Cristiano Ronaldo: 'Robot Sepak Bola' yang Punya Sisi Humanis
FOOTBALL265.COM - Dalam suatu pagi yang dingin di kota Manchester, tampak banyak pemuda mengenakan seragam training dan sedang melakukan latihan di suatu lapangan.
Dalam rombongan tersebut, terdapat juga calon pemain bintang sepak bola yang bernama Carlos Tevez.
Pemain asal Argentina itu pindah ke Manchester United setelah sebelumnya sempat membuat pelatih Sir Alex Ferguson terkagum-kagum dengan penampilannya bersama West Ham.
Carlos Tevez pun ingin membuktikan dirinya sebagai yang terbaik di Manchester United dengan datang lebih pagi di sesi latihan berikutnya.
Sekadar informasi, latihan Manchester United biasanya dimulai sekitar pukul 9 pagi dan Tevez berencana datang di jam 8 pagi. Namun begitu kagetnya ketika ia mendapati seorang pemuda sudah mendahuluinya latihan.
Sejak saat itu, Tevez bertekad untuk datang lebih pagi lagi dan ia pun kala itu sudah berada di tempat latihan pada jam 6 pagi.
Tetapi ia mendapati sosok pemuda yang sudah memulai sesi latihannya di saat matahari masih tersipu malu untuk menyinari kota Manchester.
“Dia selalu datang berlatih lebih awal, aku mulai bertanya pada diri sendiri, bagaimana bisa menyingkirkan orang ini?” kenang Tevez seperti yang dinukil dari Guardian.
Pemuda yang membuatnya Tevez jengkel karena selalu kalah dalam hal datang lebih pagi di tempat latihan adalah Cristiano Ronaldo.
1. Asal Muasal 'Robot Sepak Bola' Diciptakan
Di sudut jalan Madeira, Portugal merupakan tempat terbaik bagi anak-anak di sana bermain sepak bola. Di mana pertandingan akan dihentikan bukan karena ada pelanggaran atau pergantian pemain, tetapi dikarenakan ada mobil yang melintas di jalanan yang sempit itu.
Di antara gerombolan anak kecil terdapat Cristiano Ronaldo yang memang lahir dari pulau itu. Lahir pada 5 Februari 1985 di Santo Antonio, sebuah tempat di pegunungan yang menjadi tempat paling miskin di Ibu Kota Funchai, Portugal.
Cristiano Ronaldo yang saat ini telah menjadi salah satu atlet terkaya di dunia ternyata yang lahir dari keluarga yang sangat sederhana.
Ibunya, Dolores adalah seorang tukang masak dan ayahnya yang bernama Dinis hanya berprofesi sebagai tukang kebun kota.
Meski begitu, Cristiano Ronaldo tetap tidak merasa rendah diri dan tetap bersemangat dalam mengejar cita-citanya menjadi pemain sepak bola. Semangatnya semakin menggebu-gebu setelah ia mendengar salah satu dari pemandu bakat atau pelatih yang mengejeknya.
“Ya, tetapi sayang sekali dia sangat kecil,” seperti yang disadur dari Player’s Tribune.
Saat itu Crisitiano Ronaldo yang bakatnya mulai terlihat memang memiliki tubuh yang sangat kurus. Sejak saat itu, perkataan tersebut seakan menjadi bahan bakar yang membuat dirinya ingin membuktikan bahwa ia yang terbaik di dunia.
Perkataan yang meremehkan talenta seorang bocah berusia 11 tahun telah memicu lahirnya 'robot sepak bola' di dunia. 'Robot sepak bola' yang selalu datang lebih awal untuk latihan dan pulang paling akhir saat sesi latihan sudah berakhir.
2. Raga Bak Robot, Jiwa Tetap Manusia
Meski dirinya terlihat seperti robot sepak bola yang ‘gila latihan’, nyatanya ia tetap manusia biasa yang miliki sisi humanis. Satu sifat yang paling lekat dengan Cristiano Ronaldo adalah dirinya yang cengeng karena sering menangis.
Pada usia 11 tahun saat pindah dari pulau Madeira ke akademi Sporting Lisbon, ia merasakan kesedihan yang luar biasa karena harus ditinggal oleh keluarganya.
Selama latihan juga Ronaldo juga kerap menangis ketika dikalahkan di pertandingan yang tidak resmi.
“Saya menangis hampir setiap hari, masih di Portugal tetapi serasa pindah negara karena aksen dan budaya di Lisabon berbeda dengan Madeira. Saya sangat merindukan mereka (keluarga di Madeira) sehingga setiap hari terasa menyakitkan,” ungkap CR7 seperti yang dikutip dari Player’s Tribune.
Bahkan ketika usianya yang sudah menginjak kategori dewasa, Ronaldo diketahui menangis di dua pertandingan final Piala Eropa.
