Pemain Belanda Bongkar Borok Sepakbola Indonesia, SOS: PSSI Seakan Tutup Mata!
Korupsi seakan telah mendarah daging di Indonesia, termasuk dalam sepakbola. Baru-baru ini pesepakbola asal Belanda, Kristian Aldemund, secara blak-blakan membongkar kasus korupsi di persepakbolaan nasional kepada media online berbahasa Belanda, Vice Sport.
"Meski keadaan semakin baik saat ini, korupsi tetap menjadi masalah utama sepakbola Indonesia. Sebagai contoh, saya pernah melihat bos lawan membawa pistol ke ruang ganti wasit. Anda tak perlu heran dengan hal itu di Indonesia," ucap Adelmund yang pernah merumput bersama Persepam Madura, PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman.
Korupsi dan mafia di sepakbola Indonesia memang telah lama menjadi kecurigaan masyarakat, tapi pengakuan salah satu pemain asing yang pernah merumput di Indonesia kepada media asing tentu saja menarik perhatian.
Hal ini membuat Save Our Soccer (SOS) melalui Ketua Umumnya, Akmal Marhali, angkat bicara. Menurutnya, pernyataan Adelmund tersebut sebagai pelengkap terhadap masalah krusial sepakbola Indonesia.
"Apa yang disampaikan Kristian Adelmund sejatinya sebagai pelengkap atau penyempurna terhadap masalah krusial yang merusak sepakbola Indonesia," kata Akmal kepada INDOSPORT.
Save Our Soccer sendiri sudah gencar mengampanyekan penyakit kanker stadium 4 di sepakbola Indonesia sejak tahun 2010. Mulai dari korupsi, judi, match acting, match setting, dan match fixing. Bahkan SOS sudah membuat buku khusus investigasi yang diberikan kepada PSSI, Pemerintah (Kemenpora), dan sempat juga berhubungan dengan pihak kepolisian.
Namun, upaya yang dilakukan SOS tidak digubris oleh PSSI, Pemerintah, dan penegak hukum sehingga para bandar judi bisa berkeliaran bebas di sepakbola Indonesia.
"Ini sudah menjadi rahasia umum. Pengurus PSSI bahkan masyarakat sepakbola sudah tahu permasalahan ini. Sayangnya, tak ada tindakan dan aksi nyata dari pihak PSSI, Kemenpora, dan penegak hukum. Dibiarkan begitu saja bahkan terkesan dibuka jalan selebar-lebarnya kepada Runner/match fixer bandar judi main di Indonesia. SOS pernah menuntut PSSI untuk mengampanyekan perang terhadap match fixing. Tapi, tak digubris alias didiamkan saja," sambungnya.
Akmal berharap PSSI bisa tanggap dengan masalah yang menimpa sepakbola Indonesia. Menurutnya jika masalah seperti korupsi tidak segera diatasi, maka Indonesia akan sulit untuk berprestasi.
"PSSI harus tanggap dan cekatan dengan masalah ini. Selama korupsi, match acting (sepakbola gajah), match setting (pengaturan juara,promosi, dan degradasi), dan match fixing (pengaturan skor) tak diperangi selama itu juga sepakbola kita tidak akan berprestasi," tandasnya.