x

Bisa 2 Kali Dihukum Seumur Hidup karena Match Fixing, Justinus Lhaksana: Dagelan Memang PSSI Ini

Rabu, 9 Januari 2019 15:08 WIB
Editor: Coro Mountana

FOOTBALL265.COM – Sepak terjang dari Satgas Anti Mafia Bola semakin menunjukan tajinya dengan penangkapan dari sejumlah tersangka ataupun terduga dari kasus match fixing. Terlepas dari apa yang dilakukan oleh Satgas Anti Mafia Bola, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pun mulai menunjukan langkah yang sinergi dengan kepolisian.

Sejumlah pihak yang ditahan oleh Satgas Anti Mafia Bola seperti Johar Lin Eng, Prijanto, Anik Yuni Artika Sari, Dwi Irianto, hingga Nurul Safarid sedang diproses oleh Komdis PSSI untuk dilihat kesalahannya. Tak hanya mereka yang tengah ditahan polisi, orang-orang yang tidak atau belum ditahan pun bahkan beberapa sudah diberi sanksi.

Baca Juga

Yang terbaru adalah Vigit Waluyo yang namanya terus menghiasi pemberitaan utama di sejumlah media olahraga dengan berbagai platform-nya. Vigit Waluyo diputuskan untuk dihukum oleh Komdis PSSI dengan sanksi seumur hidup.

Meski begitu, ada banyak pihak yang menganggap hukuman seumur hidup ini perlu dikawal apakah memang seperti itu hukumannya? Tak terkecuali oleh Justinus Lhaksana yang pernah menangani Timnas futsal Indonesia dan saat ini menjadi pengamat sepak bola di Indonesia.

Baca Juga

“Contohnya si Bambang Suryo juga pernah kena larangan seumur hidup tapi tetap bisa jadi manajer, dagelan memang PSSI ini. Kalau larangan seumur hidup yah sampai dia mati tidak boleh aktif lagi, ini malah secara legal bisa jadi manajer klub (Persekam Metro FC) di bawah PSSI,” ungkap Justin melalui layanan pesan singkat kepada INDOSPORT.


1. Membandingkan Penanganan Match Fixing di Indonesia dengan Eropa

Bambang Suryo, eks runner (penghubung bandar dgn tim utk melakukan match fixing)

Sekadar informasi, Bambang Suryo sebelumnya sudah pernah mendapatkan sanksi seumur hidup pada tahun 2015 lalu. Namun secara ajaib, Bambang Suryo dapat menjadi manajer Metro FC hingga akhirnya kembali mendapatkan sanksi larangan seumur hidup lagi untuk yang kedua kalinya.

Baca Juga

Tentu sanksi seumur hidup yang sudah dijatuhkan kepada sejumlah orang akibat match fixing perlu dikawal agar tidak terjadi penyelewengan. Lebih lanjut Justin secara gambling menyebut perbandingan akan penanganan match fixing di Indonesia dengan Eropa terutama Belanda tak jauh berbeda asalkan, PSSI tetap tidak ikut campur.

“KNVB (Federasi Sepak Bola Belanda) tidak ikut campur lagi soal match fixing disana, itu sudah masuk ranah polisi dan Interpol kalau di Eropa.” tutupnya.

Terus Ikuti Berita Sepak Bola Seputar Liga Indonesia dan Berita Olahraga Lainnya di FOOTBALL265.COM.