Pertama adalah final Piala Eropa 2004, ia menangis ketika Portugal dikalahkan Yunani dan yang kedua adalah di final Piala Eropa 2016.
Selain cengeng, Ronaldo juga merupakan orang ringan tangan. Masyarakat Indonesia tentu tidak bisa melupakan saat megabintang Portugal itu datang ke Aceh setelah terjadi bencana tsunami 2004 silam.
Di kota yang sudah nyaris rata dengan tanah itu, Ronaldo mengangkat seorang bocah yang bernama Martunis sebagai anak angkatnya.
Anak angkat Cristiano Ronaldo itu ditemukan warga sekitar setelah terombang-ambing di lautan selama lebih dari dua minggu.
Kebaikan hati Ronaldo bahkan sampai pada membiayai Martunis untuk sekolah sepak bola di Sporting Lisbon. Kini Martunis diketahui telah pulang ke Indonesia untuk menjadi seorang polisi.
Ronaldo juga merupakan orang yang tahu akan rasa terima kasih. Usut punya usut, ia memiliki seorang sahabat yang sangat berjasa dalam kariernya. Sahabat Ronaldo itu bernama Albert Fantrau yang sempat menjadi saingannya di akademi Sporting Lisbon.
Kala itu, Cristiano Ronaldo dan Albert Fantrau merupakan dua pemain muda paling berbakat yang sedang diseleksi untuk masuk ke tim senior. Kedua pemuda itu bersaing untuk menciptakan gol paling banyak agar bisa masuk ke tim utama.
Ketika persaingan keduanya seimbang dengan sama-sama mencetak satu gol di laga tersebut, di gol penentuan, Albert malah membantu Ronaldo mencetak gol keduanya melalui sebuah assist.
Alhasil Ronaldo masuk ke tim utama dan Albert diketahui pensiun, tetapi CR7 tidak lupa dengan jasa sahabatnya dengan membiayai semua kebutuhan hidup Albert hingga kini.
3. Peluang Cristiano Ronaldo di Ballon dâOr
Pemenang lima kali Ballon d’Or kembali masuk nominasi dalam 30 daftar peraih titel pemain terbaik di dunia. Cristiano Ronaldo tentu berpeluang untuk menang yang keenam kalinya, 'robot sepak bola' yang selalu menjaga tubuh atletisnya itu tetap menjadi kandidat terkuat.
Tak bisa dipungkiri meski sudah berusia 33 tahun, Ronaldo tetap dapat bersaing di level atas dengan pola hidup yang sangat sehat dan disiplin.
Mulai dari menghindari minuman beralkohol hingga wajib mengonsumsi makanan sehat seperti sayuran segar dan ikan untuk diambil proteinnya.
Apalagi, ia adalah salah satu penggawa Real Madrid yang berhasil merengkuh gelar Liga Champions di pertengahan tahun ini.
Pindah ke Juventus pun, dirinya tetap mampu menjaga konsistensi permainannya dengan telah mengemas 10 gol dari 17 penampilan di semua ajang.
Permasalahan yang dapat menggagalkan dirinya sebagai pemenang Ballon d’Or adalah eliminasi Portugal di 16 besar ajang Piala Dunia 2018.
Biar bagaimanapun tradisi peraih Ballon d’Or berasal dari pemenang Piala Dunia masih sangat kuat, meski semenjak 2010 hal itu hanyalah mitos.
Akan tetapi bagi pencinta sepak bola yang bosan dengan hegemoni Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, sudah pasti mereka menginginkan adanya juara baru. Tampaknya orang paling kuat yang dapat merusak hegemoni duopoli itu ada pada Luka Modric.
“Dia (Modric) mendapat beberapa hasil istimewa, mulai dari gelar Liga Champions ketiganya dan mencapai final Piala Dunia. Dia adalah pemain yang bisa mendominasi sebuah laga," ujar Kaka kepada portal berita olahraga Gazzetta dello Sport.
Kaka sendiri adalah legenda Brasil yang merengkuh penghargaan Ballon d’Or sebelum Messi dan Ronaldo menguasai 10 tahun terakhir.
Nama Luka Modric memang menjadi buah bibir berkat penampilannya menjadi jenderal lapangan tengah bagi Kroasia dan Real Madrid.
Pada akhirnya, terlepas dari berhasil tidaknya Cristiano Ronaldo menjadi pemenang Ballon d’Or 2018 nanti, dirinya sudah menjadi panutan bagi setiap pemain muda sepak bola.
Ejekan dan berasal dari keluarga yang tak berada tidak bisa dijadikan alasan untuk meraih kesuksesan, perlu latihan keras bagai robot tetapi tentu tidak boleh menghilangkan rasa manusiawi.
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Bola Internasional Lainnya Hanya di INDOSPORT