x

Analisis Pola Permainan Vietnam yang Bisa Dicontoh Timnas Indonesia U-23

Rabu, 27 Maret 2019 14:04 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
Pelatih Timnas Vietnam U 23 (Park Hang Seo)dan Pelatih timnas Indonesia U23(Indra Sjafri).

FOOTBALL265.COM – Timnas sepak bola Indonesia U-23 tampaknya memang harus bisa belajar dari Vietnam, tentang mengejar gelar juara hingga cara bermain bal-balan yang baik dan benar pasca tersingkir dari Kualifikasi Piala Asia U-23 2020, Rabu (27/03/19).

Pertandingan melawan Vietnam U-23 pada laga pamungkas kualifikasi Piala Asia U-23 2020 Grup K, Minggu (24/03/19), jelas membuat mata pencinta sepak bola Indonesia terbuka, bahwa Timnas Indonesia masih perlu banyak belajar.

Gelar juara Piala AFF U-22 2019 memang sebuah prestasi. Akan tetapi, prestasi tersebut hanya tinggal trofi yang sepi di dalam lemari sunyi, indah dikenang pahit di kening.

Baca Juga
Pelatih timnas U-22 Indonesia, Indra Sjafri dalam jumpa pers

Pahit di kening sebab anak asuh Indra Sjafri kembali terpuruk usai meraih juara. Hingar-bingar dan pesta pora yang meski sebentar tampak berdampak besar.

Tetapi ya sudahlah, toh semua telah terjadi dan kita hanya bisa mengambil hikmahnya. Indra Sjafri juga telah nrimo dan punya titipan yang tidak kalah penting.

"Selepas ini pemain kembali ke klub. Tentu kami berharap mereka akan main reguler di kompetisi nanti," ucap Indra Sjfari selepas laga melawan Brunei, Selasa (26/03/19).

Jejak langkah di Vietnam jelas begitu membekas. Timnas Indonesia U-23 tidak pulang dengan kekalahan, tetapi juga membawa buah tangan pelajaran dari Park Hang-seo yang dijadikan bekal di hari kemudian.


1. Kunci Permainan Vietnam

Pelatih Timnas Vietnam, Park Hang-seo

Tidak ada yang lebih arif dari Park Hang-seo. Timnas Indonesia U-23 patut berterima kasih karena mantan asisten Guus Hiddink di Piala Dunia 2002 itu begitu serius menghadapi Garuda Muda.

Vietnam menunjukkan permainan yang atraktif sehingga Timnas Indonesia U-23 bisa belajar, terutama untuk sabar dan banyak main dari kaki ke kaki.

Soal sabar, Vietnam mampu meredam nafsu untuk tidak melakukan pelanggaran yang tidak perlu, berbeda dengan Timnas Indonesia yang melakukan kesalahan tidak penting, termasuk dua kartu merah yang didapatkan Marinus Wanewar dan kiper Muhamad Riyandi.

Bicara permainan, Vietnam kerap mengawali serangan dari sisi kiri. Skuat The Golden Star muda banyak mencetak gol lewat skema permainan terbuka dengan Nguyen Quang Hai sebagai porosnya.

Kapten Timnas Vietnam U-23, Ngyuen Quang Hai.
Baca Juga
Terpantau tiga gol Vietnam ke gawang Brunei berawal dari pergerakan fullback Do Thanh Tinh di sisi kiri, sementara tiga gol sisanya berasal dari dua penalti dan permainan terbuka di kotak penalti.

Pergerakan di sisi kiri tidak melulu di akhiri umpan lambung. Terkadang bola diarahkan ke kotak penalti lewat cut-inside menyusur tanah yang disambut pemain dari lini kedua.

Build up serangan Vietnam dilakukan dari bawah lewat umpan pendek. Nguyen Quang Hai kerap turun menjemput bola dan mengalirkannya ke depan, bisa dilihat ia sering menusuk ke ke kotak penalti dan melepaskan umpan pendek.

Park Hang-seo mampu memaksimalkan bintang sekelas Nguyen Quang Hai. Hal serupa gagal dipertunjukkan Indra Sjafri ketika membawa Egy Maulana Vikri ke Timnas Indonesia U-23.

Rasanya seperti tidak ada yang spesial. Umpan-umpan magis ala Andres Iniesta kadang muncul dari kaki Egy Maulana Vikri meski, ya, hanya sesekali.


2. Belajar dari Park Hang-seo

Skuat Timnas Indonesia U-23 saat menghadapi Vietnam.

Soal strategi, Park Hang-seo punya taktik yang adaptif. Ketika menghadapi Timnas Indonesia U-23, ia berani mengambil keputusan memainkan formasi 3-4-3 dari 4-3-3 pada akhir babak kedua untuk memaksakan gol.

Pada menit ke-80, Park Hang-seo melakukan pergantian taktik lewat secarik kertas yang dititipkan kepada striker Tranh Danh Trung yang baru masuk.

Vietnam bermain dengan formasi 3-4-3

Nguyen Quang Hai yang menerimanya lantas menerjemahkan strategi itu di atas lapangan. Ia diminta lebih bermain ke depan di belakang striker Ha Duch Chinh.

Tekanan ke pertahanan Timnas Indonesia U-23 berbuah sepak sudut. Voila, Vietnam mencetak gol pada menit ke-94 lewat sundulan kepala dan menang dengan skor 1-0.

Baca Juga

Selama ini, Vietnam selalu bisa unggul cepat melawan Brunei dan Thailand. Strategi yang adaptif diterapkan Park Hang-seo jika memang perlu dan situasi sedang tidak berada dalam skema yang ia harapkan sebelumnya.

Indra Sjafri hanya kurang punya kontra strategi bila taktiknya tidak berjalan lancar. Banyaknya pilihan pemain selayaknya bisa didukung dengan variasi taktik.

Memasukkan Dimas Drajat dan menduetkannya dengan Marinus Wanewar sempat menjadi salah kontra strategi Indra Sjafri ketika tertinggal. Namun demikian, hal tersebut belumlah cukup.

Soal mengejar gelar, Vietnam mengajarkan soal prestasi yang tidak melulu soal pelatih mahal dan naturalisasi. Park Hang-seo yang tidak seberapa mahal dibandingkan Luis Milla bisa menghadirkan runner-up Piala Asia U-23 2018, (untuk pertama kalinya) semifinal Asian Games 2018, dan juara Piala AFF 2018 (kedua dalam sejarah).

Perayaan juara Vietnam di Piala AFF 2018

Vietnam mengajarkan kita ekskalasi yang menakjubkan dengan bermodal kesabaran dan ilmu telaten. Strategi di lapangan bisa dipelajari, tetapi ilmu sabar itu susah dipelajari jika yang cari proses instan dan asal jadi.

Beri Indra Sjafri waktu sebab setelah ini masih ada SEA Games 2019 Filipina. Timnas Indonesia U-23 akan bertemu Vietnam dan Thailand lagi.

Semoga kita benar-benar belajar. Ketika bertemu Vietnam nanti, kita tidak lagi terjebak pusaran permainan yang sama dan kembali meraih kegagalan. Jangan sampai.

Ikuti Terus Berita Sepak Bola Indonesia dan Olahraga Lainnya di FOOTBALL265.COM

Indra SjafriVietnamTimnas Indonesia U-23In Depth SportsBola InternasionalPark Hang SeoKualifikasi Piala Asia U-23 2020Bola Indonesia

Berita Terkini