VAR, Kerugian Persija, dan Sebuah Polemik di Sepak Bola Indonesia
FOOTBALL265.COM – Gaung Video Assistant Referee (VAR) kembali bergemuruh usai Persija Jakarta kalah dari Kalteng Putra di 8 besar Piala Presiden 2019, Kamis (28/03/19), di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi.
Persija Jakarta merasa dirugikan dengan gol Patrich Wanggai pada menit ke-55. Wanggai dianggap menyambut umpan sepak pojok dengan tangan dan berhasil masuk ke gawang Persija Jakarta.
Wasit Thoriq Alkatiri mengesahkan aksi gol tangan Tuhan dari Wanggai. Ia tetap tak bergeming meski mendapat protes keras dari para pemain Persija Jakarta.
Seusai laga, pelatih Persija Kakarta, Ivan Kolev angkat bicara. Ia telah menanyakan keputusan wasit, namun sang pengadil lapangan tak memberi jawaban yang memuaskan.
"Susah karena memang tentu sakitlah kalau kalah seperti ini. Saya tadi tanya wasitnya, kenapa itu? I dont see, dia bilang, saya tidak lihat itu," jelas Kolev.
Peristiwa ini kembali melecutkan gagasan penggunaan VAR di kompetisi sepak bola Indonesia. Kejadian semacam ini tentu bisa diatas dengan adanya VAR.
Namun demikian, mewujudkan kehadiran masih sebatas angan-angan. Kenapa? Wong PT Liga Indonesia Baru (LIB) masih sibuk mencari sponsor untuk menggulirkan liga.
Ngomong-ngomong, Persija Jakarta pernah mengalami hal serupa dengan kebobolan lewat gol yang berbau tangan Tuhan. Peristiwa tersebut terjadi pada putaran pertama Liga 1 2018 lalu.
1. Karma Persija?
Pekan ke-9 Liga 1 2018 mempertemukan Persela Lamongan vs Persija Jakarta. Laga yang berlangsung di Stadion Surajaya, Lamongan tersebut berakhir dengan skor 2-0 untuk keunggulan Laskar Joko Tingkir.
Persija Jakarta kalah dengan tragis. Mereka sebenarnya banyak mendapatkan peluang. Namun demikian, konsentrasi anak asuh Stefano ‘Teco’ Cugurra buyar setelah gol Diego Assis pada menit ke-83.
Diego Assis menerima umpan terobosan lambung dari Saddil Ramdani. Tanpa pengawalan, ia berduel dengan kiper Shahar Ginanjar sambil melakukan tendangan salto.
Percobaannya gagal, akan tetapi bola liar yang mengenai mistar langsung disambar oleh Diego Assis yang dicurigai memasukkan bola dengan tangan.
Para pemain Persija Jakarta langsung mengerubungi wasit Annas Apriliandi. Akan tetapi, ia tidak mengubah keputusannya dan tetap mengesahkan gol tersebut.
Setelah pertandingan usai, Teco ‘ngamuk’. Pelatih asal Brasil ini menilai Diego Assis mencetak gol dengan menggunakan tangannya.
"Sebenarnya kedua tim sudah bermain bagus, mulai babak pertama kita sudah saling menyerang, tapi gol di menit akhir babak kedua tadi saya lihat menggunakan tangan," ujar Teco.
"Siapa yang tidak kecewa dengan gol pakai tangan, ini pertandingan yang dilakukan pemain. Bukan main playstation, pemain juga punya emosi."
Ya, setelah itu, peristiwa ini seperti tidak membuahkan evaluasi. PT LIB kala itu lebih memilih menyerahkan keputusan kepada Komite Wasit tanpa ada solusi konkret.
2. Wajib Pakai VAR!
Dorongan untuk menggunakan VAR di kasta tertinggi sepak bola Indonesia kian santer. Dorongan paling kuat disampaikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi.
Imam bahkan mewajibkan gelaran Liga 1 2019 harus menggunakan VAR. Bukan lagi dianjurkan, tetapi wajib! Artinya, pokoknya harus.
“Mengenai VAR saya kira itu hal yang wajib untuk diterapkan, bukan lagi dianjurkan apalagi di liga profesional,” kata Imam Nahrawi di Indramayu, Sabtu (23/03/19), seperti dilansir dari situs berita olahraga Antara.
“Saya melihat secara langsung bahwa VAR itu membantu bagi wasit menegakkan disiplin di lapangan yang tanpa kontroversi, protes, kecurigaan, dan kegaduhan.”
Keberadaan VAR juga dinilai bisa meminimalkan adanya kecurangan yang dilakukan oleh wasit dan membantu kinerja pengadil lapangan.
Imam bahkan menyinggung kalau Liga 1 sudah ‘ketinggalan’ dari liga amatir. Ia memberi bukti jika penggunaan VAR sudah berjalan di kompetisi sepak bola liga amatir Bandung Premier League dan Piala Menpora berjenjang.
Sementara itu, Ketua Komite Kompetisi, Yunus Nusi telah memberikan rekomendasi kepada PT LIB terkait penggunakan VAR. Ia mengatakan, PSSI telah setuju dengan penggunaan VAR di kompetisi sepak bola Indonesia.
"Bahkan tidak hanya untuk Liga 1 saja, VAR nanti juga bisa untuk Liga 2. Federasi sangat mendukung penggunaan teknologi itu di kompetisi," tegas Yunus kepada INDOSPORT, Selasa (19/3/19).
Yunus turut mengimbau agar PT LIB segera menyiapkan Sumber Daya Manusia untuk pengoperasian VAR. Komunikasi terus dilakukan, tetapi tanda-tanda wacana penggunaan VAR belum terlihat hilalnya.
Menghadirkan VAR tentu tidak asal bim salabim abra kadabra. Butuh dana yang tidak sedikit di tengah kesulitan PT LIB mencari sponsor dan penunggakan hadiah kepada klub.
3. Realistis
Penggunaan VAR tidak selalu disambut dengan hangat. Ada pula yang pesimistis VAR bisa hadir di kompetisi sepak bola Indonesia.
Direktur Bagian Olahraga ANTV, Reva Deddy Utama pesimistis sekaligus realistis VAR bisa diterapkan di Indonesia. ia menganggap teknologi dan infrastruktur di Indonesia belum memadai.
“Pakai VAR itu diperlukan sekurangnya 20 kamera dalam satu pertandingan. Stadion di Indonesia memasang 8 kamera saja sudah sulit,” ujar Deddy seperti dikutip dari Tirto.
“VAR juga menuntut kamerawan dengan kemampuan yang bagus. Kamerawan kita belum bisa mengoperasikan kamera secara detail seperti di World Cup sekarang.”
Sementara itu, biaya penggunaan VAR juga tidak murah. Presiden LaLiga Spanyol, Javier Tebas membeberkan biaya penggunaan VAR bisa mencapai 420.000 poundsterling (Rp8 miliar) untuk satu stadion.
Di kompetisi sepak bola Eropa, VAR idealnya dipasang dipasang di 280 stadion. Biaya yang dibutuhkan sekitar 118 juta poundsterling (Rp2 triliun) untuk kontrak 3 tahun.
Polemik VAR balik lagi ke tangan PT LIB. Mereka tentu yang lebih tahu soal internal keuangan mereka untuk menghadirkan VAR.
Jangan sampai VAR justru membuat gelaran liga tersendat-sendat. Menurut pecinta sepak bola Indonesia yang budiman, sudah perlukah VAR hadir di Indonesia?
Ikuti Terus Berita Sepak Bola Indonesia dan Olahraga Lainnya di FOOTBALL265.COM