x

Islandia dan 4 Faktor Kunci Keberhasilan Pembinaan Usia Muda

Selasa, 9 Januari 2018 17:19 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra

Usia Asgeir Sigurvinsson belum genap 17 tahun saat Glasgow Rangers memberikan kesempatan bersejarah kepadanya. Asgeir yang karib disapa Sigi ini menjadi pemain asal Islandia pertama yang bermain di luar negeri.

Sayangnya, kesempatan yang datang pada tahun 1972 ini gagal berbuah manis, karena Sigi hanya merasakan satu kali tampil berseragam Rangers. Namun, kesempatan kedua datang menyambut bakat yang memang tak bisa disembunyikan darinya.

Standard Liege, sebuah klub asal Belgia, kemudian meminangnya setahun kemudian. Kesempatan inilah yang menjadi gerbang bagi keberhasilan kariernya kemudian.

Setelah delapan musim dengan lebih dari 300 penampilan dan sebuh trofi Piala Belgia, kemampuan Sigi terendus oleh Bayern Munchen yang kemudian merekrutnya. Tapi Sigi yang berposisi sebagai pemain tengah kalah bersaing dengan Paul Breitner di skuad The Bavarians.

Asgeir Sigurvinsson legenda Timnas Islandia.

Mungkin, memang nasib Sigi yang ditakdirkan untuk gagal dulu sebelum meraih momentum emas. Setahun di Munchen yang, pemain kelahiran tahun 1955 ini kemudian menyeberang ke VfB Stuttgart di musim selanjutnya.

Sigi pun sukses membuktikan diri untuk klub yang bermarkas di pabrik produsen mobil kenamaan dunia ini. Sigi membawa Stuttgart menjadi kampiun Bundesliga di musim perdananya.

Asgeir Sigurvinsson saat menerima penghargaan.

Tidak hanya itu, Sigi juga didapuk sebagai pemain terbaik Bundesliga tahun 1984 berkat penampilan mengkilapnya. Stuttgart kemudian menjadi pelabuhan terakhirnya sebelum pensiun di tahun 1990.

Sigi tidak sendiri, satu dekade berselang, Islandia memiliki Eidur Gudjhonsen sebagai talenta terbaiknya. Gudjohnsen lebih mengkilap karena berhasil memenangi Liga Primer Inggris bersama Chelsea, juara La Liga dan Liga Champions bersama Barcelona.

Baca Juga

Kini, Islandia juga memiliki talenta berbakat macam Gylfy Sigurdsson, Alfred Finnbogason, ataupun Hordur Magnusson. Mereka merupakan produk dari keseriusan pengembangan sepakbola yang dilakukan secara maraton.

Lalu bagaimana Islandia menyiapkan bakat mudanya untuk bisa mencapai generasi emas seperti saat menembus babak perempatfinal Euro 2016 dan lolos pertama kalinya ke Piala Dunia 2018? Berikut hasil rangkuman dari INDOSPORT:


1. Hanya Fokus kepada Mereka yang Serius

Lapangan Sepakbola di Islandia.

Islandia memiliki luas wilayah 103 ribu km2 dengan 62,7 persen wilayahnya adalah padang tundra, serta dikelilingi oleh Samudera Atlantik dan Arktik. Populasi penduduk Islandia menurut data World Bank (2016) adalah 332,5 ribu jiwa.

Hal ini membuat Islandia jauh dari ideal untuk mengembangkan sepakbola mereka. Belum lagi daratan yang dikelilingi oleh gunung api aktif serta cuaca ekstrem di hampir seluruh wilayahnya.

Pembinaan sepakbola di Islandia.

Penduduk Islandia juga memiliki peminatan yang cukup tinggi di dunia perbankan. Sehingga sebagian besar anak muda lebih tertarik untuk memilih menjadi seorang bankir sebagai jalan masa depan mereka.

Tapi Federasi Sepakbola Islandia (KSI) tidak menyerah dan mengembangkan pembinaan dengan cara yang cukup unik. Mereka hanya akan fokus pada para pemuda yang ingin fokus untuk mengembangkan diri di sepakbola, berapa pun jumlahnya.

Sebagai gambaran, Asgeir Sigurvinsson sendiri merupakan talenta yang berasal dari kawasan Kepulauan Westmann yang cukup terpencil. Kawasan ini hanya memiliki penduduk 4,2 ribu orang dan hanya memiliki angka kelahiran 35-50 orang per tahun.

Pembinaan sepakbola di Islandia.

Artinya, persentase anak yang memilih jalur sepakbola tentu sangat minim. Tapi mereka tetap bisa 'mengekspor' pemain ke luar negeri berkat pembinaan ini.

Setiap daerah diberi kesempatan untuk fokus membina pemain walaupun jumlahnya kurang untuk membentuk sebuah kesebelasan. Tapi pembinaan ini dilakukan dengan kesungguhan sehingga pemain yang memiliki mimpi untuk bisa berkarier di sepakbola.


2. Generasi Indoor

Pembinaan sepakbola di Islandia.

Tidak banyak yang bisa dilakukan Islandia untuk mengembangkan sarana jika melihat kondisi geografisnya. Berada di sudut utara belahan dunia, membuat negara berpopulasi 332,5 ribu jiwa ini memiliki kondisi alam yang cukup ekstrem.

