Jokowi Kunjungi Afghanistan, Ini 4 Fakta Mencengangkan Sepakbola di Negara Kuburannya Kerajaan
Salah satu negara di benua Asia, Afghanistan tengah mendapat sorotan dari masyarakat Indonesia. Bukan karena di sana tengah konflik atau perang, melainkan karena Presiden Indonesia saat ini, Joko Widodo baru-baru ini menjadi imam shalat zhuhur di masjid di Kota Kabul.
Ya, presiden yang akrab disapa Jokowi tersebut dalam kunjungan diplomatiknya ke Afghanistan menyempatkan diri menjadi pemimpin umat saat beribadah. Hal itu ia lakukan setelah sebelumnya bertukar hadiah dengan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.
Presiden Ghani memberi Jokowi diberi hadiah turban yang merupakan penutup kepala khas Afghanistan, sementara Jokowi memberi hadiah berupa peci khas Indonesia.
Terlepas dari kunjungan Jokowi, Afghanistan sendiri memang sudah dikenal sebagai salah satu negara yang kuat iklim sepakbolanya. Meskipun sempat dilanda konflik, negara yang beribukota di Kabul tersebut tetap memberi perhatian pada dunia si kulit bundar.
Tidak percaya? Lihat saja ranking mereka di FIFA saat ini yang menduduki peringkat 148 (per 30 Januari 2018). Mereka unggul 12 peringkat dari Indonesia yang saat ini berada di peringkat 160.
Semenjak berdiri pada 1933 silam, Timnas Afghanistan pernah mengikuti berbagai ajang bergengsi seperti Asian Games, Piala AFC, South Asian Games. Dari kompetisi yang mereka ikuti tersebut, Timnas Afghanistan tercatat pernah meraih satu gelar juara, yakni ketika mereka mengikuti South Asian Football Federation (SAFF) Cup pada 2013 lalu. Sedikit informasi, SAFF adalah turnamen sepakbola per dua tahun yang diikuti negara-negara Asia Selatan.
- Playmaker Asal Brasil Tak Maksimal, Teco Puji Kapten Timnas Afghanistan
- Kapten Timnas Afghanistan Berharap Kontrak dari Persija
- Satu Kaki Kapten Timnas Afghanistan Sudah di Persija
- Kapten Timnas Afghanistan Gagal Gabung Persija
- Termasuk Kapten Timnas Afghanistan, 5 Pemain Ini Ogah Dikontrak Persija
- Pelatih Persija Ungkap Alasan Mencoret Kapten Timnas Afghanistan
Tidak hanya itu, Afghanistan hingga kini akan selalu tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pencetus terciptanya, Asian Football Confederation (AFC), yang notabene induk tertinggi organsisasi sepakbola Asia pada 1954 silam.
Selain data-data di atas, INDOSPORT telah merangkum sejumlah fakta menarik mengenai sepakbola Afghanistan yang belum banyak diketahui orang. Berikut pembahasannya:
1. Sempat Vakum 18 Tahun
Siapa yang menduga bahwa Afghanistan, salah satu negara sepakbola terkuat di kawasan Asia ternyata pernah mengalami masa-masa buruk. Bukan karena pemain mereka tidak berkualitas, melainkan kondisi negaranya yang mengalami konflik.
Hal tersebut pun membuat Timnas Afghanistan sempat vakum lama. Tidak tanggung-tanggung, selama kurun 18 tahun, mereka harus absen di berbagai pertandingan internasional, entah itu kompetisi atau hanya sekadar laga persahabatan biasa.
Ajang Kualifikasi Piala AFC 1984 merupakan terakhir kali Timnas Afghanistan mengikuti pertandingan internasional. Saat itu, mereka kalah 1-6 dari Yordania pada 20 September 1984. Semenjak itu, mereka tidak lagi tampil di pentas internasional lantaran adanya perang Soviet di Afghanistan dan perang sipil Afghanistan (1992-1996).
