Menolak Lupa, Ketika Gol Persib 2 Tahun Lalu Berbeda Nasib dengan Milik Simic
FOOTBALL265.COM – Pertandingan antara Persija Jakarta vs Persib Bandung pada pekan ke-8 Shopee Liga 1 2019, Rabu (11/07/19), di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, menyisakan sebuah cerita.
Laga yang berakhir dengan skor 1-1 itu berlangsung damai dan tenteram. Intrik-intrik kecil seperti kartu merah Novri Setiawan hanyalah setitik drama yang tidak bisa merusak kerukunan suasana usai pertandingan Persija Jakarta vs Persib Bandung.
Momen duka juga sedikit menyelimuti tatkala kiper Persib Bandung, Muhammad Natsir, harus dilarikan ke rumah sakit akibat benturan keras dengan Bruno Matos. M. Natshir menderita patah tulang kering (fibula dan tibia) yang membuatnya terancam absen lama.
"Sayangnya dia mengalami fraktur di tulang keringnya dan itu menjadi cedera yang serius, itu harus dioperasi dan dirinya akan absen dalam waktu yang lama karena cedera yang serius," kata pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts, seusai pertandingan.
Insiden yang dialami M. Natshir memang terasa menyedihkan. Namun demikian, ada kejadian yang tidak kalah menyesakkan pada pertandingan Persija Jakarta vs Persib Bandung kemarin.
Ini adalah permasalahan yang masih diperdebatkan di media sosial oleh mereka yang tidak puas dengan keputusan wasit, yakni gol sundulan Marko Simic pada menit ke-75.
Gol tersebut sempat menuai protes para pemain Persib Bandung lantaran bola yang mengenai mistar dan menyentuh tanah itu dianggap belum melewati garis gawang.
Media sosial lantas bekerja sebagai mana mestinya laksana suara hati rakyat untuk menilai dan berusaha menduga-duga. Beberapa beranggapan, bola belum melewati garis gawang, tapi tak sedikit juga yang menilai itu adalah gol yang sah setuju dengan keputusan sang pengadil.
Bagi mereka yang menganggap tidak sah, menilai kalaupun bola lewat setengah atau kurang seperempat saja dari garis gawang, belumlah dapat dianggap sebagai gol. Wasit Fariq Hitaba yang memimpin pertandingan lantas menjadi kambing hitam bagi mereka yang menganggap keputusan sang pengadil keliru.
Ketegasan wasit Fariq Hitaba yang mencabut 7 kartu kuning dan 1 kartu merah sirna tatkala dianggap kurang jeli mengamati bola. Namun apa boleh dikata, wasit telah mengesahkannya sebagai gol dan pemain wajib mematuhinya.
Sekali lagi, kejadian ini masih dapat diperdebatkan secara dialektika tapi tentu tidak akan mengubah hasil keputusan wasit yang mengesahkan gol. Di sisi lain, ini dapat menjadi pelajaran bersama tentang urgensi goal line technology dan Video Assistant Referee (VAR).
Tapi tampaknya itu masih menemui jalan panjang karena alat komunikasi wasit saja masih berat untuk dihadirkan di musim ketiga Liga 1. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah bersama, terutama PSSI untuk lekas berbenah agar tak ada lagi yang tersakiti di atas lapangan.
1. Menolak Lupa
Gol Marko Simic ke gawang Persib Bandung, Rabu (11/07/19), memang masih menjadi perdebatan. Gol dari Simic tersebut pun secara tidak langsung telah membuka luka lama bagi Bobotoh yang mengingat ketika gol Persib dengan situasi hampir mirip dianggap tidak sah oleh wasit.
Masih hangat dalam benak pencinta sepak bola Indonesia tatkala gol sundulan Ezechiel N’Douassel ke gawang Andritany Ardhiyasa tidak dianggap masuk oleh wasit asal Australia Shaun Evans pada gelaran Liga 1 2017, Jumat (03/11/17), di Stadion Manahan, Solo.
Dalam tayangan ulang, bola telah jelas-jelas menerpa jaring atas gawang sebelum kembali keluar dan diselamatkan oleh Andritany. Ezechiel sudah kadung selebrasi, namun pertandingan tetap berjalan.
Para pemain Persib Bandung jelas melayangkan protes. Persib Bandung pada akhirnya kalah 0-1 setelah Bruno Lopes mencetak gol di menit ke-75 melalui titik putih.
Sampai sekarang, kejadian itu masih menjadi luka bagi Bobotoh. Tidak heran, Bobotoh mengaitkan gol tak dianggap dari Ezechiel itu dengan gol Simic kemarin di media sosial.
Pada akhirnya jelas ada perbedaan nasib di antara gol Simic dengan N'Douassel yang jelas-jelas sudah menyentuh jaring gawang. Nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terlanjur terjadi, kembali andai ada teknologi goal line technology atau VAR mungkin kesenjangan nasib itu tak akan terjadi.