Yaya Toure Ucap Salam Perpisahan untuk Man City
Yaya Toure bergabung dengan Manchester United pada 2010. Delapan tahun kemudian, Toure bersama The Citizen berhasil meraih tiga gelar Liga Primer Inggris, tiga Piala Liga, satu Piala FA, dan masuk dalam tim kualifikasi untuk Liga Champions selama tujuh musim, serta menang atas rival abadi mereka, Manchester United sebanyak enam kali dari delapan musim.
Tentunya bukan prestasi mudah untuk mendapatkan itu semua. Mengubah sejarah klub dan berhasil mengalahkan klub besar di Liga Inggris juga butuh ketegaran hati tatkala bertemu dengan penggemar tim lawan. Namun itu semua sudah Toure rasakan, dan mungkin inilah waktunya untuk meninggalkan Manchester City.
1. Target Awal, Sleding MU
Toure sudah punya cita-cita untuk skuat Pep Guardiola. Mengingat sejarah klub yang tak sebaik klub lain, cita-cita itu bisa saja dianggap nekat atau khayalan. Namun baginya, tidak ada yang mustahil untuk meraih itu semua.
“Ya, tentu saja. Ketika saya datang ke City, bagi kami untuk menjadi klub besar, kami harus menempatkan mereka dalam bayangan kami." ucap Toure.
“Manchester United terus membayangi, kami harus menyingkirkan mereka. Mereka seperti kekuatan dan mereka memenangkan Liga saat itu. Kami tahu itu akan sulit, tetapi mengalahkan mereka di semifinal Piala FA adalah sesuatu yang mengejutkan bagi kami," tambahnya
2. Tak Berprestasi Takkan Pergi
Toure yang sudah berjanji pada diri sendiri, bekerja sama dengan teman-temannya untuk meraih prestasi sebaik mungkin. Untuk mewujudkan keinginan itu, ia berjanji takkan pergi dari City jika tak ada prestasi. Di bawah arahan Pep Guardiola, akhirnya Manchester City menjadi salah satu skuat yang ideal di LIga Primer Inggris.
“Saya katakan ketika saya datang, saya ingin meninggalkan klub dengan prestasi besar. Kami berhasil dan itu sempurna," ujar Toure.
“Saya harus memberikan sesuatu kepada para penggemar, melihat mereka bahagia - bagiku itu sulit dipercaaya. Mereka layak menerimanya. Mereka telah begitu lama di bayang-bayangi United dan sekarang mereka tinggal di kota ini bagaikan raja. Saya merasa baik karena saya telah menyumbangkan sesuatu," tambah gelandang asal Pantai Gading tersebut.
3. Buat Kesal Rio Ferdinand
Toure yang pernah mencetak gol kemenangan melawan United di semifinal Piala FA tahun 2011, serta di final saat melawan Stoke ketika City - yang berujung pada selebrasi mengangkat trofi besar pertama setelah 35 tahun tak merayakannya.
“Setelah semifinal saya mengontak Rio [Ferdinand] - yang sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri. Ketika saya mencetak gol itu, tentu saja dia marah tetapi itu adalah pesan bagi mereka. Mereka tahu bahwa City akan datang."
4. Bukan Mata Duitan
Toure mengatakan prestasinya untuk City, dia telah tampil sebanyak 315 kali, mencetak 82 gol, prestasi itu membuktikan bahwa ia adalah pesepakbola sejati - yang bukan datang karena uang.
“Beberapa orang mengatakan saya datang ke sini untuk tidak memenangkan piala tetapi karena saya lebih terkesan dengan uang," ujar Yaya Toure.
“Jika seseorang mengatakan delapan tahun lalu semua ini akan terjadi, saya pasti senang. Ini merupakan perubahan besar bagi klub," tambahnya.
5. Banyak Pesepakbola Ingin ke Manchester City
Prestasi Manchester City ternyata mengundang perhatian dari sejumlah kalangan, terutama atlet sepak bola. Mengenai hal itu, Toure mengaku itulah cita-cita mantan eksekutifnya sejak ia bergabung dengan Manchester Biru beberapa tahun yang lalu.
“Semua orang ingin berada di Kota sekarang. Saya berkata kepada Garry Cook [mantan kepala eksekutif City yang mengontrak Toure], 'Suatu hari banyak pemain akan ingin datang ke City."
6. Masih Rendah Hati
Namun, Toure mengklaim dia masih belum memiliki prestasi yang begitu bagus. Dia masih di bawah Luis Suarez sehingga ia belum bisa mendapat pemain terbaik tahun ini.
"Mungkin ketika saya pensiun dari sepakbola, saya akan lebih mendapat penghargaan," katanya.
“Melihat apa yang telah saya capai dan apa yang telah saya lakukan, saya pikir tidak. Orang-orang tidak tahu seberapa banyak dedikasi saya. Itulah mengapa saya sedikit sedih karena orang memberi banyak tekanan pada Paul Pogba, karena mereka ingin membandingkannya dengan saya. ”