Timnas Jepang dan Cerita 'Hantu' Negeri Sakura Pengantar Mimpi Buruk ke Piala Asia 1992
FOOTBALL265.COM - Piala Asia 2019 menjadi salah satu momen akbar bagi sepak bola Asia. Terpilih sebagai tuan rumah, Uni Emirates Arab nyatanya tak mampu memboyong kemenangan di laga pembuka usai berhasil ditahan imbang oleh Bahrain 1-1.
Sejumlah pertemuan antar negara di Asia cukup diantisipasi oleh para pencinta sepak bola. Dan Jepang menjadi salah satu tim yang paling ditunggu tajinya di lapangan hijau dalam mengarungi turnamen kali ini.
Timnas Jepang punya catatan perjalanan yang cukup panjang dalam perhelatan mereka di sepak bola internasional, terutama Piala Asia. Tak mengherankan jika Jepang menjadi tim yang cukup disegani oleh negara-negara satu benuanya.
Namun, Jepang muncul sebagai 'hantu' menakutkan bagi negara-negara di Asia juga tak terjadi dalam waktu sekejap. Jatuh bangun timnas berjuluk Samurai Biru untuk mengukir label 'mimpi buruk' bagi lawan-lawan mereka pun patut diacungi jempol.
Lantas bagaimana Jepang meniti langkah mereka menjadi tim yang cukup ditakuti di Asia? Mari kita mulai bernostalgia kembali ke perhelatan Piala Asia 1992, di mana Jepang terbangun dari tidur panjang dan menjadi momok bagi sejumlah negara lawan.
1. Mengawali Piala Asia 1992 dengan Keresahan
Tahun 1992, Jepang pun ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Asia. Tiga stadion besar di Hiroshima kala itu digunakan untuk menjamu delapan negara, yang dibagi menjadi dua grup di ajang sepak bola terbesar di Asia itu.
Jepang membuka laga dengan hasil yang mengundang kecemasan untuk masyarakatnya sendiri.
Mereka harus berhadapan dengan Uni Emirat Arab, raksasa Asia lainnya yang pernah ambil bagian di partai final Piala Dunia 1990. Berhadapan dengan Uni Emirat Arab di Bingo Sports Park, Onomichi, pertandingan pun berakhir dengan skor 0-0.
Melawan Korea Utara pun, Jepang masih terus dibuat khawatir. Pasalnya, sejak babak pertama dalam pertandingan tersebut, belum ada angka yang tercipta sama sekali dari Jepang maupun Korea Utara.
Tendangan Kim Gwang Minza di babak kedua membawa Korea Utara unggul dari Jepang. Namun keriuhan dari 32.000 pendukung Jepang pun akhirnya pecah usai 10 menit kemudian, di mana Masahi Nakayama menjebol gawang lawan. Skor akhir pun menjadi 1-1.
Hasil imbang tersebut pun menyelamatkan Jepang. Kepercayaan diri akhirnya tumbuh perlahan dan semakin menguat. Mereka melangkah dengan rasa nyaman menghadapi perlawanan selanjutnya.
2. Laga Paling Dramatis di Piala Asia 1992
Di laga pamungkas grup, Jepang pun harus melawan Iran. Laga yang dihelat di Big Arch Stadium pun dipenuhi gemuruh pendukung Jepang. Iran yang semula diekspetasikan tampil gemilang justru sebaliknya.
Permainan mereka membuka begitu banyak celah yang mampu disusupi pemain Jepang. Tsuyoshi Kitazawa dan Masahi Nakayama menjadi momok menakutkan bagi pemain Iran.
Satu angka akhirnya tercipta usai Kazuyoshi Miura berhasil membobol pertahanan Iran. Hal itu menjadikan Kazuyoshi sebagai legenda besar sepak bola Jepang.
Laga paling dramatis di Piala Asia 1992 tersebut pun berakhir dengan kemenangan Jepang. Kemenangan itu membuat Jepang lolos sebagai jawara grup, ditemani Unie Emirate Arab.
3. Sandang Julukan 'Pemenang yang Datang Terlambat'
Berhadapan dengan China di partai semifinal menjadi suatu hal yang cukup berat untuk Jepang pasca euforia kemenangan mereka atas Iran untuk lolos dari grup.
Terlebih saat China membuahkan gol lewat tendangan Xie Yuxin di menit pertama pertandingan, yang mana cukup menjadi pukulan telak untuk skuat Jepang. Pelatih timnas Jepang kala itu, Hans Ooft asal Belanda pun otomatis langsung memutar otak.
Masahiro Fukuda pun nyatanya berhasil membawa rasa percaya diri Jepang kembali dengan mencetak gol di menit ke-48. Gol lainnya pun disusul oleh Tsuyoshi Kitazawa yang berhasil melewati penjagaan ketat bek timnas China di menit ke-57.
Di menit ke-70, China belum menghentikan perlawanan mereka. Gol Li Xiao menyamakan kedudukan China dengan Jepang.
Tapi memang Jepang pantas dijuluki 'Pemenang yang Datang Terlambat'. Angka tercipta lewat gol yang dilesakkan oleh Masashi Nakayama di menit ke-84, membuat Jepang menang atas China dengan skor 3-2.
Gemuruh dukungan 15.000 penduduk Jepang pun memenuhi Stadion Hiroshima, sekaligus mengantar timnas kebanggaan mereka berhadapan dengan juara bertahan Arab Saudi di partai final Piala Asia 1992.
4. Akhir Perjalanan Negeri Sakura di Piala Asia 1992
Partai final melawan Arab Saudi menjadi puncak kepercayaan diri tertinggi yang dimiliki oleh Jepang. Hal itu menjadi tugas yang begitu berat bagi Arab untuk mempertahankan gelar mereka di ajang tersebut.
Bermain di hadapan 60,000 penonton, Jepang bermain dengan begitu nyaman. Kepercayaan diri tersebut sudah tampak sejak awal pertandingan.
Jepang tampil mendominasi permainan di hadapan Arab. Lawan mereka seolah tenggelam dalam kehadiran puluhan ribu pendukung Jepang yang ada di Stadion Hiroshima Big Arch kala itu.
Tekanan demi tekanan diterima oleh Arab usai Takuya Takagi menjebol gawang lawan mereka di menit ke-36. Tak ada pemain Arab yang mampu menahan kekuatan Jepang yang semakin kalap.
Tak ada perubahan berarti di babak kedua. Arab seperti kehabisan tenaga untuk kembali menciptakan kesempatan dan merubah nasib. Namun sampai peluit akhirnya berbunyi, Arab tak bergeming.
Jepang pun keluar sebagai juara di ajang Piala Asia 1992. Raihan gelar tersebut menjadi titik balik sepak bola Jepang. Kompetisi J-League akhirnya hadir pada 1993 silam usai momen kemenangan tersebut.
Kehadiran J-League pun membuat sepak bola Jepang berkembang semakin besar, baik dari segi permainan maupun kekuatan. Jepang berhasil menjadi 'hantu' yang bangkit menawarkan mimpi buruk bagi negara-negara lawan mereka di tingkat Asia.
Terus Ikuti Perkembangan Sepak Bola Seputar Bola Internasional Hanya di FOOTBALL265.COM