Rancang Elite Pro Academy, PSSI Mesti Berkaca dari Negeri India
PSSI dikabarkan akan membentuk Liga 1 khusus untuk pemain dibawah usia 16 tahun atau U-16 pada 2019 mendatang. Rencananya langkah tersebut demi mempersiapkan bibit pesepakbola muda Indonesia kedepannya.
Sehingga mereka bisa dengan cepat mengemban presetasi sepakbola tanah air di tingkat internasional. Nantinya para telanta muda berbakat (U-16) tersebut juga akan dikirim ke klub-klub Liga 1.
Sebab klub-klub Liga 1 nantinya akan didorong oleh PSSI untuk memiliki "Elite Pro Academy". Hal itu demi memenuhi persyaratan lisensi klub yang nantinya bisa dinikmati bersama.
Bahkan menurut pelatih Tim Nasional Indonesia U-16, Fachry Husaini, program Elite Pro Academy akan mempermudah kerja para pelatih di Indonesia. Sebab mereka terkumpul dalam satu wadah.
"Soal program tersebut, saya setuju sekali. Karena siapapun nanti yang akan menjadi pelatih Timnas U-16 nya, pelatih tidak perlu lagi mencari-cari (pemain) hingga ke pelosok daerah," ungkap Fachry saat dihubungi INDOSPORT, Senin (08/01/18).
Namun, di negara lain, ternyata program tersebut telah dicanangkan jauh sebelum Indonesia. Bahkan program dengan mengumpulkan para bakat-bakat muda ke dalam satu wadah, lalu kemudian ditempa dengan cara yang tepat, berhasil dilakukan negara tersebut.
Negara yang dimaksud adalah India. Ya, negara yang terkenal dengan bangunan Taj Mahal ini memiliki satu klub yang berisikan pemain-pemain muda dengan talenta yang luar biasa di bawah usia 17 tahun.
Klub tersebut bernama Indian Arrows. Kesebelasan yang berdiri sejak tahun 2010 ini dibentuk langsung oleh All India Football Federation (AIFF atau PSSI-nya India) dan mereka mampu membuat kejutan di Piala Dunia U-17 2017 kemarin.
Berangkat dari hal itulah, INDOSPORT coba menjelaskan bagaimana AIFF bisa membentuk dan membuat klub Indian Arrows berhasil mengorbitkan bibit-bibit muda India.
1. Ide Pembentukan Pemain Muda Satu Pintu
Klub Indian Arrows ini didirikan sebagai program AIFF XI dalam pembentukan pemain muda pada tahun 2010 lalu berdasarkan rekomendasi dari pelatih kepala India Bob Houghton dan ketua AIFF Praful Patel.
Hal itu segera dicetuskan atas kegelisahan Bob pada pemain muda, yang memiliki talenta tersembunyi, di bawah usia 23 dan 19 tahun selalu berada di bangku cadangan klub profesional selama bermusim-musim.
Sehingga regenerasi Tim Nasional India maupun klub-klub besar India terhambat. Hasilnya, banyak pemain yang telah melewati masa emas tetap dipercaya bermain dan berjalan ditempat.
Mereka yang tak mampu bersaing, akhirnya harus bermain bersama klub di divisi dua Liga India. Sehingga bakat-bakat terbaik India semakin terpendam dan tak tercium.
Menurut Manajer Tim Nasional India Mandar Tamhane pada 2010-2012 lalu menjelaskan kalau dibentuknya akademi AIFF U-19 untuk menjembatani kesenjangan antara pemain muda dengan klub dan membantu mereka menjadi pemain profesional yang perhitungkan.
Klub Indian Arrows sendiri memberi para pemain muda berbakat ini jam terbang yang banyak dengan menurunkan mereka sebanyak 26-30 kali pertandingan kompeititif selama satu musim.
Sehingga para pemain muda berbakat ini sangat terbantu. Hasilnya banyak dari mereka sekarang telah melakoni beberapa pertandingan internasional.
Lantas klub-klub besar profesional Liga India maupun sekitarnya bisa dengan mudah memilih pemain yang ingin menjadi tulang punggung klub di masa depan. Apalagi mereka telah banyak mengenyam berbagai pertandingan dan tentunya berpengalaman.
2. Menghasilkan Pemain Muda Berbakat
Usai program tersebut dikerjakan dengan sangat serius. Tentu saja hasilnya akan menumbuhkan para pemain muda dengan kemampuan olah bola yang tidak kalah dengan pemain senior.
Salah satu nama yang menjadi sorotan adalah Aniket Jadhav. Talenta muda yang berposisi sebagai penyerang ini lahir di Kolhapur, Maharashtra, India pada 13 Juli tahun 2000.
Dirinya memulai perjalanan karier sepakbolanya saat masih bernaung di klub Jaideep Angiwal. Setelah itu dirinya bermain untuk Pune FC di tim U-15-nya lalu bermain untuk Indian Arrows.
Pada tahun 2015 lalu, pemandu bakat Nicolai Adam yang diberitugas oleh Presiden AIFF dalam membangun tim muda India kala mewakili timnas di Piala Dunia menemukan bakat Jadhav.
Jadhav sendiri pada ajang Piala Dunia U-17 yang berlangsung di India membawa Timnas muda India tampil gemilang di mana mereka mampu menyulitkan lawan-lawannya.
Tentu saja bakat-bakat seperti Jadhav semakin menjamur dengan program yang dikerjakan serius oleh AIFF. Nantinya di masa yang akan datang, pasti akan ada Jadhav-Jadhav lainnya yang akan lebih hebat dari si pemain tadi.
Selain India, ternyata ada negara seperti Amerika Serikat yang juga memiliki klub seperti itu bernama North American Soccer League (NASL). Lalu ada pula negara tetangga Indonesia, yakni Singapura yang memiliki klub khusus pemain muda bernama Harimau Muda.
3. Apakah Program Elite Pro Academy Indonesia Berhasil?
Dengan melihat dua penjelasan tadi, tampaknya program ini harus benar-benar dimatangkan oleh PSSI. Selain itu penyuluhan tentang program yang akan dibentuk ini harus terus digembor-gemborkan serta memberikan pemahaman kepada klub.
Apalagi di Indonesia sendiri memiliki banyak sekali Sekolah Sepak Bola (SSB). Sehingga PSSI juga harus memikirkan nasib mereka yang telah mendirikan SSB sejak puluhan tahun lalu.
SSB sendiri kerap mengorbitkan pemain-pemain muda berbakat, akan tetapi jumlahnya tidak imbang dengan menjamurnya SSB sehingga talenta mereka kerap tersendat untuk bisa menembus klub profesional.
Namun program ini perlu didukung sepenuhnya demi memiliki stok pemain muda berbakat yang satu pintu. Jadi, klub-klub yang memerlukan talenta-talenta muda berbakat tidak perlu lagi pusing, sebab ada satu klub yang menaungi mereka semua.
Sehingga Indonesia di masa yang akan datang telah memiliki banyak talenta muda untuk menjadi tulang punggung Tim Nasional Indonesia. Lalu mereka bisa membawa Skuat Garuda berkancah di Piala Dunia.