Padang tundra dan suhu yang dingin tidak memungkinkan bagi anak-anak Islandia untuk bisa berlatih sepanjang tahun. Namun, Federasi Sepakbola Islandia (KSI) melakukan terobosan baru dengan memperbanyak jumlah lapangan indoor.

Pengembangan usia muda di Islandia.

Setidaknya kini tersedia 30 lapangan sepakbola berukuran standar dengan 7 di antaranya merupakan lapangan indoor di seluruh wilayah Islandia. Seluruhnya bisa digunakan sepanjang tahun.

"Para pemian yang tergabung di Tim Nasional dibesarkan di lapangan buatan. Banyak yang berangkat dari sistem pembinaan muda sepakbola dalam lapangan indoor," ujar Heimir Hallgrimson, pelatih Timnas Islandia, seperti dikutip dari BBC.  

Sementara ada 150 lebih lapangan yang lebih kecil untuk para bocah menghabiskan waktu berlatih sepakbola. Lapangan ini juga dilengkapi penghangat ruangan, sehingga mereka tetap bisa berlatih bahkan dalam cuaca ekstrim di musim dingin.

Pengembangan usia muda di Islandia.

Pembangunan infrastruktur ini sudah dilakukan Islandia sejak awal tahun 2000-an. Sebuah investasi cemerlang yang kemudian hasilnya baru bisa dirasakan satu dasawarsa kemudian.

"Bagi bangsa ini, lapangan indoor adalah sebuah anugerah," ujar Hallgrimson.

Lihat saja bagaimana Timnas U-21 Islandia berhasil lolos ke Euro U-21 pada tahun 2011. Saat itu para pemain yang mengantarkan keberhasilan bersejarah ini adalah mereka yang merasakan berlatih di lapangan indoor dengan rumput sintetis.

Hal ini kemudian membuat para pemain mendapat julukan 'Indoor Kids'. 


3. Pelatih yang Terlatih

Pembinaan sepakbola di Islandia.

Sumber daya pemain saja nampaknya dirasa belum cukup bagi KSI untuk membawa Islandia ke prestasi lebih tinggi. Setelah membenahi infrastruktur dan metode pembinaan untuk para pemain, KSI juga menyiapkan sumber daya pelatih yang mumpuni.

KSI mewajibakan para pelatih di seluruh wilayah memiliki lisensi. Bahkan untuk para pelatih di level grass roots atau 'tarkam'.

Workshop pelatih di Islandia.

Setidaknya 70 persen pelatih di Islandia memiliki Lisensi B UEFA. Sementara 30 persen sisanya memiliki Lisensi A UEFA.

Jumlah ini termasuk para pelatih 'tarkam' yang beraktivitas di tingkatan terbawah. Tidak hanya itu, pelatih di Islandia juga diwajibkan memiliki pengetahuan dasar tentang psikologi atau memiliki pendidikan diploma dengan konsentrasi studi sport science.

Seluruh klub peserta di dua level liga teratas wajib memenuhi syarat tersebut untuk pelatihnya. Jika tidak maka klub yang melanggar akan didenda.

Workshop pelatih di Islandia.

Jadi, bayangkan bagaimana Islandia memiliki gap pelatih yang nyaris setara di semua level kompetisi. Sejak muda para pemain di Islandia sudah dididik oleh para pelatih berlisensi.

Pun demikian dengan jenjang kompetisi yang memiliki pelatih berlisensi. Hal ini membuat sumber daya terbatas soal pemain di Islandia terbalut dengan kualitas para pemainnya.


4. Semua Punya Kesempatan yang Sama

Selebrasi pemain Islandia.

Kesamaan lain yang dimiliki oleh Sigi dan Eidur adalah bagaimana mereka sudah membela Tim Nasional Islandia di usia yang cukup muda. Keduanya sudah berseragam biru semasa berusia 17 tahun.

KSI sendiri memiliki kebijakan kuat soal memberikan kesempatan yang sama untuk seluruh pemain membela Timnas mereka. Setiap pemain Islandia diberikan setidaknya satu kali untuk bisa membela Timnas mereka.

Permain Islandia selebrasi.

Tapi tidak jarang juga para pemain kesulitan untuk membela Timnas karena mereka sudah lebih dulu bermain di luar negeri pada usia muda. Akan tetapi untuk kasus ini, KSI memberikan afirmasi dengan tetap memberikan kesempatan yang sama untuk mereka selama kariernya.

Jadi seluruh pemain profesional Islandia setidaknya sekali sepanjang kariernya memiliki caps untuk membela negara mereka. Hal ini menjadi bukti bahwa Islandia sangat memanjakan para pemain muda untuk bisa berkembang di level Tim Nasional. 

Timnas Islandia kagum dengan Candi Prambanan

Meski Eidur ikut dalam rombongan saat Islandia berlaga di Euro 2016, eks Chelsea dan Barcelona ini tidak menjadi pemain inti. Saat itu usianya sudah 36 tahun, dan harus mengalah pada adik-adik kelasnya untuk tampil.

Saat itu pula, Indoor Kids kembali membuktikan kapasitas mereka yang dididik secara serius. Islandia berhasil melaju ke babak perempatfinal pada kesempatan internasional pertamanya sepanjang sejarah.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Euro 2016IslandiaEidur GudjohnsenTimnas IndonesiaBola Internasional

Berita Terkini