3 Pekerjaan Berat yang Menanti Iwan Bule Sebagai Ketua Umum PSSI
FOOTBALL265.COM - Ketua Umum PSSI yang baru, Mochamad Iriawan atau Iwan Bule mempunyai tiga pekerjaan rumah besar untuk segera dibenahi dalam sepak bola Indonesia.
Mochamad Irawan alias Iwan Bule resmi terpilih sebagai Ketua Umum PSSI yang baru, untuk periode 2019-2023 melalui Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar di Hotel Shangrila, Jakarta pada Sabtu (02/11/19) siang WIB.
Mantan Kapolda Jawa Barat itu menang telak dari dua pesaing kuatnya, Arif Putra Wicaksono dan Rahim Soekasah. Ia mengumpulkan 82 suara dari total 85 voter yang hadir. Sisanya, 3 abstain (tidak sah).
Sementara itu, tujuh calon lainnya lebih dahulu menyatakan mundur sebelum pemilihan dimulai. Mereka adalah Bernard Limbong, Aven Hinelo, Benny Erwin, Fary Djemy Francis, Sarman El Hakim, Vijaya Fitriyasa, dan Yesayas.
Usai terpilih, Iwan Bule diharapkan mampu menjadi sosok yang bisa mengatasi sejumlah permasalahan sepak bola nasiona dalam empat tahun ke depan. Lantas pekerjaan rumah apa saja yang harus segera dibenahi? Berikut ulasannya:
1. Perbaiki Prestasi Timnas Indonesia
Tantangan pertama Iwan Bule sebagai Ketua Umum PSSI yang baru adalah memperbaiki prestasi Timnas Indonesia di kancah internasional.
Seperti diketahui, Timnas Indonesia saat ini tengah terpuruk di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022. Dari empat pertandingan yang sudah dilakoni, tim besutan Simon McMenemy belum sekalipun meraih kemenangan.
Sehingga Indonesia saat ini terpuruk di dasar klasemen Grup G. Performa buruk itu juga berimbas terhadap ranking FIFA, yang semakin melorot.
Saat ini Indonesia terdampar ke posisi 171, turun empat peringkat dari edisi sebelumnya di bawah Singapura (159), Malaysia (158) dan Myanmar (147).
Selain memperbaiki posisi di ranking FIFA, Iwan Bule sebagai Ketua PSSI juga diharapkan mampu membentuk Timnas senior yang tangguh, untuk meraih gelar minimal di regional ASEAN dalam ajang Piala AFF.
Hal itu sempat dilakukan ketika Edy Rahmayadi menjabat sebagai ketua umum PSSI yang baru, periode 2016-2020. Beberapa waktu setelah terpilih, ia membuat gebrakan dengan mendatangkan pelatih kelas dunia, mantan juru taktik Timnas Spanyol U-21 yang pernah meraih gelar Piala Eropa U-21 tahun 2012, Luis Milla.
Di bawah asuhan Milla, kualitas permainan Skuat Garuda meningkat. Meski pada akhirnya ia dinilai gagal, karena dalam 1,5 tahun menjadi pelatih timnas tak ada satu gelarpun yang berhasil dipersembahkan.
2. Benahi Jadwal Kompetisi
Membenahi tata kelola kompetisi di Indonesia menjadi masalah yang wajib diseriusi oleh Iwan Bule untuk diselesaikan. Sebab, tak jarang terdapat jadwal bentrok antara pertandingan liga dengan jeda internasional.
Hal itu menimbulkan tarik menarik pemain antara klub dengan Timnas Indonesia untuk kepentingan masin-masing. Selain itu, izin pertandingan juga menjadi masalah lain bagi Iwan Bule.
Seperti diketahui, di Liga Indonesia setiap klub yang ingin menggelar pertandingan di berbagai level kerap kesulitan mendapatkan surat izin keramaian dari pihak keamanan.
Akibatnya, jadwal liga terbengkalai dan tidak sedikit tim yang harus mengalami penundaan pertandingan. Dengan latar belakang sebagai anggota polisi, Iwan Bule diharapkan bisa menjadi penengah agar jadwal kompetisi bisa berjalan sesuai rencana, dan izin keramaian mudah didapat oleh setiap klub khususnya di Liga 1.
"Masalah jadwal pertandingan memang banyak aduan kepada saya. Untuk itu saya akan memberikan komitmen saya untuk bisa membenahi masalah ini," ujar Iwan Bule.
"Nantinya saya juga akan mengumpulkan data-data dan elemen yang menyangkut pembuatan jadwal tersebut. Sehingga nantinya tidak ada lagi jadwal yang bentrok dengan agenda timnas," tambahnya.
3. Berantas Mafia Sepak Bola
Masalah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah, Iwan Bule wajib menepati komitmennya memberantas mafia sepak bola di Liga Indonesia.
Sebab, isu tersebut sudah bergulir dalam dua musim terakhir. Hasilnya, sejumlah nama diciduk oleh pihak kepolisian setelah mantan Kapolri, Tito Karnavian membentuk Satga Antimafia Sepak Bola.
Keberanian Iwan Bule ditantang oleh publik untuk bisa membersihkan tubuh PSSI dan Liga Indonesia dari tangan-tangan kotor mafia.
Kendati demikian, bentrok antar suporter, pembinaan usia muda, fasilitas sepak bola nasional juga menjadi masalah-masalah lama yang kerap menghantui sepak bola dalam negeri yang wajib segera ia benahi.