Van Dijk 'Korban PHP', Bagaimana Cara FIFA Tentukan Pemain Terbaik?
FOOTBALL265.COM - Sembilan gelar terbaik diberikan dalam acara pengharagaan FIFA The Best 2019 yang digelar di kota Milan, Selasa (24/09/19) waktu setempat.
Berlangsung di Teatro all Scala, Milan, acara penghargaan FIFA The Best 2019 yang dipandu Ilaria D'Amico dan Ruud Gullit sebagai pembawa acara menghadirkan beberapa nama keluar sebagai yang terbaik.
Salah satu yang paling jadi sorotan tentu saja penentuan FIFA The Best 2019. Pada kategori ini dua penghargaan pemain terbaik diberikan.
Masing-masing kepada Lionel Messi sebagai pemain terbaik pria dan Megan Rapinoe di kategori wanita.
Untuk kategori pria, Messi menyisihkan Cristiano Ronaldo dan Virgil Van Dijk. Buat Messi penghargaan Pemain Terbaik FIFA 2019 ini menjadi yang pertama kalinya setelah dua kali menjadi runner-up di tahun 2016 dan 2017 lalu.
Pemilihan Messi pun mengundang pro kontra. Banyak pihak yang menganggap Virgil Van Dijk lebih pantas untuk menerimanya.
Bek Liverpool, Virgil Van Dijk, menjadi favorit kuat meraih penghargaan Pemain Terbaik FIFA 2019. Alasannya, ia memegang peranan penting dalam sukses Liverpool menjuarai Liga Champions 2018/19.
Di liga pun Van Dijk menjadikan Liverpool sebagai klub dengan pertahanan terbaik. Sayang, dengan 97 poin, Liverpool masih tetap gagal juara.
Tak hanya itu, Van Dijk juga membawa Timnas Belanda ke final UEFA Nations League. Atas prestasi ini, Van Dijk bahkan dinobatkan menjadi Pemain Terbaik UEFA mengalahkan Messi dan Ronaldo.
Lalu, mengapa dalam kategori FIFA (dunia) Van Dijk bisa kalah dari Messi? Padahal Messi gagal di Copa America dan tak mampu membawa klubnya berjaya di Eropa.
FIFA The Best
Pada tahun 2016 FIFA menciptakan penghargaan baru bertajuk Pemain Terbaik FIFA (The Best Football Award). Penghargaan ini diadakan dengan tujuan membangkitkan kembali FIFA World Player of The Year yang pada 2010 menyatu ke dalam penghargaan Ballon d'Or dari France Football.
Pada 2016 Ballon d'Or kembali menjadi milik majalah France Football setelah kontrak dengan FIFA habis.
FIFA The Best sendiri memiliki perbedaan dari penghargaan-penghargaan sebelumnya. Pada penghargaan ini ada pula kategori untuk pemain sepak bola putri.
Cristiano Ronaldo memenangi penghargaan untuk kategori pemain pria terbaik FIFA tahun 2016 dan 2017. Kemudian pada tahun 2018 ada gelandang Kroasia, Luka Modric, yang memenanginya.
Pada edisi 2019 ini giliran Leo Messi yang keluar sebagai pemenang. Sekadar informasi, para pemenang FIFA The Best kategori pemain pria terbaik di tiga edisi sebelumnya selalu memenangi Ballon d'Or.
Bagaimana cara FIFA menentukan pemain terbaik versi mereka?
Penghargaan FIFA The Best menggunakan sistem voting. Voting ini tersebar ke dalam empat kelompok, yakni pelatih-pelatih tim nasional, kapten-kapten tim nasional, jurnalis-jurnalis terpilih, dan juga fans.
Fans sendiri memegang 25 persen distribusi suara. FIFA menyediakan alat untuk voting bagi para fans di situs resmi.
Sementara 75 persen lainnya didapat dari suara pelatih-pelatih tim nasional, kapten-kapten tim nasional, dan jurnalis-jurnalis terpilih dari seluruh negara anggota FIFA.
FIFA sendiri hanya bertugas untuk menentukan tiga pemain atau pelatih terbaik di tiap kategori. Sisanya diserahkan kepada para pemilik suara.
Tentu saja dengan sistem ini output yang dihasilkan bisa subjektif. Apalagi FIFA memasukan 25 persen kontribusi suara dari fans. Maka tak heran jika penghargaan pemain terbaik UEFA, Ballon d'Or, dan FIFA bisa berbeda.
Sebetulnya sistem yang dipakai FIFA ini lebih 'adil' jika dibandingkan dengan cara yang digunakan oleh majalah France Football dalam menentukan peraih Ballon d'Or.
Untuk mementukan peraih Ballon d'Or (sebelum menyatu dengan FIFA tahun 2010), France Football hanya menggunakan voting dari para wartawan. Pada 2006 ada 56 wartawan yang dipilih sebelum akhirnya bertambah menjadi 96 wartawan.