Lika-liku Stadion Baru Persija Jakarta, Bukan Alkisah Roro Jonggrang
FOOTBALL265.COM – Jika ada yang berat selain rindu, sabar adalah jawabnya. Pendukung klub sepak bola Indonesia Persija Jakarta, Jakmania, telah melakukannya sejak dahulu saat memperjuangkan stadion baru.
Memang, punya stadion baru bukanlah seperti kisah Roro Jonggrang yang membangun seribu candi hanya dalam waktu semalam, atau seperti legenda Sangkuriang yang menendang perahu hingga menjadi gunung.
Tidak, membangun stadion tidak secepat itu. Ada liku-liku yang terus beradu dengan permasalahan hukum, finansial, dan sosial.
Keinginan untuk segera memiliki stadion tidak jarang membuat Jakmania mulai putus harapan. Merantau ke sana-ke mari lama-lama menjadi biang keladi merosotnya prestasi Macan Kemayoran.
Persija Jakarta punya harapan pada musim 2017 lalu di bawah komando juru selamat Gede Widiade. Klub yang berdiri 28 November 1928 ini dibawa kembali dekat ke Jakarta meski melipir sedikit ke Bekasi.
Pada Liga 1 2018 lalu, Persija Jakarta kembali ke Stadion Gelora Bung Karno. Persija Jakarta merasakan mahkota juara dan berpesta pora di Jakarta setelah 18 tahun lamanya puasa gelar.
Harapan untuk kian berjaya semakin terasa setelah di era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pembangunan stadion di kawasan taman Bersih, Manusiawi, dan Berwibawa (BMW), Sunter mulai kembali menemui titik terang.
Lika-liku pembangunannya rumit, makanya Jakmania punya pekerjaan berat untuk bersabar. Apa yang menyebabkan stadion yang mirip nama merk mobil (padahal bukan) terus bermasalah?
1. Sengketa Lahan hingga Permasalahan Modal
Tanah seluas 5 hektare di kawasan eks Taman BMW, Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta itu bak mainan anak kecil yang terus diperebutkan.
Seiring bergantinya tampuk kepemimpinan, pembebasan lahan menjadi permasalahan yang tak kunjung usai. Di era Joko Widodo, masalah sengketa tanah diklaim telah usai setelah 14 tahun lamanya meski akhirnya Pemprov DKI digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Pemprov DKI sempat kalah di PTUN oleh PT Buana Permata Hijau (BPH). PTUN membatalkan Sertifikat No. 250 dan 251 atas nama Pemprov DKI Jakarta.
Akan tetapi, Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Djarot Syaiful Hidayat keukeuh memperjuangkan sengketa lahan BMW.
Counter attack dilancarkan oleh Pemprov DKI dan berbuah gol kemenangan banding atas status dua sertifikat di lahan Taman BMW yang dimiliki PT BPH.
Sengketa tersebut tak heran memakan waktu sehingga membuat rencana pembangunan stadion baru Persija Jakarta terhambat.
Itu baru masalah hukum, belum soal duit. Di era Anies Baswedan, pembangunan stadion terkendala permodalan.
PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pengelola yang menggarap proyek senilai Rp5 triliun ini sempat kebingungan lantaran belum ada kepastian dana. Walhasil, mundur lagi, mundur lagi.
2. Rencana Selesai 2017, Dibangun 2018
Usaha keras itu tidak akan mengkhianati hasil. Pembangunan stadion baru Persija Jakarta menemui titik terang setelah DPRD DKI Jakarta menyetujui anggaran pembangunan stadion sebesar Rp900 miliar, naik dari sebelumnya Rp400 miliar.
Kini, stadion yang rencananya berkapasitas 50 ribu penonton dan selesai 2022 ini siap dibangun dan akan dilakukan prosesi peletakan batu pertama Kamis (14/03/19) oleh Anies Baswedan dan disaksikan perwakilan Jakmania.
Meski nanti diurus dari tangan Pemprov dan tidak dimiliki sendiri oleh Persija Jakarta, stadion baru ini adalah cita-cita yang sejak lama ada di angan-angan masyarakat pencinta bal-balan ibu kota.
Stadion baru Persija Jakarta dibangun dengan modal kesabaran dan perjuangan berdarah yang telah mengharapkan Persija Jakarta tidak lagi lelah mengungsi atau sakit tergusur.
Apapun namanya nanti, stadion baru Persija Jakarta yang dulunya direncanakan selesai (selesai loh bukan dibangun) tahun 2017 ini bisa menjadi ikon dan representasi warga DKI Jakarta yang bersih, manusiawi, dan berwibawa serta tak lupa sabar menolak menyerah.
Ikuti Terus Berita Sepak Bola Liga Indonesia dan Olahraga Lainnya di FOOTBALL265.COM