahui berhubungan dengan kelompok kriminal di Singapura dan Eropa Timur.
Kasus ini menjadi salah satu kasus pengaturan pertandingan terbesar selain kasus Calciopoli di tahun 2006 yang melibatkan 4 klub besar yakni Milan, Fiorentina, Juventus, dan Lazio.
2. Catania (Serie B)
Catania diharuskan membayar denda senilai 150 ribu euro (Rp2,4 miliar) setelah mereka bersama sang pemilik klub diketahui mengatur lima pertandingan di Serie B Liga Italia di musim 2015/16. Selain pihak klub, sang pemilik klub, Antonino Pulvirenti juga dikenakan denda tersendiri, yakni denda senilai 500 ribu euro (Rp8 miliar).
3. Nimes dan Caen (Ligue 2)
Kasus ini berawal dari presiden kedua klub yang tidak ingin mengalami kekalahan. Nimes yang membutuhkan 1 poin untuk menghindari degradasi dan Caen yang butuh 1 poin untuk lolos promosi.
Maka dari itu presiden Nimes Olympique, Jean-Marc Conrad dan presiden Caen, Jean-Francois Fortin setuju untuk membuat pertandingan berakhir dengan imbang.
Persetujuan diantara keduabelah pihak sendiri tidak melibatkan sejumlah uang, namun pihak berwenang menemukan empat peti minuman anggur yang diberikan oleh Nimes kepada Caen sesaat setelah pertandingan selesai.
Kedua klub pernah tersandung penyelidikan kasus pengaturan pertandingan setelah pertandigan mereka berakhir imbang 1-1 pada bulan Mei tahun 2014.
Fortin pun ditahan bersama beberapa tersangka lain di November 2014. Dirinya mengatakan kejahatan sepakbola yang dilakukannya adalah karena ia ingin menyelematkan klub dari jerat degredasi.