Timnas Afghanistan untuk kembali menunjukkan muka di pentas internasional akhirnya tercipta juga. Dalam ajang SAFF 2003, Timnas Afghanistan ikut ambil bagian. Sayangnya, dalam kompetisi tersebut mereka tersingkir setelah dikalahkan ole Pakistan, India, dan Sri Langka.
2. Pernah Dilatih Mantan Atlet Ski
Umumnya, seseorang yang ditunjuk sebagai pelatih sepakbola, sebelumnya pernah merasakan menjadi seorang pemain. Sebut saja seperti pelatih Real Madrid saat ini, Zinedine Zidane, yang tercatat pernah lama menjadi penggawa Los Blancos ketika muda.
Namun, hal unik pernah dirasakan oleh Timnas Afghanistan dari kurun 2008-2009 dan 2010-2014 ketika ditangani oleh Mohammad Yousef Kargar. Dikatakan unik karena Yousef yang ditunjuk sebagai pelatih utama ternyata tidak pernah punya pengalaman sebagai seorang pesepakbola.
Alih-alih ia merupakan atlet ski kebanggaan Afghanistan. Saking hebatnya dalam meliuk-liuk di atas salju, Yousef Kargar pernah menjadi juara nasional ski di Afghanistan ketika usianya baru menginjak 16 tahun.
Sial bagi Yousef, mimpinya untuk menjadi seorang atlet ski harus berakhir setelah pada 1979, Uni Soviet menginvasi negaranya. Namun, Yousef yang juga mahir bermain sepakbola akhirnya memilih karier menjadi pelatih dan hasilnya, ia membuat Afghanistan sukses menjuarai SAFF 2013.
3. Kemenangan dan Kekalahan Terbesar
Timnas Afghanistan tampil pertama kali menggelar laga internasional pertama pada 25 Agustus 1941 silam. Kala itu, mereka berhadapan dengan Iran dan setelah 90 menit pertandingan, kedua kesebelasan harus puas meraih hasil imbang 0-0.
Setelah itu, Afghanistan pun telah melakoni puluhan, hingga ratusan pertandingan kini. Dari banyaknya pertandingan yang sudah mereka jalani, Afghanistan tentunya pernah mengalami kemenangan besar dan kekalahan besar.
Hingga kini, kemenangan terbesar yang pernah diraih Timnas Afghanistan sendiri mereka dapatkan kala melakoni laga penyisihan Grup A SAFF Cup 2011 lalu. Kala itu, mereka sukses menumbangkan Bhutan dengan skor 8-1 dalam pertandingan yang berlangsung di Jawaharlal Nehru Stadium pada 7 Desember 2011 lalu.
Menariknya, dalam pertandingan tersebut, ada satu pemain Afghanistan yang berhasil mencetak empat gol, yakni Balal Arezou.
Sementara untuk kekalahan terbesar, adalah ketika mereka melakoni laga tandang menghadapi Turkmenistan pada 19 November 2013 lalu. Tidak tanggung-tanggung, mereka dipaksa menyerah dengan skor 11-0 tanpa balas.
4. Dapat Penghargaan Bergengsi dari FIFA
Setiap tahunnya, FIFA selalu rutin memberi penghargaan kepada insan-insan sepakbola yang menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas dalam olahraga bertajuk FIFA Fair Play Award.
Nah, pada edisi FIFA Fair Play Award 2013 lalu, Timnas Afghanistan terpilih untuk mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut. Mereka terpilih setelah dinilai mampu menumbuhkan kecintaan pada sepakbola, meski negaranya tengah terlibat konflik.
"Dibutuhkan dedikasi dan kerja keras yang besar untuk bisa mengembangkan sepakbola di tengah-tengah kondisi yang identik dengan kekerasan dan penghancuran," ujar Tokyo Sexwale, selaku FIFA Task Force Againts Racism and Dicrimination seperti dikutip dari Outlook Afghanistan.